Aneka Inovasi Brand Lokal di Masa Pandemi

58
721

Menjelang pembukaan M Bloc Market pada pertengahan Maret nanti, M Bloc Space mengadakan talkshow bersama dengan Harian Kompas yang bertajuk “Adu Eksistensi Brand Lokal di tengah Pandemi”. Talkshow diadakan Sabtu (20/2/2021) di M Bloc Live House, Jakarta.

Acara  diadakan secara langsung dengan menerapkan protokol kesehatan dengan peserta yang hadir dibatasi hanya 35 orang saja. Mayoritas peserta berasal dari masyarakat umum namun ada juga pelaku usaha yang telah melakukan kurasi produk dengan M bloc Market.  Acara juga disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube M Bloc Space.

Temu wicara yang berlangsung selama 1,5 jam tersebut menghadirkan tiga narasumber yakni Handoko Hendroyono, CEO M Bloc Market, Kepala Desk Ekonomi Harian Kompas Dewi Indriastuti, dan Helga Angelina yang merupakan Co-Founder & CEO of Burgreens and Green Butcher.

Pada kesempatan itu Handoko menyampaikan untuk membangun eksistensi brand yang kuat, upaya berinovasi menjadi faktor utama yang harus dimiliki setiap brand agar produknya bisa bertahan dalam situasi apapun. Ia menambahkan menghadirkan konsistensi produk juga menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan untuk memenangkan kompetisi dengan brand lain. Faktor lain, menjaga komunikasi antara produsen dan konsumen yang tetap harus hidup.

Dewi sependapat dengan Handoko. Menurut Dewi, pelaku usaha musti melakukan berbagai inovasi untuk memperkuat eksistensi “brand”. Inovasi  dibutuhkan demi bertahan di masa sulit. Siasat ini juga berpeluang untuk memenangkan pasar domestik beriringan dengan minat terhadap produk lokal yang mulai tumbuh.

Sementara masih mengenai kiat brand bisa tétap  bertahan, Helga menyatakan, sebuah brand akan bertahan jika dapat menyesuaikan dengan perkembangan pasar. “Brand itu bisa sukses ketika manajemen di dalamnya mengikuti pasar. Yang terpenting harus unik dan bisa menarik pasar,” ujar Helga memberi saran.

Pada bagian lain, Handoko menilai budaya kolaborasi antar pelaku usaha harus diciptakan agar ekosistem bisnis dapat tumbuh bersama dalam situasi sulit seperti sekarang. Apa yang disampaikannya sudah dilakukannya.

Saat ini M Bloc Space sebagai ruang industri kreatif mendapatkan kesempatan untuk berkolaborasi dengan Perum Peruri (Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia) untuk menciptakan M Bloc Market sebagai ruang groseri publik. Hal itu juga sudah diadaptasi oleh Helga untuk membuka peluang kolaborasi antara Green Butcher dengan Starbucks sebagai penyedia bahan baku plant-based.

Peluang produk lokal

Para pembicara di talkshow M Bloc Space dan Harian Kompas. Dari kanan ke kiri, Handoko Hendroyono, CEO M Bloc Market, Kepala Desk Ekonomi Harian Kompas Dewi Indriastuti, dan Helga Angelina, Co-Founder & CEO of Burgreens and Green Butcher. Foto: Tim Brand Communication Harian Kompas (Priyanto)

Meski pandemi membuat banyak brand tumbang, atau pertumbuhan produknya tertekan, namun Dewi memberi kabar gembira. Berdasarkan data survei aplikasi YouGov dengan Visa, minat konsumen terhadap produk lokal ternyata meningkat. Menurut survei itu, sebanyak 68 persen responden melihat harga atraktif sebagai daya tarik untuk melihat barang lokal.

“Harga atraktif bukan berarti murah, tetapi layak dan sesuai” jelas Dewi. Kepala Desk Ekonomi Harian Kompas itu menilai, minat terhadap barang lokal cenderung terus meningkat diiringi dengan kemampuan produsen lokal menghasilkan produk yang berkualitas sehingga mampu bersaing dengan produk dari luar negeri.

Selain itu adanya tawaran diskon juga meningkatkan minat produk lokal. Namun menurut Dewi, fenomena diskon ini juga dilematis karena harus diakui beberapa brand lokal terpaksa memberikan diskon supaya pendapatan tetap berputar dan bertahan di masa pandemi.

Temu wicara  berlangsung interaktif. Selama talkshow berlangsung peserta bisa mengajukan pertanyaan kepada narasumber melalui kode QR atau memberikan komentar pada kolom komentar melalui kanal YouTube.

Beberapa peserta antusias mengajukan pertanyaan. Salah satu pertanyaan dari peserta mengenai bagaimana cara membangun branding yang kuat diajukan kepada Handoko.  “Kunci dari kesuksesan sebuah brand adalah konsistensi. Bagaimana kualitas dan kemasan serta kesehatan merupakan hal yang harus diperhatikan,” jawab Handoko.

 

Vira Septarini, mahasiswa Studi Destinasi Pariwisata, Sekolah Tinggi Pariwisata (NHI) Bandung dan Stefanus Renaldo, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Keduanya sedang mating di Harian Kompas. 

Comments are closed.