Memahami Budaya Batak Lewat “Traval Virtual Heritage Tour”

0
300

Pandemi Covid-19 menimbulkan dampak besar bagi sektor pariwisata Indonesia. Meski kondisi berangsur normal, tetapi masih ada larangan dari pemerintah untuk mengunjungi tempat wisata tertentu yang belum menerapkan protokol kesehatan.  Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Indonesia sudah membuat panduan untuk melakukan perjalanan,  sehingga bisa menjadi acuan bagi masyarakat untuk melakukan perjalanan dan liburan. Walau demikian, karena jumlah warga yang berwisata belum normal seperti sebelum ada pandemi, pelaku  usaha pariwisata harus menciptakan inovasi dan kolaborasi baru dalam agar tetap mendorong kemajuan sektor pariwisata Indonesia.  

Traval.co bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk membuat  program “Traval Live Virtual Heritage”. Program itu merupakan rangkaian perjalanan wisata yang disajikan secara daring dan langsung,  yang memberi pengalaman baru bagi masyarakat. Wisata virtual itu melibatkan komunitas  budaya dan para pelaku wisata dengan tujuan agar roda perekonomian dan promosi wisata dapat terus berlangsung, tidak terbatas jarak dan waktu. 

Kegiatan “Traval Live Virtual Heritage” itu gratis alias tidak berbayar, tetapi peserta bisa sukarela memberikan sumbangan. Dana yang digalang akan diberikan bagi kegiatan pelestarian budaya oleh komunitas daerah. Acara yang dilakukan secara daring tersebut dilakukan mulai Sabtu, (26/9/2020) hingga Minggu (25/10/2020), menghadirkan nara sumber dari berbagai kalangan yaitu, desainer Didiet Maulana, penyanyi Rara Sekar, model pria J Ryan Karsten, aktor Richard Kyle , model Asyifa Latief, penyanyi Andien, Kartika Dewi dan musisi Vicky Sianipar.

Jabu Sihol

“Traval Live Heritage” dimulai dengan pengenalan budaya batik Tiga Negeri dari Lasem hingga warisan pengetahuan bahan pangan dan pertanian dari masyarakat Mollo, Nusa Tenggara Timur.  Acara jalan-jalan secara daring tersebut  ditutup dengan judul “Experiencing Batak Culture, Empowering Batak People” yang berkolaborasi dengan komunitas dan yayasan Jabu Sihol.

Jabu Sihol adalah desa wisata yang terletak di Pematangsiantar, Sumatera Utara. Jabu Sihol merupakan bahasa daerah setempat. Jabu artinya rumah dan Sihol artinya rindu.  Pendiri dari Jabu Sihol, Daniel Ompusunggu menjelaskan filosofi dibalik nama Jabu Sihol.  “Jabu Sihol ingin menjadi menjadi rumah baru bagi para wisatawan yang berkunjung, sehingga ketika meninggalkan Jabu Sihol akan terasa seperti meninggalkan rumah sendiri,” jelas Daniel. 

Belajar memasak ikan arsik bersama Jabu Sihol.

Jabu Sihol didirikan 13 Juli 2016, dengan harapan dapat menjadi desa pariwisata di Sumatera Utara yang turut melestarikan budaya Batak lewat kegiatan yang melibatkan penduduk setempat. “Kegiatan di Jabu Sihol adalah pembibitan jamur, pertanian sayur dan buah-buahan, pembudidayaan ikan, penginapan dan pelatihan budaya Batak,” kata Daniel sembari mengajak penonton berkeliling area perkebunan Jabu Sihol.

Ia bersama warga setempat juga mengedukasi wisatawan menenun kain ulos, belajar memasak makanan khas Batak, belajar musik dan tari tradisional Batak serta aksara Batak. 

Ikan arsik adalah makanan khas Batak. Dokumen diambil dari website resmi Traval.co

Daniel mengenalkan masakan khas daerah Sumatera Utara yaitu ikan arsik. Ikan arsik merupakan salah satu makanan tradisional khas dari daerah Sumatera Utara atau Batak. Makanan itu berbahan dasar ikan mas yang dimasak dengan bumbu khusus sehingga menghasilkan cita rasa yang khas dan berbeda dengan masakan berbahan ikan lainnya. Salah satu unsur bumbu khas yang membuat rasa ikan arsik berbeda dengan masakan lain adalah andaliman. Setiap makanan batak yang dicampur dengan andaliman. Selain itu, penonton juga diajarkan untuk membuat kue lapet gadong, makanan khas Sumatera Utara berbahan dasar singkong dan ubi parut. 

Belajar bermain seruling bersama dengan kru Jabu Sihol.

Selain itu, penonton juga diajak belajar seruling Batak dan menikmati beberapa lagu menggunakan seruling tersebut. Sulim (seruling) adalah jenis instrumen tiup dari bambu yang berasal dari daerah Batak Toba di Sumatera Utara. Lubang tambahan pada batang bambu dapat menciptakan warna bunyi yang menjadi ciri khas tersendiri dibandingkan instrumen seruling yang lain. Pemandu lalu memperlihatkan beberapa jenis seruling Batak berdasarkan kuncinya masing-masing dan akan memperagakan teknik memainkan seruling tersebut.

Seruling khas Batak dengan berbagai nada.

Vicky Sianipar, musisi yang ikut dalam perjalanan virtual selama satu jam itu mengaku sangat puas. “Perjalanan ini sangat bermanfaat. Meski saya sendiri orang Batak, tetapi saya baru tahu cara memasak arsik yang benar. Semoga, info yang diberikan oleh Jaba Sihol bermanfaat dan mengenalkan budaya batak bagi seluruh masyarakat Indonesia,” ujar Vicky.  

Penulis : Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara// Adonia Bernike Anaya 
Editor : Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara// Hendy Layardi 

Foto : Dokumentasi Pribadi Kompas Corner UMN dan Foto Akun Resmi Traval.co