Serunya Belajar Video Jurnalistik di Webinar Kompas Muda

55
3596

Kompas Muda merupakan bagian dari Harian Kompas yang mengulas tentang kehidupan anak muda. Nah, kali ini Kompas Muda kembali menyapa Sobat Muda dalam sebuah webinar gratis yaitu kelas video jurnalistik yang menghadirkan Rian Septiandi, videografer Harian Kompas. Acara yang dipandu oleh wartawati Harian Kompas Elsa Emiria Leba lewat aplikasi Zoom itu berlangsung Sabtu (29/08/2020) lalu.

Webinar yang berdurasi dua jam, dimulai pukul 14.00 sampai pukul 16.00 WIB, memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan Sobat Muda terkait video jurnalistik. Elsa sebagai pemandu webinar membuka acara dengan ramah. Ternyata Sobat Muda yang hadir tak hanya dibekali ilmu video jurnalistik tetapi juga diberikan akses gratis selama satu bulan berlangganan Kompas.id. Jadi, Sobat Muda dapat menikmati konten video jurnalistik Harian Kompas seperti yang dijelaskan dalam webinar.

Kepala Desk Komunitas Harian Kompas, Budi Suwarna, membuka sesi webinar dengan menyemangati agar Sobat Muda mengikuti informasi soal webinar selanjutnya yang akan diadakan oleh Kompas Muda melalui media sosial. Ia berharap melalui webinar ini, Sobat Muda mendapatkan ilmu baru.

Rian memulai webinar dengan perkenalan sebagai video jurnalis di Harian Kompas khususnya Kompas.id. Ia pun menjelaskan pekerjaan yang ia lakoni di desk visual atau video yaitu membuat konten digital seperti Lensa Berita, Vinspirasi, Feature, Video Berita, Videografik, Kendara, Ekspedisi, Liputan Khusus / Investigasi, dan VOD untuk Harian Kompas edisi cetak dan kompas.id (edisi digital Harian Kompas). Tak lupa, ia membagikan video tentang hasil karyanya bersama tim agar Sobat Muda dapat secara langsung memahami peran video jurnalistik.

Terdapat tiga elemen utama video yaitu story, audio, dan visual. Ketiga elemen tersebut merupakan kesatuan penting dalam menggarap video jurnalistik. Cerita yang menarik, kualitas audio yang baik, dan kaidah-kaidah pengambilan gambar. Selanjutnya ia menjelaskan tentang video dokumentasi. Video dokumentasi sebenarnya sudah umum bagi anak muda yang sering bermain fitur Instagram Stories atau aplikasi TikTok. Kurang lebih secara teknis sudah menggambarkan proses dokumentasi video.

Tetapi ada perbedaan antara video jurnalistik dengan video dokumentasi. Video jurnalistik memiliki nilai berita, narasumber, pendapat ahli, konfirmasi, verifikasi, data, dan memiliki 5W1H sehingga dimuat dalam suatu media. 5W1H yang dimaksud ialah What, Where, Why, Who, When, dan How. 

Setiap video jurnalistik pasti memiliki tujuan yakni pemenuhan nilai berita  baru (pertama kali informasi diketahui), magnitude (besaran suatu peristiwa), proximity (kedekatan atau relevansi berita), aktual (ketepatan waktu rilis informasi), prominence (keunggulan informasi), unusual (kejanggalan informasi), dampak, konflik, ketokohan, dan kemanusiaan.

Seorang video jurnalis bisa dibilang jurnalis palu gada

Seorang video jurnalis bisa dibilang jurnalis palu gada. Perannya harus merangkap produser, videografer sekaligus jurnalis. Bisa juga berperan sebagai fotografer untuk mengambil cuplikan yang berkualitas dari video. Harus serba tahu semua peran, itulah video jurnalis.

Persiapan sebelum turun ke lapangan adalah hal yang utama untuk video jurnalistik. Membuat daftar pertanyaan, menentukan angle video, bahkan harus membayangkan video yang akan diambil itu seperti apa. Harus tahu mau seperti apa videonya dalam story board. Seenggaknya ambil short list agar tahu apa saja yang nanti akan dilakaukan. Jangan lupa urus tripod, kamera, pencahayaan, audio dan peralatan lengkapnya. Pengambilan gambar juga bisa dilakukan dengan gawai juga.

Video jurnalistik itu suksesnya dalam kesempatan jika siap dalam persiapan. Kadang-kadang ekspektasi di lapangan  berbeda dengan yang dibayangkan. Tenang itu adalah hal yang wajar. Justru hal tersebutlah yang mengasah kreativitas dan adaptasi dalam situasi apapun.

Paska produksi, setelah melakukan liputan, seorang videografer jurnalistik akan memikirkan mana saja yang dipakai. Membuat naskah, memotong sebagian dari seluruh wawancara, merencanakan voice over atau pengantar suara, dan merough-cut video adalah tugas selanjutnya. Utamakan quality control dan verifikasi.

Ingat, harus sesuai kaidah jurnalistik dan konfirmasi setiap data yang sudah diterima. Jangan sampai menyebar hoaks. Hal yang penting berikutnya adalah momentum. Momentum itu berpengaruh dalam meningkatkan kualitas video. Seperti saat ini tentang Covid-19, pasti relevan mengangkat  cerita relawan vaksin yang saat ini terjadi.

Rian pun menyampaikan perbedaan citizen journalist dan professional journalist. Citizen journalist itu semakin banyak jumlahnya karena bisa menyebarkan berita lewat media sosial. Orang-orang yang dalam situasi tertentu bisa menjadi seorang jurnalis hanya dengan merekam video sehingga jadi suatu pemberitaan dan dipakai sebagai bahan jurnalis.

Sedangkan seorang profesional journalist harus mengedepankan prinsip jurnalisme yang meliputi proses verifikasi, screening yang tepat seperti quality control dan mencegah hadirnya hoaks. Selain itu berperan juga filter editor, penyelaras bahasa, dan penyunting gambar. Professional journalist harus cover both sides, memiliki dua arah sudut pandang agar berita jadi adil dan berimbang.

Manfaat menjadi seorang video jurnalis adalah membangun relasi dengan bertemu narasumber dan menambah wawasan serta ilmu, bisa menjadi jurnalis profesional yang bertanggung jawab, mengenalkan lingkungan sekitar hingga diangkat menjadi sebuah konten. Tetapi yang terpenting adalah bijak dalam memproduksi sebuah video. Intinya, video jurnalis itu wajib memiliki tujuan. Harus tahu menganapa dan apa dampak pembuatan  video tersebut.

Peserta Webinar Kelas Kompas Muda “Serunya Video Jurnalistik” berfoto bersama secara virtual di akhir acara. (Foto: Muhammad Raihan)

Di akhir webinar, Elsa membuka sesi tanya-jawab bagi Sobat Muda agar bisa lebih paham mengenai video jurnalistik. Berikut beberapa pertanyaan serta jawabannya

Apakah pengambilan video oleh wartawan memiliki hukum tertulis?

Sebenarnya ada beberapa hukum yang sesuai ketentuan dewan pers. Professional journalist itu terikat dalam etika jurnalistik dan hukumnya. Terdapat etika jurnalis seperti jika mengambil foto suatu hal yang bersifat sensitif itu harus diburamkan atau sensor. Jika video jurnalistik naik ke TV, KPI pun memiliki aturan siaran yang mengontrol beredarnya video.

Berapa lama waktu yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah video jurnalistik?

Kalau masalah waktu itu harus sesuaikan dengan momentum. Pekerjaan jurnalistik harus memiliki passion di dalamnya. Jika tidak, kehidupan kerja akan datar saja atau no life. Seorang video jurnalis itu diperlukan selama 24 jam, kapan saja dan di mana saja, seperti dokter ataupun tentara yang harus selalu siap ditugaskan.

Dalam membuat feature itu bisa sehari jadi atau idenya sudah lama tetapi pelaksanaanya bisa dari pagi hingga pengolahan di sore hari dan selesai di malam hari. Tapi idealnya dalam dua hari, satu video jurnalistik bisa jadi.

Apakah menjadi seorang video jurnalis harus ambil pelatihan resmi dan terkait citizen journalist, apakah ada hukumnya?

Untuk menjadi seorang video jurnalis tidak perlu ambil pelatihan resmi karena banyak platform digital yang anak muda bisa pakai. Terpenting itu ketahui kaidah prinsip jurnalistik. Tambahan dari Mas Budi, citizen journalist itu bukan jurnalis tetapi masyarakat biasa yang tidak dilindungi oleh UU Pers tetapi melakukan kerja jurnalistik.

Hal yang membedakan adalah kalau terjadi sengketa, citizen journalist harus hadapi sendiri. Sedangkan kalau professional journalist itu yang bertanggung jawab adalah pemimpin redaksi media tersebut. Pemerintah di manapun tidak boleh memenjarakan professional journalist karena menyampaikan berita.

Sementara untuk citizen journalist, etika bersosial adalah yang utama. Harus perhatikan konten agar jangan sampai terjadi konflik. Kalau konten media sosial itu harus sadar sendiri untuk report agar ditake-down jika termasuk video atau foto yang sensitif.

Apakah video jurnalistik terbatas informasi karena terbatasnya durasi video?

Video jurnalistik memang terbatas dalam durasi video. Dari awal bahkan harus sudah tahu tujuan dan dampaknya dari video yang digarap yang pada akhirnya pun dapat menentukan durasi video itu sendiri. Framing itu tidak buruk tetapi sebagai angle yang sesuai dengan tujuan semula. Pilihlah angle yang menarik dan berdampak dalam menentukan hasil akhir dalam video.

Apakah Harian Kompas mengadakan pelatihan video jurnalistik?

Kalau pelatihan jurnalistik saja itu ada tetapi kalau pelatihan video jurnalistik seperti teknis pengambilan gambar itu hanya untuk kalangan wartawan. Untuk video jurnalis, adanya pelatihan jurnalistik saja dan sejujurnya video jurnalistik itu karena hobi, jadi masalah fotografi dan videografi itu dilatih dengan jam terbang. Kalau sering latihan tetapi tanpa jam terbang itu sia-sia.

 

Maria Oktaviana, mahasiswi Universitas Multimedia Nusantara Jurusan Jurnalistik dan Magangers Kompas Muda Harian Kompas Batch X.

Foto : Muhamad Raihan, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta Jurusan Sosiologi dan Magangers Kompas Muda Harían Kompas Batch X 

Comments are closed.