Seorang gadis terlihat sedang duduk menatap jendela. Ia memandangi salju-salju yang turun ke halaman kontrakannya. Sudah dua minggu ia tidak bisa pergi kemana-mana, rasa jenuh selalu menghampirinya. Kali ini kesedihannya bertambah lantaran tidak bisa memandangi sakura mekar di penghujung musim dingin dan tidak bisa pulang ke kampung halaman.
Nining (20) adalah mahasiswa angkatan 2018 di Tokyo International University jurusan hubugan internasional. Kuliah di Jepang merupakan impiannya sejak kecil, berbekal les bahasa selama lebih dari enam tahun, Ia sangat fasih berbahasa Jepang. Tinggal jauh dari orangtua membuatnya selalu harus melakukan segala sesuatunya sendiri.
Biasanya sepulang kuliah, ia mengambil kerja paruh waktu di sebuah pabrik pakaian selama enam jam. Namun situasi Jepang yang memburuk akibat korona membuatnya harus mendekap di rumah selama beberapa minggu. Nining mengambil laptopnya dan mulai menulis surat elektronik yang ditujukan kepada teman penanya yang berada di Tanah Air pada Jumat, 3 April 2020.
Berikut isi surat elektroniknya :
Hai, Nia. Apa Kabar di Indonesia ?
Aku sangat bosan disini, tidak bisa kemana-mana. Makanya aku kirim email ini.
Mulai pertengahan Maret sampai sekarang ini, ada peningkatan yang signifikan pada jumlah pasien positif Corona di Jepang. Sehingga pemerintah Jepang memutuskan untuk menutup pusat keramaian. Seperti Tokyo yang ramai biasanya mendadak sepi. ”Social distancing” mulai diterapkan di kereta dengan duduk berjauhan.
Dari awal korona, aku bisa dibilang jadi seperti ‘anak rumahan’ karena hanya keluar untuk membeli kebutuhan sehari-hari . Kegiatan dirumah lebih ke masak-masak dengan teman se-tempat tinggal. Kegiatan dirumah biasanya main game.
Kebanyakan cari aman, teman-teman saya disini, sadar diri buat membatasi keluar . Sama disini kan ada PPI (Persatuan Pelajar Indonesia), anak-anaknya aktif ngasih informasi tentang keadaan sekitar, sehingga lebih tahu mengenai keadaan sekitar.
Lalu kuliah aku libur ”winter ” sekitar 3 bulanan, anak-anak Indonesia lainnya pada pulang sedangkan aku harus tetap disini. Harus nya masuk kuliah awal april tp gegara korona jadi diundur pertengahan april dan itupun online.
Hal yang aku kangenin dari indo, makanan Indonesia dan keluarga. Tapi karna ada kondisi gini ya cm berharap keluarga baik-baik saja karena banyak mendengar kabar di Indonesia perkembanganya jauh lebih pesat dibanding disini.
Di Jepang kemarin sempet ada isu ”lockdown” tp kayaknya blm sejauh itu , tapi orang2 sempat ”panic buying”. Kalo buat aku sendiri aku nggak ”panic buying” kayak begitu, karena di Jepang lebih siap sedia (bahan kebutuhan pokok).
Tapi kita harus tetap berjaga2 , seenggaknya beras telur bahan pokok ada di rumah, tetep jaga kebersihan dan kehigienisan , makanan yang sehat, minum yang hangat2 pengganti sinar matahari soalnya disini matahari tidak terlalu panas dan pergantian musim juga masih tidak menentu karena dari ”winter” mau ke ”spring” , intinya jangan terlalu santai menghadapi ini soalnya virus bisa menyerang siapa aja dimana aja kapan aja .
Semoga keadaanmu baik-baik saja di Indonesia. Jaga kesehatan. Kutunggu balasanmu.
Terima Kasih sudah membaca.
Nirmala Ciptaning Praja
* Surat ini sudah mendapat ijin dari narasumber untuk dipublikasikan
Penulis : Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara Tangerang / Adonia Bernike
Editor: Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara Tangerang /Adonia Bernike Anaya
Foto : Dokumen pribadi narasumber (Nirmala Ciptaning Praja)