DRLK, Kelas Daring Untuk Memperbaiki Diri di Kala Pandemi Korona

0
384

Proses belajar biasanya dilakukan di dalam kelas, ditemani buku dan alat tulis, sembari memperhatikan dengan khidmat guru atau dosen yang menjelaskan materi, walau mungkin beberapa murid pikirannya melayang entah kemana. Tetapi saat ini, suasana kelas yang penuh kehangatan tersebut  berbeda dengan sebelumnya. Pandemi virus korona membuat adanya pemberlakuan masa Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB).

Masyarakat di Indonesia diimbau untuk menjaga jarak atau pembatasan sosial serta tidak keluar rumah kecuali bila ada kepentingan mendesak. Untuk menjawab tantangan kebutuhan anak muda  akan adanya proses belajar, pengembangan diri, dan sosialisasi dengan teman sejawat, ada komunitas yang baru berdiri  berkait dengan kondisi itu. Nama komunitas tersebut, Dari Rumah Lahir Karya (DRLK)

DRLK berupa platform kelas daring, yang diawali oleh kesadaran salah satu mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung angkatan 2016, Alifia Nuzul Pramadhanty. Alifia berpikir bahwa pada masa pandemik ini, pasti dibutuhkan ruang belajar daring yang bisa dilakukan di manapun dan kapanpun. Atas hal tersebut berdirilah DRLK pada bulan Maret 2020.

DRLK memiliki tagar “Encourage you to become Lifelong learner and idea disseminator, even from home“. Tujuannya menjadi sebuah wadah masyarakat khususnya pemuda untuk berkarya di rumah aja.

Alifia kemudian mengajak teman-teman dekatnya untuk membentuk tim DRLK, yang dibagi  lagi kedalam beberapa tim kecil. Mulai dari tim materi dan metode, tim publikasi, tim media, dan tim kepesertaan.

Gratis

Terhitung sudah tiga batch (gelombang) DRLK melakukan kegiatannya, mulai dari bulan Maret sampai Mei sekarang. Tema yang diangkat pada batch satu tentang edukasi COVID-19, batch dua, tentang self leadership, dan yang terakhir batch ketiga tentang self healing. 

Untuk menjadi peserta DRLK cukup mengikuti  seleksi yang diunggah pada laman instagram DRLK dan tanpa dipungut biaya berapapun. Peserta DRLK didominasi oleh mahasiswa, walaupun ada sebagian kecil siswa SMA dan masyarakat umum yang sudah bekerja.

Pada kegiatan di batch pertama, peserta masih belum begitu banyak. Mereka umumnya datang dari kalangan mahasiswa UPI yang berjumlah 20-30 orang, namun testimoni peserta dan publikasi melalui media sosial, cakupan peserta lebih luas dan lebih banyak yang mendaftar di batch berikutnya

Ada tantangan

Kelas dilakukan secara daring, melalui media Zoom, Google Meet, dan WhatsApp grup. Peserta dibagi kedalam beberapa kelompok untuk berkomunikasi secara intens dengan peserta yang lainnya, dan saling bekerja sama satu sama lain. Kelas diisi oleh pemateri-pemateri yang sudah melanglang buana sesuai bidang masing-masing. Contoh para pembicara seperti Imam Syahid (Presiden Kema Unpad 2019) yang mengisi materi Be a Mindful Leader saat Batch kedua.

Hal yang membedakan DRLK dengan kelas-kelas daring lainnya, terdapat karya yang harus dibuat oleh pesertanya. Karya tersebut dikemas oleh tim DRLK dalam bentuk tantangan interaktif yang menggunakan sistem poin.  Setiap peserta yang selesai mengerjakan tantangan, maka akan mendapatkan poin untuk kelompoknya, kemudian akan diakumulasi menjadi ranking kelompok.

Tantangan disesuaikan dengan tema setiap batch dan berprinsip pada kermanfaatan untuk sesama. Contohnya membuat kampanye donasi untuk wabah covid-19, mengajak non-peserta untuk mengikuti self-assesment, sampai berbagi ilmu sekreatif mungkin dari setiap peserta di laman Instagramnya.

Manfaat dan harapan

Dengan adanya DRLK ini bisa bermanfaat bagi masyarakat, para pemuda, untuk mengembangkan dirinya dalam berbagai hal. Selain itu membantu sesama selama pandemi COVID-19 sampai mungkin menyelesaikan masalah diri sendiri setelah mengikuti DRLK batch empat yang akan datang bertemakan Problem Solving.

Harapannya DRLK bisa terus melahirkan karya-karya baru, menjadikan tempat belajar sepanjang hayat, dan bermanfaat bahkan setelah pandemi selesai.

Alvin Layvian Andhika Nugraha, mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia  

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung