Refleksi Diri di Tengah Pandemi

0
10217

“Corona datang bukanlah kebetulan,

Mendidikan kita untuk jadi sadar…”

Sepenggal lirik dari lagu berjudul “Corona” karya grup musik Bimbo yang terinspirasi dari pandemi virus korona, tampak cocok dengan kondisi di berbagai belahan dunia dalam melawan pandemi corona seperti saat ini. Karantina sosial yang dikampanyekan dengan menggunakan tagar #dirumahaja pun gencar digaungkan pemerintah guna mencegah penyebaran virus Covid-19. Tak melulu jadi mimpi buruk, karantina sosial yang telah berjalan selama hampir satu bulan lamanya ternyata memiliki berbagai respon yang bermacam-macam dari setiap orang.

Tak jarang ada yang merasa bosan saat melakukan karantina, tetapi tak sedikit juga yang merasa senang untuk berada di rumah. Siapa sangka ternyata karantina sosial juga dapat menjadi ajang untuk refleksi diri bagi sebagian orang.

Meliza Savira, mahasiswi tahun ketiga yang sedang melanjutkan studinya di Universiti Putra Malaysia mengaku bahwa selama karantina dirinya merasa lebih santai dan banyak berkaca pada masa sebelum terjadi wabah virus korona ini.

“Semenjak ada wabah virus korona dan di Malaysia diberlakukan lockdown, saya jadi punya waktu untuk berhenti dulu dari kegiatan rutin saya semenjak jadi mahasiswa. Jadi bersyukur soalnya sekarang saya jadi punya waktu untuk santai sejenak karena karantina buat saya jauh dari hiruk pikuk kehidupan selama kuliah,” ujar Meliza saat diwawancarai melalui whatsapp pada Minggu (12/4/2020).

Tersekat karena diberlakukannya karantina sosial dan diharuskannya untuk menjaga jarak fisik, beberapa orang justru semakin merasa bahwa mereka menjadi lebih terhubung satu sama lain. Menurut Jouldan Rahmanurraid, mahasiswa jurusan Administrasi, Politeknik Imigrasi Depok, karantina membuat ponselnya menjadi lebih “ramai” dari biasanya.

“Biasanya hp itu suka sepi ga ada yang telfon. Tapi semenjak karantina jadi lebih rame soalnya kalau ngobrol sama teman juga lewat daring. Juga jadi lebih sering ngehubungin keluarga atau teman lama, karena saya sendiri biasanya jarang nanyain kabar keluarga saya yang jauh atau teman-teman lama saya.” ujarnya.

Menurutnya, hal ini merupakan salah satu sisi positif dari adanya karantina dan imbauan untuk menjaga jarak fisik. Tentunya selain untuk mencegah penyebaran Covid-19, karantina sosial ternyata dapat menjadi momentum yang pas untuk membangun kualitas hubungan menjadi lebih baik.

“Menurut saya penting buat tetap terhubung dengan teman-teman lama. Mungkin kalau kemarin-kemarin saya ga punya waktu untuk menghubungi teman-teman saya, sekarang adalah momen yang pas,” ucapnya.

“Bertemu” matahari

Tak dipungkiri, banyaknya pemberitaan mengenai COVID-19 di pertengahan bulan maret lalu membuat masyarakat kerap kali dihinggapi perasaan resah dan gelisah. Melakukan kegiatan yang menyibukkan diri seperti memasak, membaca buku, berjemur dibawah sinar matahari, hingga olahraga merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan Sherin Alifia, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, agar tetap menjaga ketenangan hati dan pikirannya.

“Karena sekarang wabah korona ini kian meluas, saya jadi lebih bersyukur kalau ketemu matahari. Biasanya kan saya suka menghindari matahari. Tapi karena katanya matahari bagus untuk mencegah berkembangnya virus korona di dalam tubuh, saya jadi sering berjemur,” ucapnya.

Ajang refleksi diri ini ternyata mampu membuat sebagian orang menyadari hal kecil namun ternyata memiliki dampak yang besar untuk dirinya sendiri. Sherin juga mengaku bahwa karena adanya karantina ini ia jadi lebih banyak memiliki waktu bersama keluarganya dan juga dapat meningkatkan kualitas tidurnya.

“Iya, selain saya bisa memperbaiki kualitas waktu saya dengan kelurga, saya juga bisa memperbaiki kualitas tidur saya jadi lebih berkualitas sih,” tuturnya.

Sejatinya, refleksi diri di tengah pandemi ini ternyata bukan hanya untuk mengevaluasi diri agar menjadi lebih berkualitas dan lebih baik. Melainkan juga untuk membuat hidup menjadi lebih “hidup”.

 

Jasmine Rahmanizahra, mahasiswi Program Studi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran