Sebuah Realita dari Hukum Kedua Termodinamika

48
10181

Hukum kedua termodinamika merupakan salah satu hukum dasar dalam ilmu fisika yang menyatakan bahwa pada kondisi normal tanpa gangguan, semua sistem cenderung menjadi tidak teratur, tersebar dan bahkan rusak seiring dengan berjalannya waktu. Semua benda, baik benda hidup maupun benda mati akan terurai dan hancur. Akhir seperti ini mutlak dan pasti akan dihadapi oleh semua makhluk dengan caranya masing-masing.

Hukum kedua termodinamika adalah cara untuk mendefinisikan proses alam yang terjadi melalui perhitungan fisika. Hukum ini juga dikenal sebagai Hukum Entropi. Entropi sendiri adalah selang ketidakteraturan dalam suatu sistem. Entropi sistem dikatakan meningkat ketika suatu sistem yang awalnya teratur menjadi lebih tidak teratur. Semakin tidak teratur sistem, maka semakin tinggi pula entropinya.

Namun entropi bukanlah alat ukur “ketidakteraturan” atau “kekacauan”. Kesalahan makna entropi adalah terlalu fokus pada “ketidakteraturan” dibanding penyebab perubahan entropi itu sendiri, yaitu aliran energi yang mempengaruhi tingkat kebebasan sistem. Disadari atau tidak, bukankah seringkali manusia pun demikian? Terlalu fokus pada masalah dibanding penyebab masalah itu sendiri?

Realita semesta

Menurut hukum entropi ini pula seluruh alam semesta bergerak menuju keadaan yang semakin tidak teratur. Karena alam semesta secara keseluruhan merupakan sistem terisolasi (tak ada sesuatu di luar alam semesta) dan proses didalamnya dapat dikatakan irreversibel (tak dapat kembali ke keadaan semula), maka perubahan entropi alam semesta dari waktu ke waktu selalu bertambah.

Dengan kata lain, bumi sedang bergerak menuju kerusakan dan ini pasti terjadi. Ironisnya lagi, setiap pemandangan indah yang masih bisa disaksikan saat ini tidaklah bertahan selamanya. Bagaimana sikap manusia kedepannya tentu akan sangat mempengaruhi. Apakah akan mempercepat proses kerusakan itu atau justru memperlambat prosesnya?

Pemandangan indah di kawasan Bromo Tengger Semeru yang masih bisa disaksikan. Foto : Dokumentasi Rahel Rehuella Marpaung

Sebagai contoh, cobalah amati keadaan bumi saat ini. Apakah bumi semakin membaik atau malah sebaliknya? Jika diamati banyak sekali bencana yang terjadi belakangan ini. Mulai dari banjir, gempa bumi, gunung-gunung berapi yang berstatus siaga hingga Covid-19 yang memakan banyak korban. Kejadian demi kejadian yang terjadi di bumi ini, semakin membuktikan keabsahan dari hukum kedua termodinamika ini.

Ilmuwan terkenal Albert Einstein pun menyatakan hukum entropi ini akan menjadi paradigma yang sangat berpengaruh di masa mendatang. Keabsahan hukum kedua termodinamika atau hukum entropi ini telah terbukti baik secara eksperimen maupun teoritis. Maka tak heran bila ilmuwan terbesar, Albert Einstein ini mengakuinya sebagai hukum utama dari semua ilmu pengetahuan.

Lalu pertanyaan yang muncul adalah sudahkah manusia di bumi sadar bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini akan hancur dan berakhir? Maka tidak sepantasnya manusia menyombongkan diri karena sesungguhnya semua yang dijalani pasti akan berakhir. Sungguh benar adanya tidak ada yang abadi. Satu-satunya yang abadi adalah ketidakabadian itu sendiri.

 

Rahel Rehuella Marpaung, mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indraprasta PGRI Jakarta