Saat ini, konsumsi makanan kemasan telah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat Indonesia, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Kebiasaan tersebut tak lepas dari keadaan semakin banyaknya produk makanan dan minuman kemasan. Makanan kemasan memang tak selalu berdampak buruk, karena selain praktis, juga bisa menjadi alternatif menu makanan, terutama saat sedang terburu-buru dalam beraktivitas. Namun, kita perlu sadar bahwa jika hal itu terus dilakukan, tentu akan berdampak buruk bagi kesehatan.
Makanan kemasan umumnya mengandung kadar GGL (gula, garam, dan lemak) yang tinggi dan jika dikonsumsi berlebihan akan mengakibatkan obesitas. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), obesitas pada anak-anak adalah salah satu tantangan kesehatan masyarakat paling serius di abad ke-21.
Anak-anak yang kelebihan berat badan cenderung menjadi obesitas saat dewasa. Kelebihan berat badan & obesitas adalah faktor risiko utama untuk sejumlah penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit kardiovaskular atau jantung dan kanker.
Pola konsumsi masyakat seharusnya disesuaikan dengan Pedoman Gizi Seimbang yang salah satunya berisi tentang membiasakan membaca label pada kemasan pangan. Sedangkan masyarakat biasanya hanya melihat tanggal kadaluarsa saja sebelum membeli. Padahal, dengan membaca label makanan, kita bisa mengetahui kandungan nutrisi pada makanan kemasan tersebut. Hal ini tentu dapat membuat kita untuk lebih selektif dalam memilih makanan kemasan yang lebih sehat dan membatasi konsumsi makanan yang mengandung banyak bahan kimia seperti pewarna dan pengawet.
Maka dari itu, marilah kita mulai membatasi konsumsi makanan kemasan yang tinggi kandungan kimia dan kadar GGL-nya dengan membaca label makanan terlebih dahulu sebelum membeli.
Rahma Putri, mahasiswi Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya, Palembang
Comments are closed.