Barry Likumahuwa Merangkul Anak Muda Menyukai Musik Jazz

0
388

Musisi jazz Barry Likumahuwa kembali meramaikan perhelatan Jakarta International BNI Java Jazz Festival (JJF) 2020 yang bertempat di Jakarta International Expo, Kemayoran pada Jumat (28/2/2020). Tidak datang sendirian, Barry mengisi panggung Java Jazz bersama kelompok musik jazz besutannya, Likumahuwa Jazz Connection. Meski mengalami berbagai pengembangan dan perubahan, kelompok musik yang semula didirikan oleh ayah Barry, musisi jazz Benny Likumahuwa, tetap mempertahankan nafas awalnya.

Barry Likumahuwa tampil di Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2020. Foto: Kaleb Sitompul

“Sebenarnya ini (Likumahuwa Jazz Connection) awalnya adalah projek papa saya yang memiliki nama Benny Jazz Connection, dan sudah dibentuk sejak tahun ’90-an. Tapi sekitar tahun 2010-an saya mengajak beberapa musisi jazz untuk mengembangkan ini menjadi versi anak mudanya. Tapi musik yang kami bawakan kebanyakan memang aransemen dan lagu-lagu papa,” jelas Barry yang ditemui usai merampungkan penampilannya di panggung Java Jazz kepada Kompas Muda, Jumat (28/2/2020).

Barry Likumahuwa ketika diwawancarai Kompas Muda. Foto: Kaleb Sitompul

Dorongan Barry untuk mengembangkan Likumahuwa Jazz Connection ternyata timbul dari keinginannya untuk menjaga eksistensi musik jazz di Indonesia, khususnya di kalangan anak muda.
“Buat saya, papa saya punya kontribusi yang besar buat jazz Indonesia. Saya pingin legacy dan vibes itu tetap terasa sama banyak orang, supaya orang-orang sadar bahwa jazz bukanlah musik yang tertutup sama regenerasi, khususnya untuk para anak muda,” katanya.

Barry Likumahuwa dan sang ayah, Benny Likumahuwa. Foto: Kaleb Sitompul

Barry juga mengakui kekhawatirannya terhadap antusiasme generasi muda terhadap musik jazz yang sekarang minim. Menurut Barry, hal itu disebabkan oleh banyaknya anggapan yang salah mengenai musik jazz, salah satunya adalah anggapan bahwa musik jazz yang adalah musik untuk orang-orang tua. Padahal sebaliknya, menurut Barry, musik jazz adalah musik yang sangat dekat dengan karakteristik anak muda.

“Secara spirit, jazz itu sebenarnya musik anak muda. Dia dinamis, dia bisa berubah, penuh eksplorasi, dan enggak pernah punya pakem-pakem yang menghambat. Itulah yang berusaha saya sampaikan dan wujudkan melalui musik-musik saya, termasuk yang saya bawakan hari ini. Untuk membawa pesan bahwa jazz itu bisa diteruskan dan terbuka untuk regenerasi, meski mungkin banyak pemainnya kini sudah bertambah tua,” tutur Barry.

Barry menilai minat anak muda terhadap musik jazz beberapa tahun belakangan ini sempat mengalami penurunan karena pergeseran makna yang tidak tepat. Banyak anak muda yang tidak memahami secara penuh seperti apa itu musik jazz hingga salah mengidentifikasikan musik jazz dengan genre-genre musik lainnya.

Kata Barry, “Kita sebenarnya punya banyak musisi jazz berbakat yang sayang sekali kalau tidak ditampilkan. Menurut saya diperlukan reedukasi supaya mereka tahu jazz itu musik yang seperti apa.”

Meski begitu, Barry juga mengaku optimistis terhadap perkembangan jazz di kalangan anak muda. Terlebih lagi apabila mengingat antusiasme penonton konser musik jazz, salah satunya Java Jazz Festival, yang selalu diramaikan oleh kehadiran para anak muda. Meski pun beberapa tahun belakangan konser-konser musik jazz seolah kehilangan nafas aslinya, Barry merasa senang karena kini nuansa jazz itu mulai kembali.

“Waktu awal-awal mulai (merintis karir musik jazz) tuh, kami bilang ini lebaran jazz, karena sebuah musisi jazz ada di sini. Beruntungnya sekarang sudah mulai kembali ke track-nya. Saya senang banget hari ini dari jam 5 sore tadi yang datang sudah ramai. Saya appreciate banget untuk semua orang yang sudah hadir hari ini. Saya juga happy banget untuk kesuksesan Java Jazz,” jelas Barry yang saat ini sedang berfokus berkegiatan bermusik sebanyak-banyaknya untuk mengembalikan semangat orang-orang mengenai musik jazz.

Barry Likumahuwa dan Likumahuwa Jazz Connection. Foto: Kaleb Sitompul

Meski musik merupakan sebuah hal yang sangat subyektif karena bergantung dengan selera tiap-tiap orang, bukan berarti kita bisa menyepelekan genre musik tertentu. Seperti kata Barry, tidak ada musik yang jelek, yang ada adalah musik yang mungkin tidak cocok di telinga kita.

“Bulan Desember tahun lalu, saya merilis album dangdut. Itu sesuatu yang angat jauh dari pakem-pakem saya sebagai musisi jazz. Tapi saya enggak takut melakukan itu, karena music is music,” tukasnya.

Barry berpesan kepada anak-anak muda untuk tidak bersikap antipati terhadap genre-genre musik tertentu. Perbedaan selera musik antar satu orang dengan orang lainnya juga tak seharusnya menjadi sebuah hal yang memecah belah.

“Kita harus selalu menghargai dan menghormati setiap jenis dan genre musik. Anak muda seharusnya selalu membuka diri terhadap berbagai jenis musik agar bisa membuat dunia musik Indonesia menjadi lebih kaya dan berwarna,” kata Barry.

Barry Likumahuwa akan kembali mengisi panggung Jakarta International BNI Java Jazz Festival pada Sabtu, (29/02/2020).

Reporter: Selma Kirana Haryadi, Mahasiswa Program Studi Jurnalistik, Universitas Padjadjaran, Bandung

Fotografer: Kaleb Octavianus Sitompul, Mahasiswa Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta