Putri Annika, Dari Volunter Menjadi Kru Java Jazz Festival

0
833

Java Jazz Festival merupakan festival musik jaz terbesar yang diselenggarakan setiap tahun sejak 2005. Penyelenggaraannya yang konsisten berlangsung hingga saat ini, tidak terlepas dari orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Putri Annika, contohnya. Sepuluh tahun yang lalu, Putri menjadi bagian dalam perhelatan festival musik jaz terbesar di Asia Tenggara sebagai volunter dan saat ini ia menjadi kru Java Jazz Festival. Walaupun menjadi sukarelawan, tetapi hal itu tidak membuat Putri bekerja malas-malasan. Semangat kerja yang luar biasa menjadikan Putri sebagai orang yang selalu terlibat dalam perhelatan Java Jazz yakni sebagai asisten koordinator artis internasional.

Kepada kami, Putri, pada Senin (24/2/2020) menceritakan pengalaman pertama kali terlibat dalam Java Jazz Festival di JIExpo Kemayoran. “Tahun 2010 aku mulai gabung menjadi volunter Java Jazz karena jadwal kuliah yang longgar, sehingga mulai mencari aktivitas lain,” ujarnya. Ia menambahkan, informasi dibutuhkan volunter Java Jazz ia dapatkan dari broadcast di Blackberry miliknya.

Sama dengan proses pemilihan volunter pada umumnya, Putri juga mengikuti tahap wawancara. Selain ingin mencari kegiatan yang ia sukai, Putri juga merupakan penikmat dan penonton java jazz yang tidak pernah absen.

Turut andil dalam Java Jazz Festival merupakan bentuk apresiasi Putri terhadap kerja keras orang dibalik suksesnya Java Jazz Festival. Menurut Putri, mereka yang terlibat di balik kesuksesan Java Jazz sudah bekerja maksimal dan profesional. Hal tersebut juga menjadi motivasi bagi Putri untuk melakukan hal yang sama ketika memilih bergabung dalam Java Jazz Festival.

Putri memberikan tips kepada anak muda yang ingin menjadi volunteer Java Jazz.

Ia menceritakan tantangan menjadi volunter festival terbesar di Asia Tenggara yang menurutnya tidaklah mudah. “Jam kerjanya itu luar biasa. Karena ternyata menjadi volunter aja enggak mudah. Harus datang sebelum penonton dan pulang setelah venue sepi merupakan tantangan menjadi orang dibalik Java Jazz ini,” tegasnya.

Saat menjadi volunter, Putri lebih sering merasakan suka ketimbang duka. Pengalaman yang berbeda setiap saat dan menjadi pembelajaran baru merupakan memori yang lebih dulu ia ingat ketika ditanya suka dan duka menjadi volunter perhelatan musik jaz tersebut.

Banyaknya pihak yang ingin turut andil dalam memajukan Java Jazz Festival membuat proses pemilihan volunter juga diperketat. Jika kebutuhan volunter Java Jazz sudah tersebar di berbagai platform, dalam sekejap ribuan pelamar memenuhi web Java Jazz.

Putri yang juga terlibat dalam divisi talent membagikan tips kepada anak muda yang ingin bergabung menjadi volunter Java Jazz. “Ketika kalian daftar di web, please do it seriously!. Karena hal itu menentukan layer selanjutnya,” katanya memberi saran.

Selain itu, mengutarakan alasan keterlibatan menjadi faktor yang penting bagi timnya karena tim dia yang menyeleksi untuk memilih volunter. “Kami pengen orang yang bergabung secara sadar ingin kerja bareng, bukan hanya ikut-ikutan teman,” tambahnya.

Pengalaman yang banyak ketika menjadi volunter di Java Jazz Production membawa Putri menjadi orang yang selalu terlibat dalam Java jazz Festival seperti saat ini. Dari yang sebelumnya menjadi volunter di bagian stage, LO (liasion officer atau penghubung), hingga hotel pernah digeluti Putri. “Semua hal aku dipelajari. Ketika diberi kepercayaan lebih menjadi koordinator, itu menjadi peluang terbuka menjadi kru Java Jazz,” jelas Putri.

Putri Annika membagikan perspektif perbedaan konser dan festival musik.

Selain membahas mengenai pengalaman menjadi bagian di Java Jazz, ia juga berbagi sudut pandang mengenai perbedaan festival dengan konser. Menurutnya konser dan festival jelaslah berbeda.

“Kalau konser biasanya kami cuma ngurusin satu artis aja dan memenuhi keinginan artis tersebut. Namun, kalau festival kami ngurusin banyak artis dan tidak semua keinginan bisa dipenuhi. Dibutuhkan pemahaman dan kerja sama kedua belah pihak dalam hal pemenuhan keinginan. Selain itu kalau di Java Jazz Festival sendiri kita enggak bisa cek sound, tapi kalau di konser pasti hal itu ada,” katanya lagi panjang-lebar.

Putri berharap Java Jazz yang memasuki tahun ke 16 ini lebih sukses dan lebih besar. “Mudah-mudahan Java Jazz menjadi platform untuk musik dan performance terutama jaz yang diandalkan di Indonesia, terutama Asia Tenggara. Dan terus lebih besar lagi dan lebih sukses lagi,” harapnya.

Video wawancaranya juga dapat ditonton di Youtube Kompas Muda.

Reporter: Nur Kamilah, mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Jakarta 

Fotografer: Bryan Kenneth, mahasiswa Jurusan Teknnik Informatika Universitas Multimedia Nusantara, Serpong, Tangerang