Salah Kaprah Soal Kata Debat dan Kompetisi Tanpa Henti

0
911

Debat itu cari masalah aja! Debat itu buang buang waktu, teriak asbun masalahnya nggak bakalan selesai. Debat itu nggak berguna sama sekali. Itulah beberapa kata-kata yang seringkali kita terima jika Anda sekalian menjadi seorang pendebat di universitas.

Walaupun semua orang bisa berdebat namun tidak semua orang bisa berdebat dengan baik dan benar, karena debat sendiri membutuhkan dasar logika dan berpikir kritis yang seringkali di masyarakat Indonesia dalam konteks masa kini, di kalahkan oleh ego personal atau emosi individu.

Pasalnya, debat yang pada dasarnya berfokus pada penyelesaian masalah efektif dan pencarian kebenaran objektif, berubah menjadi sebuah aksi tarik ulur suara keras tanpa ujung yang jelas. Sialnya narasi kedua-lah yang diterima masyarakat sebagai debat yang sebenarnya, hal ini sangat disesalkan.

Kebenaran Di lapangan

Sebenarnya sejarah debat dapat ditelusuri pada Yunani kuno. Di masa itu para filosofis sekelas Plato, Socrates sering berdebat satu sama lain untuk menemukan kebenaran. Mereka berdebat mengenai arti hidup, dasar-dasar kemanusiaan dan masih banyak lagi. Dari sinilah ide-ide besar dari filosofis ternama muncul melalui proses bertukar argumen dalam debat.

Nah debat di jaman sekarang pun berfokus sama, antara mencari kebenaran atau mencari solusi masalah yang efektif. Pada zaman sekarang, debat bukan hanya digunakan oleh para filosofis tapi berkembang memengaruhi berbagai hal. Semisal pengambilan keputusan dalam pemerintahan (parlemen Inggris), sebagai olah raga yang banyak peminat (lomba debat World University Debate Competition dan lainnya).

Ada juga debat dalam kehidupan sehari-hari (soal harga di pasar). Oleh karena itu terbuktilah narasi bahwa debat itu bukan hanya asal bunyi dan tidak berguna yang memunculkan salah kaprah mengenai kegiatan berdebat.

Menjadi pendebat

Suasana latihan debat di salah satu member Satya Wacana Debating Forum

Menjadi seorang pendebat memerlukan usaha yang luar biasa. Contohnya, salah satu club debat “Satya Wacana Debating Forum” yang berada di UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) Salatiga memiliki latihan yang termasuk ekstrim. Anggota club tersebut seringkali berlatih intensif setiap hari dengan jam latihan enam-12 jam sehari.

Latihan itu berisi, membaca materi, jurnal, studi kasus, analisis berita, case build, debat dan begitu seterusnya. Hal itu dibutuhkan mengingat dunia debat adalah dunia yang sangat kompetitif. Semua universitas berlatih sangat keras untuk bisa menjadi klub debat terbaik, rasa kompetitif ini entah kenapa sudah mendarah daging dalam dunia debat universitas.

Oleh karena itu seorang pendebat sendiri memerlukan kemampuan manajemen waktu yang sangat tinggi, kemampuan berpikir kritis, dan stamina kuat. Mengapa ? karena para pendebat harus bisa mengatur kehidupan kuliah, kehidupan sosial dan latihan debat yang berat.

Dan bukan berarti karena berfokus pada debat maka kuliah para pendebat tersebut kacau. Malah sebaliknya karena sudah terbiasa berpikir dan membaca begitu banyak materi, kehidupan mereka sebagai mahasiswa sangat terbantu.

Hikmah yang bisa diambil adalah, debat bukan hanya kegiatan buang-buang waktu namun bisa memberi banyak keuntungan bagi mahasiswa yang berkecimpung di dunia debat. Apalagi jika mereka bisa bertahan menghadapi tingkat kompetisi tanpa henti dalam dunia tersebut, ya mendapat prestasi ya mendapat banyak pengalaman dan kemampuan dalam berbicara.

Ryand Christian Derek, Universitas Kristen Satya Wacana, Program Studi Hubungan Masyarakat, Fakultas Teknologi Informasi.