Kesetiaan Patricia Schuldtz Menjadi DJ

0
3607

DJ Patricia Schuldtz semakin mantap melangkah setelah sepuluh tahun berkarya. Patricia yang akrab disapa Pat selalu bersemangat dan enerjik untuk berkarya meski musiknya dinikmati sebagian orang saja. DJ keturunan Tionghoa-Jerman ini merasa saatnya perempuan bergerak, berkarya, dan berinovasi. 

“Saya kurang suka kalau ada keterangan female di depan nama profesi seperti Female DJ. DJ dan profesi lainnya tak harus dibedakan menjadi pria atau wanita. Biarlah karya yang dibuat itu yang dinilai. Menikmati musik lewat telinga bukan secara fisik lewat mata,” kata Pat. 

Tahun ini, Pat akan kembali beraksi di Djakarta Warehouse Project yang akan berlangsung pada 13-15 Desember 2019 di JIEXPO Kemayoran, Jakarta. Sebelumnya, Pat sudah manggung di DWP sejak tahun 2014, kecuali tahun 2016 dia absen di DWP. Tim Kompas Muda berhasil mewawancarai Pat, di Jakarta Selatan, Selasa (10/12/2019). Berikut ini petikan wawancaranya:  

Masa kecil adalah masa yang penuh impian dan harapan. Apakah menjadi seorang DJ adalah mimpi sejak kecil? 

Kalau dari kecil mau menjadi DJ itu enggak mungkin ya karena dulu media sosial belum berkembang dan minim akses mengenal musiknya (EDM). Tetapi sejak kecil orang tuaku sudah mengenalkan musik dan alat-alatnya seperti gitar dan piano.

Beranjak remaja, baru mulai menjelajahi dunia musik dan clubbing. Di club aku lihat DJ-nya keren dan rasanya lebih asyik menyusun lagu-lagu daripada sekadar menikmatinya saja. 

Senyuman manis khas ciri khas DJ Pat di salah satu restoran di Jakarta pada Selasa (10/12/2019). Fotografer: Ben Saragih.

Kapan mulai fokus menekuni profesi DJ yang sudah menjadi ketertarikan sejak remaja?

Sebenarnya aku enggak pernah terpikir (memilih) DJ sebagai karier. Awalnya, hanya hobi. Sewaktu kuliah di Australia housemate aku punya alat DJ. Meski hanya turntable biasa dan masih pakai piringan hitam tapi aku penasaran untuk mencobanya.

Lalu, pulang ke Indonesia setelah selesai kuliah, diajak temanku, DJ Stan, untuk coba main sebagai DJ bergenre Hip-Hop. Katanya belum banyak DJ yang bergenre Hip-Hop dan aku pun merasa tertantang. Ternyata selain disambut baik oleh sekitar, (karier DJ) bisa hasilkan uang. Rasanya terus-terusan pengen main!

Kolaborasi menyatukan berbagai hal menjadi satu. Menurut Pat, apa arti kolaborasi dan kriteria memilih teman untuk berkolaborasi?

Kolaborasi itu sangat penting. Selalu ada hal baru yang bisa dipelajari lewat kolaborasi. Industri musik terus berkembang dan tidak akan berhenti maka harus banyak belajar.

Sekembalinya dari Australia aku diminta papa, yang berprofesi sebagai dokter, untuk daftar kuliah di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Mungkin ia merasa aku juga bisa menjadi seorang dokter seperti dirinya. Tetapi di tengah jalan aku bertemu dengan beberapa DJ dan merasa senang untuk bermusik serta berkolaborasi. Aku lepaskan kuliah untuk bermusik. 

Aku suka bertukar pikiran namun satu hal yang menjadi kriteriaku dalam berkolaborasi adalah kesamaan dalam musik. Perbedaan pendapat dapat diatasi jika memiliki visi dan misi yang sama. Tujuan pun dapat dengan mudah dicapai lewat kolaborasi.

DWP tahun ini pulang ke rumah di Jakarta. Apa yang akhir-akhir ini dipersiapkan untuk menyambut kembali DWP?

Tentunya aku sedang menyusun beberapa lagu yang akan ditampilkan nanti dan kejutan-kejutan spesial menanti. Meski penampilan tahun ini tanpa kolaborasi, aku akan berusaha untuk menampilkan yang terbaik. Kalau tahun lalu, DWP diadakan di Bali, suasananya lebih santai. Tahun ini aku akan fokus memberikan lebih banyak energi.

Banyak orang merasa dengan berjoget di depan panggung membuat DJ senang. Namun sebenarnya bagaimana cara yang tepat untuk menghargai karya seorang DJ?

Jangan memaksa DJ untuk putar lagu yang diinginkan dalam waktu yang cepat atau kesannya terburu-buru. Sebelum tampil, DJ sudah mempersiapkan susunan lagu yang cocok dan sesuai karakter club atau tempat tampil. Harus pintar memilih club yang akan didatangi. Setiap club memiliki genre masing-masing seperti House, Hip-Hop dan lain-lain.

DJ Pat (kiri) diwawancarai oleh penulis pada Selasa, (10/12/2019) di salah satu restoran di Jakarta Selatan. Fotografer: Muhammad Raihan.

Apa tips untuk anak muda yang ingin menjadi seorang DJ?

Jangan cepat menyerah karena lagu yang harus disusun memang cukup banyak tetapi bukan berarti menjadi beban. Pintar-pintar membaca situasi dan kondisi penikmat musik. Nyalakan api semangat yang tidak akan padam.

Juga jangan cepat terbawa perasaan atau marah jika hanya sedikit yang menghargai karya. Selera masing-masing sangat berpengaruh. Fokuslah membahagiakan beberapa orang yang meski sedikit tapi menyukai karya yang dibuat. 

Nah, saksikan aksi spektakuler dengan kejutan-kejutan spesial dari DJ Patricia Schuldtz jam 20.45 di panggung Garudaland Djakarta Warehouse Project, JIExpo Kemayoran, tanggal 15 Desember 2019. Senyuman manis dan lambaian tangan pun mengakhiri wawancara eksklusif.

Tonton video wawancara selengkapnya di Youtube Kompas Muda.

Maria Oktaviana, siswi SMA Negeri 7 Tangerang Selatan, Magangers Batch X Kompas Muda dan Reporter Volunter untuk Pra-event Djakarta Warehouse Project 2019.