Identitas nasional menjadi faktor sangat penting untuk menentukan jati diri bangsa, karena pada prinsipnya identitas nasional sangat melekat pada kearifan lokal atau eksistensi kebudayaan bangsa di lingkungan internasional. Dapat ditarik benang merah bahwa, penting bagi setiap bangsa mampu mempertahankan jati diri nasionalnya demi menjaga eksistensi bangsa terutama dalam meningkatkan aspek kehormatan bangsa.
Identitas nasional sebuah bangsa sangat erat kaitannya dengan budaya bangsa itu sendiri. Khusus bangsa Indonesia, identitas nasional tidak dapat dilepaskan dengan dari dasar negara pancasila. Seperti yang telah penulis katakan sebelumnya bahwa, identitas nasional sangat melekat pada kearifan lokal atau eksistensi bangsa.
Kearifan lokal sering dikonsepsikan local wisdom yang merupakan luaran dari masyarakat tertentu yang sebelumnya belum dimiliki oleh masyarakat lain dalam artian menjadi ciri khas tersendiri oleh setiap bangsa, khusunya bangsa Indonesia.
Menurut Suyatno dalam (Tim PMPK UB, 2017), kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai itu menjadi pegangan kelompok masyarakat tertentu yang biasanya akan menjadi bagian hidup tak terpisahkan yang dapat diamati melalui sikap dan perilaku mereka sehari-hari.
Di dalam identitas nasional terdapat identitas budaya yang terbentuk dari struktur kebudayaan yang berbeda di suatu masyarakat. Struktur kebudayaan yang dimaksud adalah pola-pola persepsi, berpikir, dan perasaan. Identitas budaya suatu daerah merupakan suatu karakter atau jati diri dari suatu daerah akan budayanya yang menjadi hasil karya suatu daerah tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa identitas budaya secara fungsional dapat memperkenalkan suatu daerah kepada daerah lainnya.
Seperti musik gambus (salah satu genre musik yang lahir dari perpaduan budaya antara Timur Tengah dengan Melayu) yang menjadi salah satu ciri kesenian di kota Palembang. Musik gambus di Kota Palembang seringkali disebut musik gambus Melayu. Di dalamnya terdapat perpaduan musik Arab dan ornamen Melayu.
Terlebih di Kota Palembang terdapat etnis Arab dengan sejumlah kelompok minoritasnya yang dikenal dengan nama “Wong Ayib” atau orang keturunan bangsa Arab yang benar-benar memiliki tradisi dan keseniannya sendiri. Kondisi itu memunculkan musik gambus menjadi ciri khas Kota Palembang.
Gambus Melayu
Musik gambus di Kota Palembang merupakan kelompok musik yang beraliran gambus klasik, gambus Melayu, dan gambus modern dengan membawakan aransemen yang lebih modern. Kelompok-kelompok musik gambus lebih mudah diterima oleh masyarakat diberbagai kalangan.
Lagu-lagu yang sering dibawakan, mulai dari lagu-lagu gambus klasik, gambus Melayu, salawat, khasidah, pop Arabik, dan sebagainya. Masyarakat Kota Palembang sangat mengapresiasi dan memandang kesenian musik gambus sebagai kesenian yang estetis, karena tidak terlepas dari kekerabatan antar orang pribumi dengan etnis Arab di Kota Palembang.
Adapun faktor-faktor pembentuk identitas budaya musik gambus sebagai pembentuk masyarakat di kota Palembang, meliputi: kepercayaan, bahasa, dan pola perilaku. Pertama, terdapat kepercayaan menjadi faktor utama dalam identitas budaya. Tanpa adanya kepercayaan yang dianut, maka tidak akan terbentuk suatu identitas budaya yang melekat pada suatu kebudayaan.
Antar budaya
Keakraban budaya yang ditemukan merupakan perwujudan antar budaya yang dipercayai oleh masyarakat kota Palembang, kemudian dijadikan sebagai pedoman hidup dalam kehidupan bermasyarakat. Kedua, bahasa yang berfungsi untuk berkomunikasi dan sekaligus sebagai pedoman untuk melihat realitas sosial, hal ini terlihat melalui salah satu salawat yaitu, “Salawat Badar” yang disajikan.
Didalamnya berisi ungkapan salawat nabi dan juga terdapat doa-doa yang dimohonkan kepada Allah Yang Maha Menjawab. Hal ini yang membentuk konstruksi berpikir masyarakat Palembang tentang tata bahasa yang baik dalam ber’doa, berbicara, maupun bergaul di masyarakat. Itu juga terwujud dari cara masyarakat Palembang memperlihatkan kecintaannya terhadap kebudayaannya sendiri.
Terbukti dengan seringnya masyarakat menggunakan pertunjukan musik gambus dalam setiap kegiatan, baik itu pernikahan, khitanan, dan acara lainnya. Dan yang terakhir, pola perilaku juga menjadi faktor pembentuk identitas budaya. Perilaku yang kurang baik dimata masyarakat, akan menimbulkan terjadinya diskriminasi. Seperti pakaian yang diperlihatkan oleh kelompok musik gambus mencerminkan identitas budaya Palembang dan menyesuaikan dengan adat, serta agama Islam.
Dari contoh yang telah penulis paparkan, apakah musik gambus yang sudah terkenal sampai saat ini dapat bertahan dalam arus globalisasi? Tentu bisa. Untuk menghadapi hal semacam itu, diperlukan strategi awal untuk mempertahankan identitas budaya.
Meskipun belum berhasil sepenuhnya, setidaknya terdapat proses atau hal terkecil yang bisa mempertahankan eksistensi kebudayaan yakni, dengan cara selalu menggunakan barang-barang hasil kebudayaan sendiri. Dengan kita menggunakan cara tersebut, dapat menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan tersendiri akan hal yang dibuat oleh tangan-tangan kreatif dari para masyarakatnya.
Almira Gusti Iqma, mahasiswi Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang