“Negeri ini tidak akan hancur karena bencana ataupun berbeda. Tetapi karena moral bejat dan perilaku korupsi.” – Abdurrahman Wahid (Presiden keempat Republik Indonesia)
Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan pulau. Pulau-pulau tersebut memiliki potensi sangat beragam, mulai dari sumber daya hayati hingga tambang semuanya ada. Namun, potensi-potensi tersebut belum mampu dimanfaatkan secara maksimal untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan kurang maksimalnya pemanfaatan potensi tersebut. Salah satunya adalah korupsi.
Korupsi telah menjadi konsensus bersama sebagai salah satu hambatan terbesar dalam pemaksimalan potensi yang dimiliki Indonesia. Korupsi di kalangan pejabat publik di Indonesia sudah sampai taraf yang memprihatinkan. Buktinya adalah simbol agama yang suci yaitu kitab suci pengadaannya berani dikorupsi.
Agama yang harusnya menjadi sesuatu yang suci pun berani dikotori melalui korupsi. Korupsi dapat dicegah keberadaannya melalui penanaman nilai dan keperibadian anti korupsi di kalangan pemuda dan remaja karena kelak mereka yang akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini.
Berangkat dari pengertian itu, Korps Mahasiswa Anti Korupsi (KOSMIK) Universitas Indonesia yang berada di bawah naungan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia menyelenggarakan sebuah acara yang dinamakan Sekolah Informal Anti Korupsi (SIAK).
“SIAK bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi dikalangan siswa dan mahasiswa,” ujar Project Officer SIAK, Miftahul Jannah. SIAK sendiri diselenggarakan pada 10 dan 16-17 November 2019 bertempat di area car free day (CFD) Jalan Sudirman, Jakarta, Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Wisma Lemigas, Cipanas, Bogor.
Dengan mengangkat tema berani aksi lawan korupsi, SIAK memiliki beberapa rangkaian kegiatan menarik. Bertepatan dengan hari pahlawan pada 10 November 2019, SIAK menyelenggarakan kegiatan seni lawan korupsi.
Kegiatan yang berbentuk semacam pentas seni ini menampilkan beberapa penampilan seni yang menarik, seperti band, deklamasi puisi, dan flashmob. Selain itu, terdapat pula orasi mengenai pentingnya nilai anti korupsi dan penggalangan tanda tangan di banner sebagai bentuk dukungan terhadap sikap anti korupsi.
Kegiatan selanjutnya adalah Studi Eksekursi Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 16 November 2019 di Gedung Merah Putih KPK. Kegiatan ini diisi dengan pemaparan materi mengenai pencegahan korupsi dan penanaman nilai-nilai anti korupsi oleh David Sepriwarsa.
Setelah pemaparan materi, peserta SIAK diajak mengelilingi ruang-ruang di gedung KPK yang dapat diakses publik seperti Perpustakaan KPK, ruang konferensi pers, ruang jurnalis, ruang pengaduan publik. Pada kesempatan itu, peserta SIAK diberi kesempatan untuk menjelajah dan mendapat penjelasan mengenai ruang-ruang tersebut.
Setelah kegiatan ekserkusi gedung KPK rampung, kegiatan berikutnya adalah rumah kejujuran. Di dalam kegiatan rumah kejujuran ini terdapat beberapa agenda menarik di dalamnya. Agenda dimulai dengan penyalaan lampion harapan, menonton film bertemakan kejujuran, pemberian materi dari perwakilan KPK dan Indonesian Corruption Watch (ICW), dan diakhiri dengan Focus Group Discussion (FGD) mengenai apa saja pengetahuan baru yang didapatkan dalam kegiatan ini.
Acara SIAK ini mendapatkan sentimen yang positif dari pesertanya. Salah satu peserta SIAK, Gita Permanasari menyatakan banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan baru.
“Dari SIAK kemarin, saya paham mengapa korupsi dinyatakan sebagai tindak pidana luar biasa. Hal itu karena kompleksitas dan sistematisnya korupsi yang ada di Indonesia. Setelah mengikuti Acara SIAK ini, saya juga sadar bahwa sering kali kita sebagai manusia pada umumnya cenderung abai terhadap hal-hal kecil yang dapat menjadi cikal bakal korupsi,” ujarnya.
Selain itu, ia berharap semoga SIAK selalu ada tiap tahun dan giat dalam mengajak generasi muda untuk terus menanamkan jiwa kesadaran anti korupsi. Acara SIAK memiliki kesan yang mendalam bagi Gita karena kegiatannya sangat seru, kaya akan informasi baru mengenai korupsi, dan bertemu orang-orang baru yang mengasyikan dan seru.
SIAK telah usai sejak beberapa hari yang lalu. Namun, semangat yang dihasilkannya dalam menanamkan nilai-nilai anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari dan menggelorakan semangat anti korupsi bagi seluruh rakyat Indonesia. Semoga.
Satrio Febriyanto, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia, magangers Kompas Muda Harian Kompas Batch X