ARKIPEL Bromocorah – 7th Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival yang digagas oleh Forum Lenteng sejak 2013 telah selesai digelar pada 18 hingga 26 Agustus 2019 yang lalu di Jakarta. Penyelenggaraan ARKIPEL merupakan sebagai salah satu upaya untuk membaca fenomena global dalam konteks sosial, politik, ekonomi, dan budaya melalui sinema.
Rangkaian ARKIPEL Bromocorah – 7th Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival ditutup pada 26 Agustus 2019 di GoetheHaus, dengan penampilan performans bunyi oleh Theo Nugraha, seorang seniman bunyi dari Samarinda yang telah menjadi bagian dari kancah musik eksperimental Indonesia sejak 2013. Karya yang ditampilkan berjudul Plague (Electron Edition), karya ini adalah pengembangan dari Plague dalam keikutsertaannya di 69 Performance Club edisi ke-14 dengan tajuk kuratorial Framed Body.
Secara keseluruhan ada 51 film dari 33 negara diputar sejak dibukanya festival tanggal 20 Agustus lalu. Ke-28 film di antaranya termasuk dalam program Kompetisi Internasional yang diseleksi dari 1200 film yang didaftarkan dari 85 negara di seluruh dunia. Setiap tahunnya, ARKIPEL memiliki empat penghargaan yang dipilih oleh empat orang Juri, yaitu Hafiz (Indonesia), Mahardika Yudha (Indonesia), Akbar Yumni (Indonesia), dan Scott Miller Berry (Kanada). Bagaimana pendapat dari keempat dewa juri atas penghargaan yang diberikan dan siapa saja pemenangnya?
Peransi Award
Imajinasi manusia mendorong kita untuk menemukan cara-cara tak biasa dalam memenuhi hasrat keingintahuan. Sinema adalah buah dari imajinasi, yang secara teknologis telah merubah peradaban dan cara kita melihat dunia. Film ini membalikkan imajinasi teknologis yang secara kultural melekat dalam sejarah sinema dan audio visual kita. Penghargaan ini sengaja diperuntukkan bagi sutradara berusia di bawah 31 tahun. ARKIPEL Bromocorah menganugerahkan Peransi Award kepada film Sapu Angin karya Cahyo Prayogo dari Indonesia, produksi tahun 2017.
Jury Award
Dewan Juri pada ARKIPEL Bromocorah menganugerahkan Jury Award ARKIPEL kepada dua buah karya yaitu Centar karya sutradara Ivan Marković dari Serbia, produksi tahun 2018, dan kepada The Love of Statues karya Peter Samson dari Inggris, produksi tahun 2019.
Forum Lenteng Award
Forum Lenteng Award dianugerahkan kepada Blues Sides on the Blue Sky karya Rachmat Hidayat Mustamin dari Indonesia, diproduksi tahun 2018. Sebagaimana visinya, Forum Lenteng Award diberikan kepada film yang mendapat aplus paling gembira dari seluruh anggota Forum Lenteng. Film ini menjadi favorit tim Forum Lenteng tahun ini, karena mengusung semangat yang sama dengan bagaimana Forum Lenteng bekerja selama 17 tahun ini: berkolektif, atas inisiatif diri yang tinggi, dan yang pasti dengan semangat yang selalu menjadi keharusan bagi anak muda untuk “berbuat” sambil merekam persoalan lokal yang dia ketahui, secara kontemporer, namun tetap dalam kemasan yang bisa diresap secara universal, yaitu: puisi.
ARKIPEL Award
Dewan juri menganugerahkan ARKIPEL Award ke-7 kepada film The Future Cries Beneath Our Soil atau Mùa Cát Vọng karya sutradara Pham Thu Hang dari Vietnam, produksi tahun 2018.
Film ini bisa jadi bukan mencari universalitas macam situasi paska perang yang seringkali mengeksplorasi luka, trauma, dan lain sebagainya. Melalui kesetiaannya terhadap keseharian para tokohnya, film ini lebih terlihat semacam spasialitas yang mengikis universalitas perang, di mana kisah di sebuah rumah yang tanpa pintu selalu membuka kemungkinan-kemungkinan kehadiran (presence) dan peristiwa (event), ketimbang pretensi terhadap hal-hal yang representasional.
Sampai jumpa di ARKIPEL 2020!