Menyulap Limbah Organik Rumah Tangga di Depok Menjadi Komposter

0
450

Hidup di tepi sungai merupakan kebiasaan dari sebagian penduduk Indonesia. Berumah di tepi sungai sudah menjadi sejarah panjang permukiman Indonesia. Mereka yang bermukim di sini membutuhkan kearifan lokal yang tinggi.

Banyaknya masyarakat yang membuang sampah ke bantaran sungai membuat lokasi tersebut rawan longsor, banjir dan punya potensi menghadapi pencemaran air kotor. Untuk menjaga lingkungan di tepi sungai agar tetap berkualitas seagai tempat tinggal, yang harus dilakukan oleh penghuninya adalah memelihara lingkungan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam menjaga lingkungan adalah mempelajari cara mengolah limbah organik rumah tangga menjadi pupuk. Kegiatan tersebut dapat dilakukan masyarakat secara mandiri atau bersama komunitas, bahkan instansi pemerintah yang lebih luas sehingga hasil dari kerjasama tersebut diharapkan dapat diterapkan dan terjalin simbiosis mutualisme antara masyarakat dan sungai sebagai bagian dari penyelamatan lingkungan.

Terkait dengan isu lingkungan tersebut, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Indonesia bersama Komunitas Ciliwung Depok mencoba menerapkan beberapa jenis komposter sederhana. Ketua tim pelaksana kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Indonesia, Hafid Setiadi, mengatakan para ahli telah mengembangkan berbagai cara untuk pengolahan limbah rumah tangga namun terkadang hal tersebut membutuhkan biaya yang cukup mahal dan sulit dijangkau oleh rumah tangga. Untuk membuat komposter sederhana, masyarakat dapat memanfaatkan bahan-bahan bekas yang masih dapat dipakai.

“Salah satu bentuk kegiatan pelestarian lingkungan adalah membuat pupuk organik dengan memanfaatkan limbah. Ini merupakan kegiatan sederhana yang dapat dilakukan oleh setiap rumah tangga” kata Hafid Setiadi pada Rabu (07/08/2019) lalu.

Ia menambahkan komposter sederhana memiliki banyak manfaat. Limbah-limbah organik dapat memberikan kesuburan pada tanaman di sekitar komposter. Volume sampah rumah tangga yang diangkut ke tempat pembuangan sampah berkurang sehingga menurunkan jumlah sampah harian. Sampah-sampah yang dilarikan ke bantaran sungai pada akhirnya dapat berkurang dan habis.

“Kebiasaan mengolah sampah organik secara mandiri harus dibangun secara bertahap dan berkelanjutan, dengan begitu kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan meningkat” imbuhnya.

Muhamad Khairul Rosyidy