Pengenalan Rupiah dan Konsep Menabung Bagi Warga Desa Jatimalang, Purworejo

0
215

Setiap individu tentu tidak asing dengan kata menabung, namun apakah konsep menabung yang benar sudah pasti diterapkan? Bahkan mungkin tak sedikit pula yang tidak menabung meskipun mengerti manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini.

Pertanyaan dan realita yang terjadi dalam kehidupan perekonomian rumah tangga inilah yang membawa saya ingin belajar bersama warga Desa Jatimalang tentang sejauh mana pemahaman konsep menabung yang sudah dilakukan warga, termasuk ibu-ibu maupun anak-anak. 

Dua kelompok sasaran yang berbeda yakni ibu-ibu dan anak-anak sebenarnya berada pada satu rantai yang sama, sebab perilaku anak-anak seringkali tercermin dari edukasi dan kebiasaan orangtuanya. pemberian edukasi kepada kedua kelompok tersebut  diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam pada perilaku menabung mereka.

Kegiatan dimulai dengan memberikan sosialisasi tentang perencaanaan keuangan keluarga yang bersumber dari publikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Adapun pembahasan di dalamnya meliputi cara merencanakan keuangan, anggaran yang ideal dan cara membuat anggaran.

Merencanakan keuangan yang tepat perlu memerhatikan tiga hal yakni, dengan mengenali kondisi keuangan keluarga, menentukan keinginan dan kebutuhan di masa depan, dan melakukan ranking atau urutan kebutuhan utama sesuai urgensinya. Selain itu, OJK juga memberikan kunci sukses merencanakan keuangan keluarga melalui anggaran yang ideal dan mudah dipahami berbagai kalangan masyarakat.

Menerapkan anggaran yang ideal diperlukan pos-pos menabung untuk memeneuhi kebutuhan di masa depan. OJK memberikan contoh yang sederhana yaitu dimulai dengan menabung sebesar Rp 1.000 per hari dengan rutin selama 180 hari dapat digunakan untuk membeli seragam sekolah. 

Antusias ibu-ibu PKK Desa Jatimalang, Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo-Jawa Tengah membuat saya bangga. Beberapa dari mereka juga merasakan kesulitan merencanakan keuangan terutama dalam hal mendahului kebutuhan daripada keinginan, salah kaprah dalam mengeluarkan uang untuk membeli hal-hal yang tidak penting.

Terlihat sepele namun ibu-ibu PKK memerhatikan dengan seksama, menunjukkan jika mereka peduli terhadap kesejahteraan keluarganya karena bagaimanpun pekerjaan sebagai ibu rumah tangga tetap memerlukan otoritas dalam menentukan keputusan yang telah didiskusikan bersama dengan anggota keluarganya sehingga dapat mencapai tujuan yang efektif, efisien, dan bermanfaat 

“Aku mau beli handphone senilai lima juta rupiah, tapi tidak jadi Kak, karena saya mau menggantinya untuk membeli buku-buku pelajaran dan sisanya baru dibelikan handhpone yang lebih murah”

Kegiatan dilanjutkan dengan pengenalan rupiah dan edukasi menabung kepada anak-anak SDN Jatimalang. Mengapa saya memulai dengan mengenalkan rupiah kepada anak-anak? Karena saya berharap mereka dapat mengetahui hebatnya rupiah yang kita miliki sebelum menuju pada pencapaian tujuan menabung yang akan mereka lakukan. Rupiah yang dimiliki Indonesia begitu hebat, mengapa hebat?

Berdasarkan video yang diunggah Bank Indonesia di YouTube menunjukkan jika pemerintah bersama dengan Bank Indonesia memerhatikan setiap detail mata uang bahkan pada uang kertas seribu rupiah, yang ketika uang diterawang akan terlihat unsur pengaman berupa tanda air yang bergambar pahlawan dan logo Bank Indonesia atau disebut rectoverso.

Selain itu, rupiah yang kita miliki memiliki kode tunanetra berupa pasangan garis di sisi kanan dan sisi kiri uang sehingga kaum disabilitas tunanetra dapat mengetahui jumlah uang yang mereka pegang dengan meraba sisi-sisi tersebut. 

Respon anak-anak SDN Jatimalang terhadap edukasi tersebut sangat baik. Mereka kagum dan sadar bahwa rupiah yang kita miliki saat ini menakjubkan dan manfaatnya pun kembali lagi kepada masyarakat yakni guna menghindari penipuan uang palsu yang dilakukan oleh oknum-oknum tidak bertanggungjawab.

Konsep 3D

Beberapa dari mereka saya minta untuk maju ke depan dan memeragakan konsep 3D (dilihat, diraba, dan diterawang). Saya takjub melihat mereka memeragakan konsep tersebut dengan sangat ekspresif membuat teman-temannya ikut terhibur sekaligus belajar banyak hal. 

Edukasi menabung saya mulai dengan cara menabung yang benar, menabung harus selalu menjadi prioritas dibandingkan kebiasaan membeli jajan-jajanan yang tidak sehat, jadi dimulai dengan langsung menyisihkan uang saku yang diberikan orangtua setiap harinya untuk ditabung sebelum digunakan untuk jajan sehingga kegiatan menabung dapat berjalan dengan konsisten.

Selanjutnya baru menentukan kebutuhan dan keinginan, total penjumlahan kebutuhan keinginan digunakan sebagai tujuan mereka menabung. Alasan mengapa harus membeli barang-barang yang ada dalam daftar kebutuhan dan keinginan juga tak lupa harus mereka tuliskan ke dalam langkah-langkah menabung yang mereka buat.

Faktor apakah yang membuat mereka mengurungkan niat membeli barang-barang mahal ?  Setelah mereka menuliskan alasannya, salah satu diantara siswa berkata, “Aku mau beli handphone senilai lima juta rupiah, tapi tidak jadi Kak, karena saya mau menggantinya untuk membeli buku-buku pelajaran dan sisanya baru dibelikan handhpone yang lebih murah”.

Saya kaget mendengarnya. Mereka bisa membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan dan lebih penting lagi mereka mengutamakan pendidikan. 

Menjelaskan konsep 3D kepada siswa SDN Jatimalang

Kegiatan pengenalan rupiah dan menabung memberikan banyak makna baik dari saya pribadi maupun anak-anak SDN Jatimalang. Pertama menciptakan rasa bangga terhadap bangsa kita bangsa Indonesia, dimulai dari situ barulah mereka mengerti cara menghargai rupiah yang kita miliki dengan menjaga keaslian uang, menghindari perilaku konsumtif, dan membiasakan diri dengan menabung.

Bermula dari hal-hal sederhana dapat memberikan kesan bermakna, itulah yang saya dapatkan dari kegiatan KKN UGM di Desa Jatimalang, Purwodadi, Purworejo yang tidak selalu saya dapatkan di kehidupan hiruk pikuk kota. Sebenarnya dimanapun kita berada, kita dapat belajar arti dari  menghargai hal-hal kecil, namun sering terlupakan oleh perasaan ambisius pribadi, gelisah, dan kurang memperhatikan lingkungan sekitar.

Sebagai orang-orang yang beruntung dapat menikmati akses keuangan dan pendidikan yang lebih memadai, kita harus mulai bersama-sama bekerja bukan untuk diri sendiri namun untuk seluruh masyarakat Indonesia. Hargai setiap perbuatan baik yang telah dilakukan diri sendiri maupun orang lain, dengan begitu kita dapat mencapai kehidupan bernegara yang lebih baik di masa depan. 

Ilmia Gumiwang Wiwaharesti