Sahabat Farm, Pelopor Bertani di Lahan Sempit yang Terbengkalai

0
1003

Tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang sedang melakukan KKN di Desa Tridadi Sub Unit Pangukan kampung Jugang Kabupaten Sleman, Yogyakarta, beberapa waktu lalu berkesempatan belajar pertanian di lahan sempit dan lahan terbengkalai karena tak tergarap. Kegiatan itu diadakan untuk memberikan inspirasi bagi rekan-rekan pemuda dan pemudi kampung Jugang agar dapat bertani dilahan sempit atau lahan mati dan terbengkalai di sekitar rumahnya.

Selain itu diharapkan minat bertani pemuda kampung Jugang turut meningkat dan dapat menularkan pengalamannya kepada teman-temannya di kampung. Harapan tersebut muncul karena beberapa tahun terakhir, terjadi kerisauan dikalangan petani kampung Jugang dan pemimpin-pemimpin dusun akan keberlanjutan pertanian di dusun mereka. Berkait dengan keadaan itu, demi mendukung aspirasi dari tokoh masyarakat setempat kegiatan tersebut kami adakan.

Kami bersama para pemuda Kampung Jugang berkunjung ke lahan Sahabat Farm. Sahabat Farm beralamat di Gamping Kidul, Ambarketawang, Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.  Sahabat Farm merupakan sebuah kelompok yang memiliki visi untuk meningkatkan minat bertani dan edukasi pertanian bagi para Pemuda.

Sahabat Farm juga melakukan pemberdayaan masyarakat setempat dan kerjasama pemberdayaan dengan panti asuhan. Sampai di Rumah Sahabat Farm, kami disambut hangat oleh President Director Muhammad Farhan dan Director Agriculture Sahabat Farm Rahmat Fauzi. Kemudian mereka memberikan materi kepada kami untuk mengenal singkat apa itu Sahabat Farm.

Setelah sedikit diberikan materi, kemudian kami keliling lahan sempit milik Sahabat Farm. Dimulai dari depan kami diperkenalkan dengan jeruk yang bagi kami ini merupakan jenis baru yang kami kenal. Jeruk ini berwarna merah kecil dan rasanya sedikit pahit sepat. Biasanya digunakan untuk kutek kuku.

sahabat farm
Jeruk kecrit milik Sahabat Farm

Selanjutnya kami diajak melihat kebun sempit yang ditanami sayur mayur, untuk tempat kandang ayam dan bunga-bungaan. Disini kami belajar bahwa lahan sempit saja dapat menghasilkan sayur yang cukup beragam seperti tomat, kangkung, sawi sendok, pakcoy, lombok dan terong.

Selain jenis tanaman itu, di lahan tersebut ada tanaman bawang merah, edamame dan sawi putih. Ada juga pohon kepel, kakao, matoa dan jambu air. Lahan ini awalnya  bangunan rumah yang roboh sewaktu gempa, tetapi kemudian tanahnya diberi pupuk diatasnya, sehingga yang awalnya di atas tanah ada batu bata dan semen, tertimbun oleh tanah dan pupuk. Di atas tanah itu kemudian dapat ditanami sayuran dan hortikultura.

Sahabat Farm
President Director Sahabat Farm sedang menjelaskan pengolahan lahan bekas bangunan menjadi lahan pertanian produktif

Usai melihat lahan pertanian mini mereka, pihak Sahabar Farm juga menjelaskan teknik Hidroponik sederhana agar kami dapat bertani di rumah. Mereka juga mengajari kami memanfaatkan barang-barang bekas atau sampah agar dapat bermanfaat dan tidak menjadi sampah saja.

Bahan yang digunakan ialah botol air mineral yang dipotong dan setengah bagian atasnya dibalik. Sehingga ujung botol berada dibawah. Bagian dalamnya diberi kain flanel untuk sumbu. Kemudian diberilah air yang telah diberi pupuk cair, barulah diberi tanaman hasil semai. Contoh penggunaannya untuk menanam kangkung.

Selanjutnya kami mendapat penjelasan mengenai budidaya lobster air tawar milik Sahabat Farm yang meliputi, budi dayanya, perbedaan jantan betina dan cara perawatan lobster yang baik.

Terakhir kami mendapat pembelajaran tentang cara memanfaatkan ruang tak terpakai untuk budidaya. Contohnya untuk budidaya lele di bak bekas kamar mandi dan budidaya jamur di sisi-sisinya.

Penjelasan budidaya jamur oleh Sahabat Farm

Setelah keliling lahan, kami memberikan kenang-kenangan kepada tim Sahabat Farm yang diwakili oleh President Director Sahabat Farm, Muhammad Farhan dan Director Agriculture Sahabat Farm, Rahmat Fauzi.

Sahabat Farm
Mahasiswa KKN PPM UGM menyimak penjelasan tentang sistem hidroponik sederhana oleh pihak Sahabat Farm

Dari kunjungan tersebut, kami Mahasiswa KKN dan pemuda Kampung Jugang belajar bahwa lahan sempit dan mati mampu memberikan nilai tambah lebih jika dapat memanfaatkan sebaik-baiknya. Tentu saja lahan itu lebih dulu diolah untuk menanam atau beternak lele dan lainnya untuk kebutuhan sehari-hari lebih dulu.

dengan cara itu lahan yang semula dibiarkan menganggur dapat bermanfaat selain bagi diri sendiri, keluarga juga dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Semoga kunjungan itu mampu memberi inspirasi dan motivasi bagi anak muda, khususnya warga Kampung Jugang agar dapat melanjutkan warisan nenek moyang untuk menggarap lahan pertanian di desanya.

Buhairi Rifqa Moustafid, mahasiswa Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta