Kepemimpinan Visioner “Mr Crack”

53
2529

Bacharuddin Jusuf Habibie atau akrab disapa “Mr Crack” adalah Presiden Republik Indonesia ketiga yang menggantikan Presiden Soeharto yang mundur dari jabatan. Pak Habibie lahir 25 Juni 1936 di Pare-Pare Sulawesi Selatan. Putera dari pasangan Raden Ajeng Tuti Martini Puspowodjojo dan Alwi Abdul Jalil Habibie menapaki karirnya yang dimulai dengan menempuh studi di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Selang satu tahun, ia pindah ke Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH) di Jerman setelah mendapat beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Di sana ia memilih untuk mengambil jurusan teknik penerbangan dengan spesialisasi kontruksi pesawat terbang.

Habibie. Ketika mendengar namanya yang terpikirkan dibenak kita adalah IQ-nya yang setara ilmuwan Einstein dan pesawat terbang buatannya. Riwayat hidupnya pun tak tanggung-tanggung. predikat cumlaude hingga summa cumlaude berhasil ia dapatkan dari studinya di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule.

Selain itu, banyak penghargaan yang telah ia torehkan baik dari dalam maupun luar negeri yang antara lain dari Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar di Jerman, Inggris, Swedia, Prancis, hingga Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri penghargaan untuk Habibie dianugerahkan oleh ITB, yaitu Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana. Julukan “Mr. Crack” juga ia dapatkan karena berhasil menemukan teori dan menghitung rambatan titik kerusakan yang terjadi pada logam.

Dalam hidupnya, tidak ada kata ‘mimpi’.  Ia lebih memilih menggunakan visi berwawasan ke masa depan. Melakukan tindakan nyata untuk mencapai visi. Karakteristik ini membuat Habibie condong pada gaya kepimpinan visioner.

 

Sebagian besar masyarakat menganggap sosok jenius ini sebagai panutannya, terutama dikalangan pelajar. Mulai dari kerja kerasnya, prinsip, rasa percaya diri dan pendiriaannya yang teguh. Dalam hidupnya, tidak ada kata ‘mimpi’. Karena menurutnya kata itu identik dengan angan-angan. Ia lebih memilih menggunakan visi yang berwawasan ke masa depan. Melakukan tindakan nyata untuk mencapai visi adalah salah satu prinsipnya. Karakteristik ini membuat Habibie condong pada gaya kepimpinan visioner.

Menurut Corinne McLauglhin (2001) pemimpin yang visioner adalah mereka yang mampu membangun ‘fajar baru’ (a new dawn) bekerja dengan intuisi dan imajinasi, penghayatan, dan boldness (keberanian). Mereka bekerja dengan kekuatan penuh dan tercerahkan dengan tujuan-tujuan yang lebih tinggi. Gaya kepimpinan Habibie itu terkenal sejak keberhasilannya membuat pesawat pertama Indonesia.

Pesan Soekarno

Alasan Habibie memilih jurusan teknik penerbangan karena ia teringat pesan Presiden pertama RI Ir Soekarno yang menyatakan, sangat penting untuk mengembangkan dirgantara dan juga penerbangan bagi Indonesia. Hal inilah yang memotivasinya untuk memanfaatkan studinya dengan sebaik-baiknya.

Sejak kembali ke Tanah Air dan menjabat sebagai menteri negara riset dan teknologi/Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Tekonologi serta memimpin 10 perusahaan BUMN industri strategis, Habibie berhasil memimpin pembuatan pesawat N250 Gatot Kaca pada tahun 1995. Pesawat ciptaannya tersebut sukses terbang tanpa mengalami dutch roll atau oleng.  Hal itulah yang membuat nama Indonesia mulai dipandang dimata dunia.

Namun sayangnya Soeharto memutuskan perusahaan yang membangun khusus pabrik pesawat N250 di Amerika dan Eropa ditutup. Hal ini dilakukan ketika badai krisis moneter melanda Indonesia antara tahun 1996-1998. Tentunya Habibie kecewa dengan keputusan ini. “Dengan pesawat ini, buatan mereka sendiri, seluruh pulau di Indonesia bisa terhubung. Bayangkan infrastruktur yang berkembang, kemajuan ekonomi di pulau-pulau itu. Mereka bisa mandiri. Tapi ternyata bangsa ini tidak mau,” kata B.J Habibie

Kiprah Habibie sebagai pemimpin visioner juga terlihat dari perubahan-perubahan dibidang politik dan ekonomi saat ia menjabat sebagai Presiden RI yang ketiga. Dalam bidang politik misalnya lahir UU Otonomi Daerah, UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, serta UU Partai Politik.

Selain itu, di era pemerintahannya masyarakat dapat lebih leluasa menyampaikan aspirasinya. Hal inilah yang membuat berbagai partai politik bermunculan sehingga aturan yang melarang berdirinya serikat buruh independen juga dihapus.

Menjadi presiden pertama era reformasi, Habibie juga berhasil menekan kurs dolar AS terhadap rupiah yang sempat melonjak pada masa orde baru dari awalnya Rp 15.000 menjadi Rp 6.500 per satu dolar Amerika Serikat.

Rizkiya Jariyah, mahasiswa Jurusan Akuntansi Politeknik Keuangan Negara STAN