Kuberikan seikat mawar untukmu. Kala kita singgah didalam kereta. Sambil mendengar bunyi ritmis diatas roda dekat jendela.
Kacamataku dan kacmatamu saling merekam jejak seperti para penyair saling berbalas sajak. Tangis bayi dan sepasang remaja yang macet otaknya sedang asik berpelukan, hadir ditengah perjalanan kita.
Kita meninggalkan Jogja dengan tergesa, diikuti deretan luka yang megantri sambil tertawa.
Percakapan demi percakapan saling bertautan diatas bangku kosong, berharap lekas ada yang menyongsong.
Mawar ini terus menyala sampai stasiun akhir tiba.