Melawan Kecepatan Dengan Transportasi Layang

0
222

Gemuruh suara kedatangan kereta api terdengar dari kejauhan berbaur dengan suara  bising di peron rute Blok-M-Lebak bulus itu. Tak lama kemudian, terdengar suara gerbong dibuka. Satu- persatu secara perlahan, penumpang langsung masuk ke dalamnya. Tak butuh waktu lama, gerbong pun ditutup kembali dan kereta mulai berjalan dengan cepat. Suasana itu sudah menjadi “makanan sehari-hari” para penumpang kereta Moda Raya Terpadu atau yang sering dikenal dengan singkatan MRT itu.

Warga Jakarta nampaknya sudah tidak asing lagi dengan transportasi yang satu ini. Setelah menunggu pembangunannya yang sudah berlangsung lebih dari lima tahun, akhirnya mereka dapat menikmati akses dari transportasi layang ini pada akhir April 2019 lalu.

Sejak diresmikan, stasiun MRT tak pernah sepi pengunjung. Beberapa dari mereka ada yang menggunakan transportasi ini untuk beraktivitas sehari-hari, namun ada juga yang sengaja datang untuk mencoba kereta cepat yang digadang-dagang baru pertama kali dibangun di Indonesia ini.

Salah satu penumpang yang dengan sengaja menggunakan kereta MRT untuk merasakan pengalaman perdananya ialah Tasya Karinda. Mahasiswi Akuntasi UPN “Veteran” Jakarta itu sengaja datang ke stasiun MRT dari kampus hanya untuk mencoba transportasi baru ini bersama teman-temannya. Ia bahkan sempat terlihat mengabadikan beberapa momen dirinya di stasiun tersebut melalui ponsel.

“Saya lihat antusiasme masyarat terhadap MRT sedang tinggi-tingginya sekarang. Apalagi belum lama ini diresmikannya. Saya pun gak mau ketinggalan untuk mencoba transportasi ini,” ujarnya dengan senyuman sumringah.

Peresmian MRT tersebut pun juga mendatangkan antusiasme dari pihak lainnya. Sri Nugraha, salah satu karyawan swasta mengatakan, pada awal-awal pembukaan MRT, banyak yang membawa keluarga untuk berekreasi sambil mencoba transportasi baru tersebut. Apalagi, peresmian MRT tersebut berbarengan dengan hari liburan sekolah. Maka dari itu, tak jarang ia melihat banyak orantua membawa anak-anaknya untuk liburan bersama dan berpergian menggunakan MRT. “Saking banyaknya, sampai bergelantungan dan sesak di dalam gerbong,” ujar Sri yang saya temui di kursi tunggu peron Lebak Bulus-Blok M.

Tak hanya itu, antusiasme pada saat pembukaan dan peremian transportasi ini tak hanya dirasakan oleh para warga Jakarta. Ternyata, banyak masyarakat yang berasal dari luar Jakarta tertarik mencoba transportasi ini. Mereka datang dari luar daerah dan sengaja mendatangi berbagai stasiun MRT di Jakarta untuk melihat seperti apa hasil pembangunan stasiun yang membutuhkan waktu selama lima tahun itu.

Menurut Siti Azkariah, salah satu guru SMAN 6 Jakarta, saat awal-awal peresmian MRT dan pada liburan akhir pekan, ia sering sekali melihat sekumpulan keluara yang berekreasi meggunakan MRT. Ia mengatakan, banyak anak-anak kecil yang berasal dari kota lain yang menggunakan MRT hanya sekedar untuk mencoba transportasi ini. Bahkan, tak jarang pula beberapa di antara mereka yang hanya mendatangi stasiun untuk berswafoto di stasiun.

Selain antusiasme masyarakat yang cukup tinggi terhadap peresmian transportasi layang baru tersebut, ternyata kereta MRT juga memiliki keunikan tersendiri. Hal ini dirasa menguntungkan bagi berbagai pihak. Selain itu, keunikan ini juga membedakan transportasi ini denga transportasi umum lainnya yang ada di Jakarta.

Salah satu pelajar SMAN 46 Jakarta, Ni Nyoman Felicia mengungkapkan pengalaman pertamanya menggunakan kereta MRT di hari pertama kereta tersebut diresmikan. Saat itu, ia melihat banyak orang yang membawa sepeda lipat masuk ke dalam gerbong kereta. Menurutnya, hal itu sangat unik karena selama ini, belum ada transportasi umum yang memperbolehkan penumpangnya membawa kendaraan lain.

Efisien

Suasana gerbong kereta MRT rute perjalanan Blok M- Lebak Bulus                Foto: Indah Evania

Sebagai transportasi yang belum lama ini diresmikan, MRT menawarkan banyak keuntungan bagi para penumpangnya. Berbagai hal tersebut dilakukan agar MRT dapat meraih atensi dan minat masyarakat untuk senantiasa menggunakan kereta ini dapat bepergian. Dalam hal ini, nampaknya MRT “berhasil” mewujudkan cita-cita dan tujuannya tersebut. Banyak masyarakat yang merasa senang dan diuntungkan dengan adanya kereta layang ini.

Tasya Karindra, mahasiswi UPN “Veteran” Jakarta mengatakan, meski baru pertama kali mencoba transportasi ini, ia sudah dapat menilai mengapa masyarakat banyak yang lebih memilih Transportasi ini daripada transpotasi darat lainnya. Menurutnya, MRT dirasa lebih cepat karena ia jadi lebih cepat sampai tujuan. Selain itu, MRT juga menawarkan banyak keuntungan lainnya yang menurutnya dirasa sangat memudahkan penumpang, khususnya para pekerja yang aktivtasnya selalu “diburu waktu”.

Hal yang sama pun dirasakan oleh salah satu siswa di Jakarta bernama Gladys. Ia mengatakan, sejak MRT diresmikan, ia selalu menggunakan transportasi tersebut dalam kesehariannya. Pelajar tersebut pun mengaku sudah menaiki MRT selama lebih dari sebelas kali sejak diresmikan. Penggunaan jurusan yang ditempuh pun juga bervariatif, mulai dari jurusan Blok-A, Fatmawati, hingga Lebak Bulus.

“Sejak ada MRT, saya selalu pulang-pergi ke sekolah menggunakan MRT. Kalau dulu, saya pakai ojek online, dan itu lebih mahal ujar Gladys. “Karena kereta MRT tiba tepat wkatu, jadi saya bisa mengira-gira waktu keberangkatan dari rumah. Kalau menggunakan transportasi lain kan tidak bisa begitu,” tambahnya disertai senyuman.

Tak hanya menguntungkan bagi para karyawan dan pekerja, kereta MRT juga menguntungkan para pelajar dan mahasiswa yang sedang buru-buru. Hal ini dirasakan oleh Ocha Nurfaldza, salah satu siswa SMA di Jakarta. Ia mengatakan, setiap pulang sekolah, ia akan menggunakan kereta MRT karena akan lebih cepat sampai tujuan. Siswa kelas 1 SMA tersebut pun baisanya menggunakan rute jalanan Lebak Bulus-Hotel Indonesia (HI) yang sudah terkenal akan kemacetannya. “Selain itu, keretanya juga tiba tepat waktu, jadi saya tidak perlu menunggu lama,” ungkapnya.

Nisrina Wulan pun merasa kereta MRT lebih efisien digunakan daripada transportasi umum lainnya karena lebih cepat. Karena rumahnya terletak cukup dekat dengan stasiun, ia bisa memprediksi waktu keberangkatan dari rumah, sehingga tidak akan telat untuk datang ke kampus, meskipun setelahnya harus melanjutkan perjalanan dengan ojek online. “Sejauh ini, saya lebih memilih menggunakan kereta MRT karena lebih cepat, nyaman dan tidak macet di jalanan,” ujar mahasiswa yang sering dipanggil Riri tersebut.

Sebagai mahasiswa yang juga membutuhkan kenyamanan serta efisiensi waktu tinggi, kecepatan kereta MRT juga dirasa menguntungkan bagi Reyhan Siagian. Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Moestopo tersebut mengatakan dirinya sudah sering menggunakan kereta MRT untuk bepergian ke Kampus. Menurutnya, apabila dirinya sedang malas membawa kendaraan ke kampus, ia kana memilih menggunakan kereta MRT karena lebih cepat. “Kalau saya sedang capek, pasti kereta MRT yang dipilih,” ungkapnya.

Selain itu, Reyhan mengatakan, terdapat kelebihan MRT lainnya yang tidak dimiliki transportasi umum lain. Menurutnya, apabila kita menaiki bus transjakarta, keadaannya bisa sangat ramai dan padat sehingga dapat membuat kita sesak dan pengap. Akan tetapi, bila menggunakan kereta MRT walau keadaannya sedang ramai seklaipun, kita tidak akan merasa terlalu pengap karena pendingin udaranya dingin dan keretanya cepat.

Berbeda dengan Siti Azkariah. Menurut dia kereta MRT ini cukup efektif untuk mengatasi kemacetan. Jika dahulu saat pembanunan MRT masih dilaksanakan jalanan menjadi sangat macet, kini setelah diresmikan, macetnya menjadi berkurang. Menurutnya, masyarakat jadi banyak yang lebih memilih menggunakan MRT karena tidak mau bermacet-macetan di jalan.

Meski efisiensi serta kelebihan kereta MRT sudah terbukti, ternyata masih terdapat secercah harapan dari mereka yang rumahnya tidak dilalui olehj jalur kereta MRT. Guru yang kediamannya berada di Ciputat itu mengaku ingin jalur MRT diperpanjang sampai Ciputat, meski secara administratif Ciputat sudah tidak termasuk wilayah DKI Jakarta

Pelayanan MRT

MRT tampaknya memiliki keunikan tersendiri bagi para penumpang. Selain melalui pemberitaan di media massa yang masif sehingga cukup populer di telinga masyarakat, warga yang menggunakan MRT ini pun merasa ada keebihan lainnya dalam penggunakan kereta MRT. Salah satunya ialah pelayanannya yang dirasa bagus dan ramah. “Sejauh ini, pelayanannya sudah cukup baik. Stasiun dan gerbong-gerbong keretanya juga besih,” ucap Tasya Karindra.

Hal yang sama pun juga dirasakna oleh Suharyanti, karyawan swasta yang baru sekali merasakan kecepatan tempuh kereta MRT. Menurutnya, kesan pertama yang timbul di benaknya ialah stasiun yang rapi dan besih. Selain itu, pelayanannya juga sejauh ini bagus karena petugasnya ramah-ramah. “Petugasnya cukup sigap terhadap penyandang kaum disabilitas,” ungkapnya.

MRT disebut-sebut “ramah” terhadap penyandang kaum disabilitas. Apabila terdapat penumpang yang memiliki disabilitas, maka pelayanan tersebut juga diperketat dan dipertinggi oleh petugas.Tujuannya yakni untuk meningkatkan kenyamanan dan keselamatan bagi semua penumpang kereta MRT, tanpa melihat keadaan fisiknya.

Lift prioritas untuk Ibu hamil, lansia dan penuandnag disabilitas di Stasiun MRT, Blok M.  Foto: Indah Evania

Guna mengedepankan kenyamanan dan keamanan para penyandang disabilitas, dalam setiap stasiun MRT disediakan lift prioritas, yakni untuk para penyandang disabilitas, lansia, dan Ibu hamil. Para kaum yang diprioritaskan tersebut kini tak perlu susah payah menaiki tangga dan berjalan cukup jauh untuk sampai ke stasiun MRT karena kini dapat langsung menaiki lift yang tersedia. Akan tetapi, meski sudah dikonsep dengan sedemikian rupa, sayangnya sarana tersebut belum dapat diimplementasikan dengan baik.

seharusnya lift tersebut hanya diperuntukkan bagi mereka yang benar-benar membutuhkan

Suharyanti sebagai salah satu warga yang cukup peduli dengan penumpang yang diprioritaskan tersebut merasa kecewa dengan keadaan yang terjadi. Menurutnya, masih banyak penumpang—yang bukan prioritas—yang naik-turun stasiun menggunakan lift prioritas. Padahal, seharusnya lift tersebut hanya diperuntukkan bagi mereka yang benar-benar membutuhkan. Menurutnya, dalam hal ini seharusnya satpam bertindak cukup tegas dan sigap.

“Hal ini harus dijadikan evaluasi lagi dalam meningkatkan kesigapan para satpam yang bertugas menjaga kawasan stasiun agar tetap aman dan nyaman”, jelasnya. Tak hanya perihal kurang sigapnya para satpam yang bertugas di stasiun, hal ini juga dirasakan di dalam gerbong kereta oleh Nisrina Wulan, mahasiswi Universitas Indonesia.

Meski sejauh ini pelayanan yang dirasakannya cukup baik, menurutnya satpam yang ada dalam gerbong perlu lebih memperhatikan penumpang prioritas khususnya lansia. Saat itu, ia melihat Ibu-ibu lansia berusia 50 tahun-an tidak mendapat tempat duduk. Padahal, di setiap gerbong sudah diseadiakan kursi prioritas. “Harusnya satpam bisa lebih sigap. Waktu itu, satpamnya tidak terlalu memperhatikan, jadi ibu tadi terus berdiri cukup lama,” tuturnya.

Menurut Siti Azkariah, guru SMAN 6 Jakarta, penumpang perlu senantiasa menjaga kenyamanan dan keefisiensian kereta MRT yang sudah ada. Ia menambahkan, meski sekarang Indoneisa sudah bisa membuat trabsportasi cangging seperti di negara lain, masyarakat jangan sampai lengah. Jangan sampai kereta MRT serta stasiunnya yang sudah demikian rupa dibuat tersebut dirusak kebersihan dan kenyamanannya. “Yang namanya benda, pasti akan ada masa rusaknya. Tapi yang harus dingat, jangan sampai MRT itu dirusak oleh tangan-tangan jahil kita,” tegasnya.

Indah Evania Putri