Apa yang terlintas dipikiran kalian ketika mendengar bulan Ramadhan? Islam dan puasa tentu menjadi dua kata yang tidak mungkin terlupakan. Ya, memang Ramadhan merupakan bulan penuh hikmat untuk menjalankan ibadah puasa bagi umat Islam sebagai bentuk ketaatan pada perintah Allah di dalam Al-Quran dari surat Al-Baqarah ayat 183.
Tidak mudah tentunya, karena mereka harus berjuang dalam menahan lapar dan haus ditengah-tengah kesibukan aktivitas mereka. Namun, dalam tulisan ini saya tidak akan berbicara mengenai pemahaman puasa-nya secara mendalam, karena saya adalah seorang Kristen.
Apa hubungannya bulan Ramadhan dengan saya, yang notabenenya adalah seorang Kristen dan tidak mengharuskan puasa? Berada di antara keberagaman agama mengharuskan saya untuk peka terhadap situasi di sekitar ruang publik saya. Jakarta, merupakan kota yang melambangkan pertemuan keberagaman agama dalam hampir semua lini kehidupan masyarakat.
Di sekolah, kampus, kantor, transportasi umum, kereta, pusat perbelanjaan, pasar, semua nama tempat ini menghadirkan perjumpaan antara keberagaman, khususnya Muslim dan Kristen. Well, Apakah kepekaan yang saya maksudkan? Dia adalah toleransi.
Saya memang tidak berpuasa di bulan Ramadhan, dan pastinya saya bisa makan dan minum kapan dan dimana saja.
Tetapi, dalam kebebasan ini saya tidak terlepas dari yang namanya tuntutan ketaatan akan ajaran agama untuk saling menghargai sebagai wujud toleransi di dalam keberagaman agama. Inilah toleransiku dalam bulan Ramadhanmu. Ibadah di bulan Ramadhanmu telah memberiku juga ruang untuk menjadi pelaku ketaatan dalam ibadahku.
Toleransi harus menjadi sebuah sikap nyata dalam ruang publik yang beragam, toleransi ini dapat dinyatakan dalam sikap menghargai dan menghormati orang lain pada keberadaannya sekalipun ia berbeda dari kita. Urgensi toleransi sendiri berhubungan dengan cita-cita perdamaian, kerukunan dan persaudaraan di Indonesia.
Keberagaman yang terjadi di Indonesia membuat toleransi menjadi tindakan yang paling tepat dalam menjaga identitas dan keterbukaan. Ia memampukan saya untuk ikut tidak makan dan minum semau saya di depan umum pada saat bulan Ramadhan.
Dengan memiliki toleransi mengajarkan setiap orang pada keterbukaan akan yang lain.
toleransi bukanlah persoalan setuju atau tidak setuju terhadap ajaran agama lain, tapi ia lebih menekankan sikap untuk mengakui dan menghormati hak setiap orang dalam kepercayaannya
Sebagai umat Kristen, saya tidak tinggal sendiri di Indonesia, dan agama saya bukanlah agama tunggal. Ada enam agama yang diakui di Indonesia, Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Kong Hu Chu. Keenam agama ini memiliki ajaran agamanya masing-masing dan meminta ketaatan.
Puasa merupakan salah satu tuntutan ajaran Islam, dengan tidak makan dan minum di depan umum pada bulan puasa akan memberikan kemudahan bagi mereka dan mengurangi godaan bagi mereka dalam menjalankan ajaran agamanya.
Orang Kristen memang tidak harus memiliki pemahaman yang sama dengan Islam terkait puasa, karena keduanya memiliki doktrin agama yang berbeda.
Namun, bukan berarti saya dapat menjadi “gangguan” bagi Islam yang sedang menjalan ajarannya atau bukan berarti saya harus mengatakan pemahaman puasa mereka salah dan pemahaman puasa di Kristen benar. Karena, toleransi bukanlah persoalan setuju atau tidak setuju terhadap ajaran agama yang lain, tetapi ia lebih menekankan sikap untuk mengakui dan menghormati hak untuk setiap orang dalam kepercayaannya untuk menjalankan ibadahnya.
Maka dengan toleransi, saya menunjukkan bahwa saya menghargai, mendukung umat Islam sebagai manusia ciptaan Allah yang diciptakan dalam martabat yang sama dan yang berhak menjalankan ibadahnya. Saya sebagai orang Kristen dituntut untuk menunjukkan toleransi terhadap Islam di bulan Ramadhan, karena landasan dasar dari toleransi sendiri adalah esensi Alkitab, yang menjadi sumber pengajaran bagi umat Kristen.
Umat Kristen harus menjadi pelopor dalam pelaksanaan toleransi karena seorang Kristen dapat dikatakan merespons pewahyuan di dalam Alkitab adalah ketika ia memiliki toleransi. Kasih dan kebenaran Kristus yang memandang manusia sebagai umat yang berharga meminta umat Kristen untuk memiliki kasih dan penghargaan kepada agama lain.
Saya Kristen, dan dalam pengakuan saya sebagai Kristen saya menyatakan bahwa saya siap menyambut anugerah keberagaman agama di Indonesia. Bulan Ramadhan, adalah bulan penuh hikmat bagi umat Islam. Saya sebagai umat Kristen, menghargai umat Islam dengan tidak makan dan minum di depan umum pada saat puasa. Inilah toleransiku di dalam bulan Ramadhan yang mendukungmu, teman-teman muslim untuk menunaikan ibadahmu dan juga menolongku untuk menyatakan ibadahku.
Rut Debora Butarbutar, mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat dan Theologi Jakarta