UPH Tingkatkan Pendidikan Karakter Lewat Mentoring

0
899

‘Revolusi Mental’ yang diusung oleh presiden terpilih Joko Widodo pada masa kampanye Pemilu Presiden 2014, menarik perhatian banyak pihak termasuk institusi pendidikan. Jokowi menyebutkan bahwa sebagai bangsa Indonesia sudah seharusnya mengenal dan mengangkat karakter orisinal bangsa yaitu berkarakter santun, ramah, dan berbudi luhur.

Jokowi juga menambahkan bahwa pendidikan karakter yang diyakini untuk merubah cara berpikir ini dipercaya merupakan solusi agar setiap manusia bisa lebih keras belajar mendengarkan dan merasakan. Hal ini yang kemudian didukung oleh UPH dalam mengembangkan karakter melalui program Mentorship.

Universitas Pelita Harapan (UPH) memperkenalkan program mentorship sebagai masa orientasi dunia kampus dengan cara yang bijaksana dan mendidik mahasiswa baru. Kehadiran kegiatan Mentoring di UPH adalah sebuah proses life giving, dimana menjadi mentor tidak hanya sebatas sebagai kakak kelas namun, juga sebagai pendamping selama proses transisi mahasiswa.

Suasana pendaftaran menjadi Mentor untuk menyambut mahasiswa baru di UPH.

Proses mentorship didesain dengan hubungan kekeluargaan jangka panjang, dimana proses tersebut melewati beberapa tahapan sebelum pada akhirnya menjadi seorang mentor. Diantaranya adalah calon mentor terlebih dahulu dilatih dengan mengikuti pelatihan yang dilakukan sebanyak dua kali. Pada pelatihan itu, mentor dilengkapi untuk bisa membimbing mahasiswa baru. Setelah lolos melewati tahap pelatihan, barulah mereka siap untuk melayani sebagai mentor.

Di bawah binaan langsung dari Departemen Kemahasiswaan (Student Life) UPH, keberhasilan program ini bisa terjadi karena mentor dibekali dengan modul yang disebut dengan S.M.A.R.T (study, maturity, abstinence, responsibility, talent). Melalui modul tersebut, mahasiswa baru akan dibimbing dalam sebuah kelompok kecil antara mentor-mentee yang disebut dengan self-development session. Disini, mentor mendengarkan masalah-masalah dan kesulitan yang dihadapi mentee selama awal masa perkuliahan. Mentor juga bisa membagikan pengalaman mereka.

Rompi ini merupakan seragam yang dipakai oleh mentor selama masa orientasi yang disebut sebagai UPH Festival.

“Kami berharap mentor bisa menjadi seorang pembimbing yang sesuai dengan visi dari UPH. Disini kami menamakannya dengan 4C, kata Kevin Jonathan, mahasiswa Jurusan Teknik Informatika angkatan 2015 yang menjadi Head Mentor 2018/2019. Ia melanjutkan, 4C yang ia maksud, meliputi, mentor harus mempunyai, pertama, calling, yaitu panggilan untuk melayani. Kedua, character, yaitu memiliki karakter yang berintegritas dan bisa menjadi contoh untuk mentee. Ketiga, competence, mempunyai keahlian dasar akademi dimana mentor bisa melakukan tutoring dan juga memberikan basic counseling skill bila diperlukan. Keempat adalah compassion, mentor harus memiliki kasih kepada mentee-menteenya.

Lebih lanjut Kevin menjelaskan walaupun proses mentorship itu memiliki masa jabatan selama tahun pertama perkuliahan, terhitung dari masa orientasi mahasiswa atau biasa disebut UPH Festival. Namun mentor harus tetap menjaga hubungan dengan mentee sebagai teman, kakak kelas, juga sebagai contoh yang baik untuk mereka.

Melalui program Mentoring di UPH, Kevin berharap mahasiswa baru yang nantinya menjadi mentee akan dapat mengembangkan life-skills seperti kepemimpinan, menumbuhkan jiwa sosial, spiritual, serta berdedikasi untuk melayani Tuhan dan sesama.

Indri Puji Lestari, mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pelita Harapan Tangerang, Banten