Mengintip Keindahan Gili Kondo

0
313

Kecamatan Sambelia merupakan sebuah kecamatan di Lombok Timur yang memiliki potensi wisata yang sangat tinggi. Salah satunya, adalah desa Labuan Pandan yang memiliki akses mudah ke berbagai gili dengan pemandangan yang eksotis. Tim KKN UGM NTB 023 berkunjung ke salah satu gili yang menjadi andalan kecamaan Sambelia(1/1/2019), Gili Kondo, untuk survei sebagai langkah awal untuk program peningkatan dan pengolahan potensi wisata sekaligus menikmati keindahan Pulau Lombok.

Perjalanan dari Desa Labuan Pandan ke Dermaga Gili Lampu yang akan menjadi pintu utama ke Gili Kondo hanya memakan waktu tempuh selama 15 menit menggunakan mobil. Kendaraan yang berlalu-lalang sepanjang jalan yang dilewati tidak banyak. Hanya beberapa angkutan umum desa yang sering disebut Engkel oleh warga lokal, dan segelintir mobil pribadi. Kondisi jalan dari desa ke dermaga yang baik dan tidak terlalu berkelok-kelok membuat perjalanan ini semakin terasa nyaman.

Dermaga Gili Lampu yang menjadi gerbang akses beberapa gili di kecamatan Sambelia pun sudah menawarkan pemandangan yang indah. Sejumlah saung yang berdiri di pinggir pantai dermaga dapat menjadi opsi yang menarik untuk bersantai. Warung yang dijalani oleh warga lokal menawarkan bermacam minuman, olahan ikan, dan makanan khas Lombok seperti sayur Plecing cocok menjadi teman bercengkrama dengan keluarga. Kondisi laut yang landai juga memungkinkan pengunjung untuk sekedar bermain di pinggiran pantai ataupun berenang di laut.

Untuk sampai ke Gili Kondo, pengunjung harus melakukan perjalanan laut memakai perahu. Penyewaan perahu dapat ditemukan dengan mudah, tepat di bagian depan wilayah dermaga. Harga yang ditawarkanpun cukup murah, hanya Rp.25.000 per orang untuk perjalanan pulang dan pergi.

Waktu tempuh dari dermaga Gili Lampu ke Gili Kondo memakan waktu 30 menit. Di perjalanan ini, pengunjung dimanjakan dengan pemandangan laut biru yang menyegarkan mata. Perjalanan kami ditemani ombak yang tenang dan angin laut yang cukup kencang.

Sesampainya di Gili Kondo, pengunjung diharuskan untuk menggulung celananya setinggi betis jika tidak ingin celana yang digunakan basah terkena air laut. Ya, gili ini belum mempunyai dermaga khusus, namun, pengalaman langsung bersentuhan dengan air laut ketika turun dari kapal akan sangat menyenangkan.

Waktu tempuh dari dermaga Gili Lampu ke Gili Kondo memakan waktu 30 menit. Di perjalanan ini, pengunjung dimanjakan dengan pemandangan laut biru yang menyegarkan mata. Perjalanan kami ditemani ombak yang tenang dan angin laut yang cukup kencang.

Gili ini memiliki hamparan pasir putih luas yang mengelilingi hijaunya pulau yang ditumbuhi pepohonan. Airnya yang sangat jernih memungkinkan pengunjung melihat kedasar pantai yang landai. Pasir putihnya juga ditaburi beberapa karang merah muda yang cantik.

Sayangnya, tidak banyak fasilitas yang ada di Gili Kondo. Hanya sejumlah saung yang tidak dirawat yang disa di pakai pengunjung untuk bersantai atau menaruh barang-barangnya. Tak jauh dari situ, ada beberapa bangunan sederhana yang dulunya dipakai sebagai tempat berjualan minuman dan makanan ringan oleh warga. Bahkan, bangunan toilet pun terlihat belum dikelola dengan baik.

Selain itu, pengunjung juga bisa menjajal aktifitas snorkeling yang tidak jauh dari Gili Kondo. Untuk sampai ke spot snorkeling, pengunjung tidak perlu menyawa kapal lagi. Rombongan hanya perlu berenang beberapa meter saja dari garis pantai.

Tentu saja kami menyempatkan diri untuk mencoba snorkeling. Birunya laut Gili Kondo ternyata menyimpan keindahan beragam karang didalamnya. Informasi yang kami dapatkan, spot snorkeling paling dalam di gili ini hanya sedalam 10 meter. Hal tersebut menjadikan tempat ini cocok bagi pengunjung yang baru kalinya mencoba snorkeling.

Akhirnya Tim KKM PPM UGM yang dibimbing oleh Dwi Umi Siswanti sebagai Dosen Pembimbing Lapangan ini pulang pukul 17.00 WITA dengan hasil survei dan banyak cerita. Desa ini memang mempunyai potensi wisata yang sangat besar, namun, pengolahannya masih dirasa belum maksimal dan masih banyak aspek-aspek yang masih bisa dikembangkan. Dengan ini, TIM KKN PPM akan membuat rancangan program untuk membantu pengembangan wisata di desa Labuan Pandan bekerja sama dengan masyarakat dan perangkat desa setempat.