Januari, Jakarta ..
Teruntuk dirimu,
Tolong ajariku cara lupakanmu, bahkan ajariku cara membencimu sekaligus
Dan tolong…
Ajariku cara lupakan semua tentangmu
Ajariku cara lupakan sentuhmu
Ajariku cara lupakan kasih hingga sayangmu
Ajariku cara lupakan tatapmu
Ajariku cara lupakan senyummu
Bahkan, tolong ajariku cara lupakan harummu
Sekeras ini aku coba lupakan semua tentang dirimu..
Kau tau?
Ada hati yang harus ku selamatkan, hati yang sudah terlalu sering hancur…
hati yang berulang kali hancur, kembali membaik, belum pulih, sudah dihancurkan lagi!
Ada hati yang harus tetap aku jaga keadaannya dan harus ku pastikan kesehatannya.
Hahaha, terlalu sulit memang..
Lalu, jika aku yang terus egois dan memilih bertahan dengan memaksa mencintaimu, bisakah aku akan terus baik-baik saja?
Tentu saja jawabannya adalah tidak. tidak sama sekali.
Namun, jika semua tentangmu, mengapa semua hal yang seharusnya “tidak”, bisa berubah dengan mudahnya menjadi “iya”?
Ya betul, itulah yang sampai saat ini terus terngiang difikiranku. yang hingga detik ini aku pun tidak mengerti, mengapa bisa?
bodoh memang. ya, kebodohanku.
Kebodohanku yang sampai kapanpun tidak akan pernah aku tau bagaimana akhirnya…
Dariku,
Nadasyifa Aulia