Isu tentang keberagaman yang akhir-akhir ini menjadi keprihatinan bangsa kita, juga menjadi keprihatinan siswa-siswi sekolah Kolese se-Indonesia. Maka dari itu, pada hari Rabu (10/10/2018) sampai hari Sabtu (13/10/2018) perwakilan siswa-siswi sekolah Kolese se-Indonesia berkumpul di SMA Kolese Kanisius Menteng, Jakarta Pusat. Mereka datang dengan satu tujuan, yakni belajar untuk “merangkul keberagaman”
Temu Kolese atau biasa disingkat Tekol merupakan acara bertemu siswa-siswi sekolah Kolese di seluruh Indonesia. Acara ini menjadi ajang perjumpaan siswa-siswi dari sembilan sekolah Kolese untuk saling mengenal dan berkolaborasi baik dalam pertandingan olahraga maupun non olahraga.
Sembilan sekolah kolese tersebut, SMA Seminari Mertoyudan Magelang, SMA Kolese De Britto Yogyakarta, SMA Kolese Loyola Semarang, SMA Kolese Gonzaga Jakarta, SMA Kolese PIKA Semarang, SMA Kolese Mikael Surakarta, Kolese Le Cocq D’Armandville Nabire-Papua, SMA Kolese Kanisius Jakarta, dan SMP Kolese Kanisius Jakarta.
“Embracing Diversity: Kita Tidak Sama Kita Kerja Sama” merupakan tema yang diangkat pada Temu Kolese tahun ini. Tema ini berangkat dari keprihatinan akan bahaya radikalisme dan intoleransi yang akhir-akhir ini semakin meningkat di Indonesia. Melalui perjumpaan dan kolaborasi, peserta Tekol 2018 diharapkan bisa semakin menghargai perbedaan yang ada di Indonesia.
Dalam perjumpaan tersebut, panitia mengadakan lomba sepuluh cabang olahraga, yaitu sepak bola, basket putra, basket putri, badminton, tenis meja, futsal putri, voli, atletik lari 100 m, panjat tebing, dan lompat jauh. Tidak semua lomba olahraga berformat kompetisi antarsekolah Kolese.
Hanya voli, badminton, tenis meja, atletik lari 100 m, panjat tebing dan lompat jauh yang memakai format kompetisi, sisanya menggunakan format kolaborasi. Setiap perwakilan dari sekolah kolese dibagi menjadi beberapa kontingen agar mereka dapat semakin mengenal dan berkolaborasi satu dengan yang lain. Untuk lomba non olahraga, ada sembilan lomba yang dilombakan, yaitu debat bahasa Inggris, musikalisasi puisi, stand up comedy, mendongeng, fotografi, film pendek, tari tradisional, akapela, dan Tekol Got Talent.
Mendalami perbedaan
Pada tahun ini untuk pertama kalinya, Temu Kolese diadakan di Kolese Kanisius, Menteng, Jakarta Pusat. Menurut Pater Dominico Savio Octariano, SJ yang menjadi koordinator acara, Jakarta merupakan tempat yang sesuai untuk mendalami perbedaan. Sebelumnya, selama 30 tahun Temu Kolese diadakan di SMA Seminari Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah.
Pater yang biasa dipanggil Pater Nico ini juga menjelaskan mengapa panitia mengundang Jaringan Gusdurian untuk ikut berdinamika bersama peserta Tekol tahun ini. Perlu diketahui bahwa sebagian besar dari peserta Temu Kolese beragama Kristen. Maka dari itu, menurut beliau perlu adanya perjumpaan antara siswa-siswi sekolah Kolese yang tergabung dalam Asosiasi Sekolah Jesuit Indonesia (ASJI), dengan Jaringan Gusdurian.
“Yang penting bukan diskusinya, bukan ngobrolnya, tetapi perjumpaannya. Ketika seseorang berjumpa, akan berbeda rasanya jika hanya mendengarkan atau membaca,” kata Pater Nico. Ia mewakili panitia mengucapkan terima kasih atas kesediaan Gusdurian ikut berdinamika bersama kami. “Teman-teman Kolese butuh mengalami pengalaman perjumpaan seperti ini,” tambahnya.
Feliks Erasmus Arga, Magangers Kompas Muda Harian Kompas Batch X, Siswa SMA Seminari Mertoyudan Magelang, Jawa Tengah