Pengalaman Volunter Asian Games: Bingung tapi Asyik

62
264
Sepi bukan berarti tidak menarik. Foto: Rangga.

Penjelasan rute dari official Asian Games 2018 untuk volunter dan jurnalis masih lumayan membingungkan. Akibatnya, volunter dan jurnalis kerap bingung sekadar menemukan kendaraan umum yang tepat menuju area GBK. Itu terlihat di sekitar Stasiun Palmerah di mana biasanya ada shuttle bus Transjakarta menuju GBK.

Ketika kami masuk ke dalam Transjakarta, kami melihat tiga volunter lainya yang masih ingin membayar tiket busway dan terlihat takut dan kebingungan ketika ditanyai oleh petugas. “Kalian punya kartu pass Asian Games kan? coba liat kartunya… oh iya ini gratis kok,” kata petugas dengan tatapan seriusnya.

Salah satu volunter muda Asian Games bernama Taufan ( 20 ) yang menjadi ballboy dengan teman-temanya juga merasakan hal serupa. Taufan yang sudah beberapa kali menjadi volunter  masih kurang mengerti bagaimana mencari rute dari Stasiun Palmerah ke area GBK. Akhirnya petugas Transjakarta memberi tahu kami.

Berbeda dengan volunter lainnya yang berasal dari satu kampus dengan kami, UMN bernama vidya, “Wah kita juga nggak tahu kalo ke GBK make busway yang mana, kita naik grab sih,” begitu katanya.

Mereka lebih memilih menggunakan ojek  online dengan temanya dan tidak menggunakan salah satu fasilitas yang memang disediakan untuk volunter dan jurnalis.

Suasana hype ASIAN GAMES sangat terasa dan membuat bulu kuduk berdiri ketika berjalan di dalam area GBK secara langsung. Terlihat dari spanduk spanduk warna warni yang menghiasi area GBK, tim relawan yang menggunakan baju merah mondar mandir sibuk dengan walkie talkie-nya dan pihak keamanan yang sibuk mengamankan dan mengamati keadaan sekitar.

Bukan hanya atlet yang sibuk, tapi juga fotografer dan wartawan. Foto: Rangga

Yang bikin lebih tegang lagi setiap kurang lebih 2 menit, selalu saja ada kendaraan bermotor gede yang digunakan oleh polisi untuk mengawal bus-bus yang mengantarkan atlet atletnya, mobil-mobil polisi, dan ambulan yang sibuk berkeliling di jalanan dalam area GBK.

Jika kalian penggemar olahraga, pasti kalian akan merasakan semangatnya dan deg-degan sensasi yang tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata.  Suasana di dalam GBK bisa dibilang mirip dengan suasana di luar negeri yang sering kita lihat di video-video, bersih tidak ada sampah berserakan, suasana yang sangat rindang, semuanya serba teratur, tidak ada pedagang kaki lima. Ketika kami memiliki akses unik seperti ke venue yang tidak terbatas hingga ke MPC, hari itupun menjadi sangat istimewa.

Banyak venue yang menyelenggarakan bidang olahraga berbeda-beda. Pada 21 Agustus hari selasa kemarin venue yang paling sepi penonton dan masih bisa dihitung dalam hitungan jari adalah venue hoki, sedangkan venue yang paling ramai dan paling hype adalah aquatic karena pada hari itu, venue tersebut menyelenggarakan lomba final renang 50m dan 400m gaya ganti. 

Keunikan di Venue hoki 21 Agustus

“Ka tolong di scan kartunya di sini yaa, sama tasnya di cek di alat,” kata beberapa volunter di venue hoki. Ketika nama saya dan Grady muncul di alat scanner, rasa bahagia menyelimuti saya di keseluruhan hari itu, membuat semua rasa lelah terkesampingkan. 

Di dalam area hoki udara panas yang terasa, seperti sudah dikompres oleh rindangnya atap stadium, riuh-riuh suara hanya datang dari para pemain dan pelatih yang berteriak menyemangati pemainya. Di seberang terlihat beberapa penonton menggunakan payung dan ada beberapa juga yang sibuk memotret jalanya permainan hoki, menjelang waktu istirahat, lagu dari official ASIAN GAMES diputar dan para pemain berlari menuju tempat tim negaranya masing-masing untuk membicarakan taktik berikutnya yang akan digunakan. 

Ternyata ada sejumlah cabang yang kurang diminati penonton. Foto: Rangga.

Salah satu jurnalis dari luar negeri yang sibuk mencatat dan bertanya kepada LO-nya yang duduk di sebelah saya menghiasi pertandingan tersebut. LO yang bertugas untuk mengarahkan jurnalis tersebut sepintas terlihat seperti seumuran dengan saya, berkali kali bertatap ingin memulai pembicaraan tapi LO tersebut sudah pergi lagi ketika jurnalis tersebut meminta mengantarkannya ke tempat yang lain, kami pun saling tukar senyuman. 

Suasana final Venue Aquatic 21 Agustus

Bau kaporit sangat menyengat sepanjang pertandingan, ada pangeran dari arab yang duduk di seberang di tempat VVIP, dan yang paling seru lagi di bawah tempat duduk kami puluhan fotografer menghiasi tribun media menggunakan rompi berwarna jingga, masing masing dari mereka sibuk dengan peralatanya, laptop terbuka disampingnya dengan hardrive dan wifi kecil yang ditempel di laptopnya.

Baru kali ini saya melihat laptop yang di tempeli oleh hardrive dan wifi kecil yang terhubung dengan kabel kabel kecil, masing masing dari mereka saling tegur sapa dan kembali terdiam ketika pertandingan dimulai. Semuanya hening, yang terdengar hanya suara riuh yang berasal dari penonton dan suara dari shutter kamera yang ditembakan oleh fotografer-fotografer. 

 

 

Penulis dan foto: Rangga Mahesa

Comments are closed.