Manusia Terakhir Pemain Suling Sakti dari Tanjung Kiaok

    0
    812

    Suku Bajo memang terkenal sebagai suku yang hidup dan tinggal di daerah lautan. Mereka hidup berpindah-pindah dan mendiami daerah pesisir pantai, salah satunya terdapat di Pulau Sepanjang, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Walaupun masuk kedalam provinsi Jawa Timur, pulau ini berada di tengah perairan laut Bali dan letaknya pun berada di sebelah utara pulau Bali

    Salah satu desa yang terdapat di Pulau Sepanjang adalah desa Tanjung Kiaok. Desa ini memiliki tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Di desa ini terdapat kesenian yang unik yaitu, terdapat tarian yang dipadukan dengan musik, masyarakat Tanjung menyebutnya sebagai kesenian Bajo.

    Bahruan, salah seorang pemain suling Bajo yang masih tersisa. Foto: Tim Brawijaya Sepanjang Island Research (IMPALA UB).

    Dari hasil observasi tim Brawijaya Sepanjang Island Research (IMPALA UB) di sana didapati seorang tokoh masyarakat di desa Tanjung Kiaok bernama Bahruan yang dikenal sebagai pemegang suling sakti di desa tersebut. Menurut Bahruan, dahulu banyak dari warga Tanjung yang dapat memainkan suling tersebut.

    Biasanya suling tersebut dimainkan saat ada kegiatan-kegiatan desa seperti perkawinan, khitanan, selametan desa, dan hajatan lainnya. Mereka bergantian memainkan suling tersebut diselingi tabuhan gendang dan alunan musik lainnya. Namun, sekarang hanya tersisa Bahruan yang  bisa memainkan suling tersebut. Hingga saat ini belum ada yang bisa menurunkan keahliannya.

    Suling yang terbuat dari bambu serta daun jontal ini sangat sulit untuk menghasilkan suara yang bagus. Untuk memainkannya perlu teknik yang cukup teliti dan mahir dalam pembuatannya. Dahulu, Pak Bahruan pernah membuat sebanyak 3 suling, namun hanya satu yang berhasil, bentuknya menyerupai terompet dan dinamakan Seroneng.

    Foto: Tim Brawijaya Sepanjang Island Research (IMPALA UB)

    Pernah pula pak Bahruan didatangi oleh orang dari Perancis hanya untuk melihat beliau memainkan suling sakti ini, mereka heran mengapa nafas beliau bisa kuat dan sangat panjang, bahkan suling tersebut sempat ingin dibeli dengan harga yang mahal tapi ditolak oleh pak Bahruan.

    “Untuk memainkannya bukan melalui not nada namun menggunakan perasaaan sehingga dapat menghasilkan alunan nada yang indah.” Ujar Pak Bahruan

    Masyarakat Tanjung kiaok sangat senang jika Pak Bahruan sudah memainkan sulingnya ditambah penari-penari wanita yang mengikuti alunan suling tersebut, salah satu kesenian yang unik dari sebuah desa di ujung timur Pulau Sepanjang yang belum tentu bisa ada di tempat lain dan haruslah menjadi kesenian yang terus dijaga.