Embung : Kunci Pertanian Berkelanjutan di Desa Humusu Wini

0
837

Embung merupakan cekungan yang didesain untuk menampung air. Fungsi embung hampir sama dengan fungsi waduk atau bendungan. Yang membedakan embung dan bendungan hanya terkait kapasitas tampungan, dan daerah layanannya. Embung memiliki kapasitas yang jauh lebih kecil dari bendungan.

Oleh karena kapasitas tampungannya kecil, penggunaan air tampungan embung tidak seluas bendungan. Air tampungan pada embung biasanya dialokasikan untuk mengairi sawah. Di sisi lain, embung juga dapat dijadikan ruang terbuka publik.

Sebut saja Embung Tambak Boyo di Yogyakarta, yang biasa digunakan masyarakat berolah raga pada sore hari. Sumber air pada embung dapat berasal dari sungai atau air hujan. Embung dapat dibangun di lokasi yang tidak memiliki sungai.

Di era Presiden Jokowi-Jusuf Kalla, embung merupakan salah satu program prioritas pemerintah. Saat ini pemerintah sedang menggencarkan pembangunan embung untuk meningkatkan produksi pangan nasional.

Desa Humusu Wini, Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, belum memiliki embung. Meskipun sejak tahun 2010 telah dicanangkan pembangunan embung namun, perkembangan pembangunannya di desa Humusu Wini lambat dan cenderung stagnan. Embung di Desa Humusu Wini terletak di daerah Tubu. Kondisi embung saat ini baru mencapai tahap penggalian. Sejak awal 2018, belum ada perkembangan lebih lanjut terkait pembangunan embung tersebut.

Ketahanan Pangan

Salah satu prioritas pemerintah Presiden Jokowi-JK adalah “Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan”. Hal tersebut tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 Bab VI tentang Agenda Pembangunan Nasional. Beralih sejenak ke Rencana Kerja Prioritas (RKP) pemerintah 2018 silam, ketahanan pangan merupakan prioritas pemerintah. Tentunya, dapat ditarik benang merah yang menghubungkan dua sektor tersebut.

Mari sejenak melihat kondisi pertanian di Desa Humusu Wini. Hampir tidak ada petani penuh waktu di desa yang berbatasan langsung dengan Timor Leste ini. Biasanya, petani hanya menggarap ladang pada musim hujan. Sedangkan, pada musim kemarau ladang kosong.

Pada musim kemarau, sebagian besar petani beralih profesi. Mereka menjadi nelayan, atau menjadi petani asam.

Sudah menjadi pemandangan yang lazim jika melihat ladang kuning nan kering di sepanjang jalan di desa. Terlebih, Desa Humusu Wini termasuk desa yang sulit mendapat akses air, dan jarang hujan. Desa itu hanya punya curah hujan 10 mm/tahun (BPS,2016). Pada musim kemarau, sebagian besar petani beralih profesi menjadi nelayan, atau menjadi petani asam.

Mengingat pohon asam dapat tumbuh dengan baik pada musim kemarau, banyak petani menjadikan opsi terakhir untuk menyambung hidup. Tentunya, hal ini kurang baik untuk roda perekonomian dan ketahanan pangan di desa Humusu Wini.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), pada 2015, produktivitas padi di TTU sebanyak 2.708 ton/hektar. Kecamatan Insana Utara memiliki sawah seluas 580 hektar (BPS,2016). Artinya, 1570,64 ton mampu diproduksi setiap tahunnya. Namun, hal ini terbilang sedikit.

Jika terdapat dukungan embung di desa-desa di Kecamatan Insana Utara, tentu jumlah tersebut dapat meningkat. Karena air dari embung bisa dialirkan ke sawah, sehingga sawah bisa terairi sepanjang waktu. Dengan demikian tidak akan ada lagi pemandangan sawah kosong selama musim kemarau.

Kelak dengan adanya embung, tentu warga dan pemerintah setempat bisa merancang saluran irigasi yang dapat mengairi seluruh sawah di Desa Humusu Wini. Jika itu terwujud tentu akan sangat membantu para petani desa tersebut.

kehadiran embung yang akan menyimpan air hujan, dipastikan akan memunculkan  saluran irigasi yang mengalirkan air ke sawah sehingga petani bisa menggarap lahan sepanjang tahun.

Dalam jangka panjang, penanaman padi dua sampai tiga dalam setahun bisa direalisasikan. Dengan meningkatnya produksi beras, tentunya hal ini dapat mendukung ketahanan pangan Desa Humusu Wini, serta mendukung perekonomian desa itu dari sektor pertanian.

Reynaldo Daniel Ruma Sondi