Ekspedisi Corallium di Pulau Bengkoang, Karimunjawa

0
945

Mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang yang menjadi anggota Marine Diving Club, Universitas Diponegoro melakukan Ekspedisi Corallium pada bulan November 2017. Tahun ini kegiaan dipusatkan di Pulau Karimunjawa. Ekspedisi ini merupakan kegiatan tahunan Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Marine Diving Club (MDC), organisasi selam dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang.

Tujuan dari ekspedisi ini adalah untuk mendata ekosistem terumbu karang di seluruh 27 pulau di Kepulauan Karimunjawa. Tahun ini, bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Karimunjawa, Ekspedisi Corallium sudah sampai di tahun ke-19nya dan berkesempatan untuk mendata pulau ke-19 yaitu Pulau Bengkoang.

Pulau Bengkoang adalah pulau tidak berpenghuni di sebelah utara Pulau Karimunjawa. Para anggota MDC berangkat dari Pelabuhan Karimunjawa menerjang gelombang besar selama perjalanan yang memakan sekitar 1 jam. Musim sudah memasuki Musim Barat, cuaca hari itu mendung dengan angin yang cukup kencang. Suasana di kapal hening, hanya diisi oleh suara mesin kapal dan hempasan gelombang. Sebagian besar dari kami tidur lelap, menahan pusing dan mualnya perjalanan. Namun semuanya terlupakan saat Pulau Bengkoang sudah di depan mata.

Kami dibagi untuk mendata ikan dan terumbu karang. Pendataan ikan menggunakan metode visual sensus, sedangkan untuk karang menggunakan metode line intersept transect (LIT) sepanjang 100 meter. Begitu masuk ke dalam air, air dingin laut perlahan menyelimuti tubuh dan para anggota disambut oleh hamparan terumbu karang indah dan ikan-ikan yang beragam warna dan jenisnya. Kelompok atau buddy pertama turun untuk menggelar transek roll meter sepanjang 100 meter, dilanjutkan oleh buddy yang mendata, lalu ditutup oleh buddy yang bertugas untuk menggulung kembali transek roll meter.

Pendataan dilakukan di 3 site (site Utara, Timur, dan Selatan) pada 2 kedalaman yaitu kedalaman 5 dan 10 meter. Setiap site memberikan impresi yang berbeda. Bentuk dan jenis karang yang ditemukan di setiap site tidak sama. Ikan-ikan yang terdapat di setiap site pun berbeda dari segi ukuran, jenis, dan jumlah. Kami bertemu dengan ikan Nemo kecil, hingga ikan ekor kuning yang selalu bergerombol. Ditemukan juga beberapa jenis ikan herbivor yang berwarna-warni seperti ikan kakak tua.

Kegiatan pendataan tidak lepas dari tantangan kondisi alam. Saat di permukaan harus melawan gelombang dan angin, di kedalaman pun kami harus melawan arus yang kencang. Arus di site Selatan sangat kencang hingga kami tidak bisa bergerak maju melawannya. Dengan sekuat tenaga kami mengayuh kaki rasanya tidak berguna karena kami tetap di tempat, tidak bergerak. Rasanya ingin menyerah, namun apa boleh buat? Kami harus kembali ke kapal.

Kami selalu diajarkan untuk tenang, berfikir, dan bertindak. Saat mendapatkan masalah atau tantangan di dalam air, itu menjadi pegangan. Seperti dua kalimat yang tertulis dalam lagu kami: Gelombang kuat kini menghadang, bukan halangan jadi tantangan dan arus yang kuat tak surutkan tekad, seakan kalimat itu memang dituliskan tentang kondisi alam yang menemani kami pada hari itu.

Setiap kali menyelam pasti mendapatkan pengalaman yang berbeda. Kegiatan pendataan Ekspedisi Corallium 19 dapat terselesaikan, walaupun jalannya tidak terlalu mulus. Seluruh anggota kembali ke kapal dengan selamat dan rasa lega. Berdasarkan hasil pendataan, persentase tutupan karang tertinggi berada pada Site Utara di kedalaman 5 meter sebesar 81,5% – 85% yang termasuk ke dalam kategori baik sekali. Sedangkan persentase tutupan karang pada Site Timur kedalaman 5 meter adalah yang paling rendah dengan prosentase 2,8% – 8,3% yang termasuk ke dalam kategori rusak.

Berlimpahnya ikan karang yang tertinggi didapatkan di Site Selatan kedalaman 10 meter dengan nilai 15.640 individu/ha. Keanekaragaman jenis di seluruh site termasuk ke dalam kategori sedang. Perairan Pulau Bengkoang didominasi oleh ikan Famili Pomacentridae. Famili ikan ini merupakan ikan utama pada ekosistem terumbu karang. Selain Pomacentridae, banyak ditemukan ikan genus Caesio (ikan ekor kuning) di beberapa site. Hasil dari ekspedisi ini nantinya akan diolah dan dipublikasikan dengan harapan dapat menjadi referensi untuk penelitian ataupun konservasi lebih lanjut. Semoga hasil jerih payah kami bisa menjadi suatu hal yang bermanfaat.

Maula Nadia, Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang