Synchronize Festival 2017 telah berlangsung sejak Jumat (06/10) hingga Minggu (08/10). Rasanya belum bisa move on dari festival musik yang asyik itu. Masih banyak cerita yang tersisa, salah satunya tentang tata panggung yang keren-keren.
Tiga hari tiga malam, acara musik berskala nasional ini mengundang masyarakat Indonesia untuk terlibat dalam perayaan keberagaman jenis musik yang tampil secara live di lima panggung yang berbeda.
Penampilan musik yang diisi artis-artis terfavorit dan terbaik tanah air menjadikan Synchronize Festival 2017 semakin meriah. Lebih dari 100 penampilan telah mengguncang Gambir Expo, JIExpo, Kemayoran, Jakarta Utara. Semua genre musik tampil di festival musik ini, baik yang terkenal sejak tahun ’70-an, ’80-an, ’90-an, bahkan 2000-an. Usaha yang dilakukan oleh pihak penyelenggara untuk mengadakan acara musik tahunan ini menuai respon positif dari para pengunjungnya.
“Seru banget, looking forward to next year’s (Festival)!” kata Fa’iq, mahasiswa semester lima Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung dengan bersemangat.
“Pecah! Line-up-nya bikin ketagihan, jadi nyesel nggak beli tiket masuknya dari jauh-jauh hari pas early bird,” ucap Trifena yang merupakan mahasiswa semester tiga salah satu universitas swasta di Jakarta.
Kepuasan para pengunjung pastinya tak lepas dari adanya komponen pendukung, seperti pencahayaan, kejernihan sound system, serta dekorasi panggung yang memukau. Tanpa adanya komponen pendukung tersebut, Synchronize Festival 2017 pastinya tidak akan menjadi acara musik yang dapat dibilang sukses.
Lima tema panggung yang berbeda mempunyai daya tariknya masing-masing. Tiap panggung memiliki atmosfer yang khas, membuat para penonton merasakan sensasi berbeda di setiap zonanya. Berikut adalah jenis panggung yang ada di Synchronize Festival 2017:
- Dynamic Stage
Salah satu panggung yang paling luas, Dynamic Stage, memiliki dekorasi unik. Warna merah membuat pemandangan panggung ini menarik perhatian, bahkan dari jauh sekalipun. Jika kita perhatikan, terdapat banyak dekorasi di kiri dan kanan panggung yang berbentuk tangan atau telapak tangan. Kira-kira, apa arti dari gambar tangan-tangan ini ya?
- Lake Stage
Panggung ini dinamakan sesuai dengan lokasinya yang berada di dekat danau kecil. Dengan ukuran yang sama besar dengan Dynamic Stage, panggung ini turut menjadi sasaran keramaian. Penonton disuguhkan pemandangan yang bertemakan “Summer” yang digambarkan dengan pelangi warna-warni, awan cerah dan dominansi warna biru terang. Sama seperti nuansa yang disuguhkan seperti musim panas yang kalian impikan, bukan?
- Forest Stage
Mengambil tema “hutan”, panggung yang satu ini bernuansa hijau terang seperti warna daun. Walaupun memliki lokasi paling jauh dari panggung lainnya, Forest Stage tetap ramai dikunjungi oleh pengunjung. Salah satu musisi yang tampil di panggung ini adalah Tohpati Bertiga.
- District Stage
Satu-satunya panggung yang terletak di ujung jalan ini memberikan atmosfer “masyarakat urban di perkotaan”. Ilustrasi yang terlihat seperti graffiti menggambarkan pemandangan gedung-gedung pencakar langit khas DKI Jakarta. Tema dekorasi panggung ini dibuat sedemikian rupa untuk merepresentasikan genre musik yang tampil selama tiga hari tersebut.
- Gigs Stage
Panggung yang satu ini sangat sulit ditemukan. Berada di dalam ruangan (indoor) membuat penonton yang ingin masuk cenderung malas karena padat dan pengap. Namun, jika membahas konsep kreatifitas yang dipakai pada panggung paling kecil ini tentunya sangat menakjubkan. Pertanyaan juga ikut muncul: Bagaimana sebuah ruangan yang polos dapat diubah menjadi penuh tulisan dengan warna-warni neon yang mencolok? Belum lagi dengan adanya tambahan lampu ultra violet (UV) yang kian memperkuat warna terang sebagai dekorasi panggung ini.
Dengan lima konsep panggung yang kontras dan khas, Sychronize Festival 2017 berhasil menyulap festival musik supaya sesuai dengan konsep mereka, festival musik multi-genre yang diwakilkan oleh berbagai atmosfer panggung yang disajikan serta pengisi acara yang terdiri dari berbagai genre musik, dari tahun ’70-an sampai sekarang.
Penulis & Fotografer: Edwin
Editor: Nashya Tamara
Comments are closed.