ARKIPEL Penal Colony: Candrawala – Local Landscape of Now

0
440

MuDAers penggemar film dokumenter dan eksperimental? Pastikan MuDAers hadir dalam perhelatan Forum Lenteng yaitu ARKIPEL Penal Colony – 5th Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival 2017. Acara ini digagas untuk membaca fenomena global dalam konteks sosial, politik, ekonomi dan budaya melalui sinema. Diselenggarakan pada 18 Agustus – 26 Agustus 2017, pemutaran film-film dalam ARKIPEL Penal Colony akan dilakukan di tiga tempat di Jakarta: GoetheHaus (Goethe-Institut Jakarta), kineforum, dan Gudang Sarinah Ekosistem.

Dalam perhelatan ARKIPEL Penal Colony terdapat program khusus yaitu “Candrawala – Local Landscape of Now” yang membaca perkembangan sinema lokal, khususnya, dan peta terbaru dari ragam produksi karya audio-visual, umumnya. Dikurasi oleh Manshur Zikri ke dalam judul “catatan tengah”, Candrawala memilih enam karya dari Indonesia yang akan diputar di Goethehaus – Jakarta  pada 25 August 2017 pada pukul 19.30 WIB

PULANG KE INDONESIA

Director: Dessy TAB | International title: Going Home to Indonesia | Country of production: Indonesia | Language: Indonesia | Subtitle: English | Duration: 4min 40sec, 2016

Ini adalah kisah sederhana berdasarkan ingatan sutradara tentang masa kecilnya, sebagai si bungsu, ketika ia sekeluarga berpindah lokasi dari Prancis ke Indonesia. Meski pengalaman pertama, perpindahan itu tetap disebut pulang karena akar kultural yang mengalir dalam darah sang tokoh. Ilustrasi hiperbolis yang disajikan film ini justru tampil sebagai bahasa yang rendah hati dalam mengutarakan dengan sekilas kondisi sosial kala itu berikut kompleksitas akulturasi budaya yang dialami secara personal dan berdasarkan sudut pandang subjektif si pembuat film.

 

AWAL: NASIB MANUSIA

Director: Gilang Bayu Santoso | International title: AWAL: Fate of Human | Country of production: Indonesia | Language: Indonesia, Russian | Subtitle: English | Subtitle: 26min 50sec, 2016

Dokumenter biografis tentang Awal Uzhara, seorang sutradara Indonesia yang sebelumnya lama menetap di Rusia karena situasi dan arah politik Orba yang malabel negatif komunis, tapi kini telah kembali ke Indonesia. Sutradara melengkapi narasi Awal tersebut dengan ilustrasi gambar dan foto-foto arsip yang dianimasikan sebagai citra atas memori yang diceritakan secara sentimental. Ini menjadi rekaman penting yang menyimpan secuplik bukti tentang keberadaan dan kontribusi salah satu figur perfilman nasional itu bagi generasi muda.

AMARTA (GADIS DAN AIR)

Director: Bambang “Ipoenk” Kuntara Murti | Country of production: Indonesia | Language: Javanese | Subtitle: English | Duration: 19min 23sec, 2015

 Penduduk kota ditindas oleh seorang penguasa yang mencuri sumber daya air dan memaksa rakyat untuk membeli kepadanya. Dewi air, Amarta, yang dipercaya sebagai penjaga mata air dan pemberi berkah kehidupan, hilang entah kemana. Di tengah kesengsaraan dan keputusasaan, seorang gadis entah dari mana muncul dan berusaha membebaskan Amarta dan penduduk kota dari kekejaman si penguasa. Pada karya ini, konflik di dalam cerita dengan sengaja disimplifikasi oleh sutradara tetapi secara bersamaan memberdayakan objek-objek pemanggungan (dalam usahanya menggambarkan latar-seting cerita) sebagai strategi untuk memperkaya imajinasi sekaligus mengabstraksi ekspektasi-ekspektasi penonton akan fantasi kolosal.

TRAVELBAG
Director: Timoteus Anggawan Kusno | Country of production: Indonesia | Language: Japanese | Subtitle: English | Duration: 8min 29sec, 2016

Film ini menangkap lanskap perkotaan Tokyo dari balik jendela kereta, dan sepanjang film kita diiringi oleh suara percakapan dalam bahasa Jepang antara seorang gadis dan pria, membahas masa lalu si gadis, juga tentang kisah-kisah politik pasca perang yang dialami oleh kedua orang tua dan saudarinya. Dibesarkan oleh sang kakek, si gadis kecil pun terdidik untuk menyiasati kesepiannya dengan selalu menikmati keramaian dan membaur dalam kerumunan orang-orang di kereta, dan hal itu dilakukannya hingga kini. Rekaman-rekaman yang ia ambil dari dalam kereta itu kemudian dikonstruk menjadi puisi visual yang menyajikan momen perenungan tentang hari ini dan dunia setelahnya.

PESAN DARI BARAT

Director: Aditya Suwardi | International title: A Message from The West | Country of production: Indonesia | Language: Javanese  | Subtitle: English |Duration: 18min 17sec, 2016

Karya ini menawarkan alur realisme yang cukup menarik karena memberikan kesegaran dalam merefleksikan kritik sosial atas kondisi masyarakat kontemporer di masa 72 tahun setelah kemerdekaan. Berawal dari kisah tiga prajurit yang berkelana untuk memeriksa kebenaran tentang pesan kemerdekaan yang mereka temukan di sebuah gerbong yang datang dari arah Barat, sutradara mengubah arah narasinya ke kenyataan hari ini sehingga menghadirkan semacam parodi tentang kesadaran sejarah kawula muda. Bahkan, lanskap lokasi yang semestinya di luar fiksi dengan sengaja ditangkap oleh kamera untuk menjadi bagian dari artistik film.

Data Diri

Director: Jaka Sepriyana | International title: Profile | Country of production: Indonesia | Language – | Subtitle – | Duration: 9min 44sec, 2017

Film ini terdiri dari susunan pilahan footage-footage yang dikumpulkan sutradara selama setahun hingga perayaan pergantian tahun baru. Dikonstruk tanpa mengharuskan kebutuhan naratif, karya ini menjadi semacam album personal yang mengabadikan data-data gestural dan sosial subjek-subjek yang dengan sengaja direkam menggunakan kamera ponsel. Karya ini menjadi menarik karena secara langsung menunjukkan relevansi dari tren aktivitas bermedia terkini, khususnya tentang komposisi artistik sehubungan dengan bentuk dan ukuran frame kamera, yang lambat laun mungkin akan menggeser perbendaharaan image masyarakat di masa depan.