Menjaga Keragaman Hayati di Jakarta

0
1342

Hari Hutan Internasional dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 21 Maret. Beragam kegiatan dilakukan pada peringatan ini. Tujuannya, untuk saling berbagi mengenai visi misi kehutanan dan kaitannya dengan perubahan iklim di seluruh dunia, serta strategi yang harus dilakukan.

Nah, sudah tiga tahun terakhir, Biodiversity Warriors terlibat dalam perayaan tersebut, melalui kerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Burung menjadi salah satu topik yang dikenalkan kepada siswa-siswi sekolah dasar karena potensi, manfaat, dan keterancamannya.

Biodiversity Warriors merupakan gerakan anak-anak muda yang diinisasi oleh Yayasan KEHATI untuk melakukan perubahan dengan menjadi ksatria penyelamat dan penjaga keanekaragaman hayati di Indonesia. Mereka didorong untuk memopulerkan keanekaragaman hayati ke seluruh Indonesia, baik dari sisi keunikan, manfaat, potensi, serta pelestariannya.

Biodiversity Warriors mengajak siswa-siswi SD untuk mengenal hutan-hutan di sekitaran Jakarta, beserta ekosistemnya, termasuk burung-burung liar di dalamnya. Harapannya, generasi baru ini memiliki pengetahuan dan kesadaran untuk nantinya menjadi para ksatria masa depan, yang selalu siap menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati yang tersisa itu.

Ahmad Baihaqi

Kegiatan pengamatan bersama pada 1-2 April 2017 lalu, diikuti para siswa dari lima SD di wilayah Jakarta dan Depok, yakni SD Ricci II Bintaro, Sekolah Citra Alam Ciganjur, Sekolah Alam Semut-Semut Depok, SAI Meruyung, dan SD Global Mandiri Cibubur.

Tak kurang dari 100 orang siswa yang ikut serta dalam kegiatan yanga dinamakan kemah konservasi keanekaragaman hayati ini. Dengan bantuan teropong maupun mata telanjang, mereka dengan antusias mengamati aneka bentuk dan polah burung-burung yang berterbangan di Sentul Eco Edu Tourism Forest (SEETF).

Kegiatan ini juga melibatkan Biodiversity Warriors cabang Fakultas Biologi Universitas Nasional, Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Biologi Universitas Nasional, Universitas Negeri Jakarta, dan Universitas Indonesia, yang bertindak sebagai fasilitator.
Salah satu peserta, Richi, siswa SD Ricci II Bintaro mengaku takjub dengan keindahan burung raja-udang meninting berwarna biru terang itu. Burung yang sudah sangat langka di sekitar Jakarta. Demi mendengar cerita Richi, teman-temannya pun antusias mendengarkan. Umumnya mereka tidak menyangka, burung berbulu indah itu masih bisa ditemukan di sekitar Jakarta.

Raja-udang meninting (Alcedo meninting) merupakan salah satu jenis burung liar langka, terlebih di wilayah perkotaan. Burung ini mencari mangsa di dekat sungai, dan merupakan salah satu komponen penting dari ekosistem hutan selain burung-burung jenis lainnya.
Namun, seturut dengan kian tergerusnya area hutan, burung-burung tersebut berangsur jauh berkurang, bahkan, beberapa jenis telah lenyap. Dunia mencatat, setiap tahunnya 13 juta hektar hutan hilang dari muka bumi. Padahal, 80 persen keanekaragaman hayati menjadikan hutan sebagai rumahnya.

Koordinator Biodiversity Warriors Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI), Nadia Putri Rachma, menyampaikan, kegiatan di SEETF ini juga merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Hutan Internasional. Selain mengamati burung-burung liar, para siswa juga dikenalkan dengan mamalia, serangga, tumbuh-tumbuhan, dan fungsi hutan sebagai penyedia energi.

“Melalui pengenalan ini, diharapkan anak-anak lebih cinta dan peduli dengan lingkungan di sekitar mereka,” lanjut mahasiswi tingkat akhir Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta, ini.

Pentingnya avifauna
Dalam jurnal berjudul The Birds of Indonesia : A Check list (peter’s sequence), P Andrew menyebutkan, Pulau Jawa dan Bali memiliki 499 jenis avifauna, yang merupakan wilayah biogeografi terkaya ketiga di Indonesia setelah Papua (674 jenis) dan Sumatera (605 jenis). Jumlah jenis avifauna tersebut dapat berkurang jika ada perubahan lingkungan yang semakin memburuk.

Avifauna merupakan sumber daya alam yang memiliki nilai tinggi, baik dari segi ekologi, ilmu pengetahuan, seni dan rekreasi serta ekonomi. Sebagai salah satu komponen ekosistem, avifauna memiliki hubungan timbal balik dan saling ketergantungan dengan lingkungannya. Sampai saat ini, Indonesia diketahui memiliki sekitar 1.598 jenis avifauna yang pernah tercatat atau sekitar 17 persen dari yang ada di dunia.

“Oleh karena itu, pengamatan burung adalah kegiatan penting untuk lebih mengenal keanekaragaman hayati dan fungsinya,” kata Dewi Ayu Anindita, salah seorang anggota Biodiversity Warriors yang  juga mahasiswi Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta.

Dewi menyampaikan, keberadaan burung di alam, selain sebagai indikator lingkungan, juga berperan sebagai agen penyebar biji dan penyerbuk alami pada bunga. Hadirnya burung di alam, juga berperan untuk mengendalikan hama pertanian, seperti tikus dan serangga hama.
Selain itu, hadirnya burung di alam, menarik para fotografer alam liar untuk mengabadikannya melalui kamera sebagai upaya melestarikan burung-burung liar melalui fotografi.

“Pengamatan burung sangat menyenangkan, kami dapat melihat berbagai jenis burung di alam,” ungkap Mohammad Omar Saleh, siswa Sekolah Alam Semut-Semut.

Menurut Omar, kegiatan pengamatan burung yang digelar Biodiversity Warriors ini turut membantu membuka wawasannya dan rekan-rekan sebayanya, betapa kaya dan berharganya keanekaragaman hayati di negeri ini, tak terkecuali di Jakarta.
Keberadaannya sangat mendesak untuk terus dilestarikan agar alam tetap hidup dalam harmonisasinya, dan generasi mendatang masih dapat menikmati karunia Tuhan yang tak terhingga itu.

Ahmad Baihaqi

*Penulis : Ahmad Baihaqi
Aktivis Biodiversity Warriors Yayasan KEHATI
Mahasiswa Magister Biologi di Universitas Nasional, Jakarta.