Konsumen yang sebagian besar anak muda tengah nongkrong dan menikmati menu mi instan di Warunk Upnormal di Jalan Cempaka Putih Raya, Jakarta Timur, Selasa (29/11) malam. Warung yang menyuguhkan aneka kreasi mi instan ini ramai tiap malam Sabtu dan malam Minggu. Kompas/Defri Werdiono

Semangkuk mi goreng hangat terhidang di meja. Mi instan itu tak hanya menebar aroma khas. Ia juga datang bersama sambal matah, keju, abon, sampai jengkol. Di kafe yang nyaman, mi instan ”kekinian” bisa dinikmati sembari nongkrong dengan teman, berbicara bisnis, ataupun bersantai dengan keluarga.

Selepas pukul 23.00, Selasa (29/11), Warunk Upnormal di Jalan Cempaka Putih Raya, Jakarta Pusat, masih ramai. Mangkuk-mangkuk berisi mi instan hilir mudik diantarkan pelayan ke meja pelanggan.

Pembeli pun masih datang silih berganti, menempati puluhan meja yang tersedia di lantai 1 dan lantai 2. Sebagian besar anak muda yang datang berkelompok. Ada pula orang tua yang datang bersama anggota keluarganya.

Mi instan merupakan menu andalan di sini. Sebagai pembeda, Upnormal punya menu rahasia yang dipadukan dengan mi serta bumbu pada setiap kemasan mi instan.

Dengan perpaduan itu, jadilah mi goreng dengan berbagai pilihan, di antaranya sambal matah, sambal roa, irisan daging sapi dan cabai, ataupun gabungan iga dan keju.

Penggemar jengkol pun bisa menikmati perpaduan mi instan dan jengkol yang ditumis dengan sambal pedas gurih.

Ada pula aneka menu mi kuah seperti mi rebus khas Medan yang dipadukan dengan telur rebus, mi rebus tektek yang mengadopsi rasa mi rebus yang dijual pedagang keliling, serta menu andalan Upnormal mi kuah gurih yang dipadukan dengan keju.

Saat mencoba mi rebus soto samin dengan daging kambing muda (rebus), aroma gurih menusuk hidung. Mi instan itu hadir dengan kuah berwarna kekuningan di bagian atas. Saat diaduk, barulah terlihat susu di bagian bawah. Saat lidah mencecap, terasa perpaduan rasa kuah susu dan rasa asli mi instan. Daging kambing muda rebusnya juga cukup empuk.

Di luar menu mi, warung menawarkan sejumlah menu nasi seperti nasi tanggal tua, nasi wagyu masak cabai, dan nasi jengkol balado upnormal.

Tidak ingin makan berat? Roti panggang ataupun olahan pisang juga menjadi andalan Upnormal. Tentu saja, aneka rasa roti panggang bisa dipilih sesuai selera.

Minuman olahan susu segar dan racikan kopi gayo juga menjadi favorit di Upnormal. Setiap menu makanan ataupun minuman dibanderol dengan harga Rp 10.000 hingga Rp 37.000.

Tawarkan kenyamanan

Upnormal didesain seperti layaknya kafe. Dinding-dindingnya dihiasi tulisan inspiratif seperti I feel good today, work hard and be nice to people, dan cheer up your things will work out. Di lantai atas tersedia pula tempat kumpul yang mampu menampung 30 orang.

Aneka permainan juga bisa digunakan oleh pengunjung. Tak ketinggalan, Wi-Fi serta colokan listrik pun bisa dipakai gratis para pengguna gadget.

Budi Daya Putra, Manajer Upnormal Cempaka Putih, mengatakan, perpaduan mi instan, aneka menu lain, dan desain kafe ditujukan untuk menjaring pengunjung dari berbagai kalangan. Tak heran, Upnormal tetap ramai hingga dini hari.

”Kalau siang hari kerja, yang datang banyak pekerja. Sore hari baru anak sekolah. Malam hingga dini hari banyak pula mereka yang insomnia datang ke sini sambil menunggu kantuk datang. Di akhir pekan, keluarga datang ke sini,” tuturnya.

Jamal (19), penggemar mi instan, mengaku cukup sering makan di Upnormal karena menu yang bervariasi. Rasa mi juga berbeda dengan warung serupa di pinggir jalan.

”Selain enak, harganya juga terjangkau,” ujar Jamal yang malam itu datang bersama dua temannya. Di tempat tersebut, ketiganya bercengkerama cukup lama.

Lain Jamal, lain pula Ian Andrian (29). Dokter gigi yang bertugas di salah satu rumah sakit ini menilai mi instan di warung modern memiliki beberapa kelebihan. Selain kaya alternatif rasa, kondisi tempat juga nyaman, berpenyejuk ruangan, dan buka sampai malam. Karena itu, ia dan teman-temannya bisa nongkrong lama di dalam.

Ian menilai kualitas makanan dan sanitasi tempat lebih terjaga di kedai seperti ini.

”Kalau warung mi pinggir jalan, kan, kita tidak tahu kualitasnya seperti apa. Nyuci piringnya bener atau tidak. Beda dengan di sini yang quality control-nya jelas,” kata Ian yang malam itu datang berdelapan dengan rekan-rekannya. Ia mengaku sering nongkrong di Warunk Upnormal.

Pengunjung menyantap menu mi instan rebus di kedai Warm Mee, Jalan Cikajang, Petogongan, Jakarta Selatan, Kamis (1/12). Kompas/Dian Dewi Purnamasari
Pengunjung menyantap menu mi instan rebus di kedai Warm Mee, Jalan Cikajang, Petogongan, Jakarta Selatan, Kamis (1/12).
Kompas/Dian Dewi Purnamasari

Mungil tapi nikmat

Warm Mee di Jalan Cikajang, Senopati, Jakarta Selatan, juga bisa menjadi pilihan selanjutnya untuk menikmati sajian mi instan.

Di kedai ini, bumbu mi goreng dibiarkan mengendap di dasar mangkuk saat disajikan kepada pembeli. Sesaat setelah dicampur, warna mi berubah menjadi kuning kecoklatan tercampur bumbu kecap. Apabila suka rasa pedas, cabai rawit hijau bisa ditambahkan.

Mi instan ditawarkan dengan campuran telur kornet keju, abon kornet keju, atau abon telur kornet keju.

Menurut Puji (20), pramuniaga Warm Mee, mi instan dengan campuran abon telur kornet keju paling banyak diminati. Semangkuk menu spesial itu harganya Rp 33.500. Sementara untuk menu dengan taburan lain harganya Rp 12.000-Rp 33.500 per porsi.

Warm Mee sangat mungil dan kapasitasnya terbatas. Namun, suasana di dalam kedai cukup nyaman untuk menghabiskan sore.

Sore itu, kedai sepi sebelum datang empat perempuan muda yang memutuskan keluar kantor untuk menyantap mi instan. Herna (50), Tika (28), Adis (26), dan Yuli (30) memesan mi instan rebus sembari mengobrol. Bagi empat orang rekan kerja ini, mi instan adalah salah satu makanan favorit. Pada sore hari, atau saat sedang hujan, mi instan menjadi teman.

Mereka juga senang banyak tempat makan bagus yang menyediakan menu mi instan. Meskipun harganya lebih mahal, di sana mereka bisa menikmati ruangan berpenyejuk udara yang bersih, Wi-Fi gratis, dan nongkrong berlama-lama.

”Rasanya, tuh, beda kalau dimasak sendiri. Enaknya makan rame-rame di warung, kan gendutnya juga rame-rame,” ujar Adis (26) sembari terkekeh.

Lain lagi bagi Herna. Mi instan selalu mengobati rasa kangennya kepada Tanah Air. Saat bepergian ke luar negeri, ia tak pernah luput membawa mi instan.

Pelayan menyiapkan pesanan mi instan goreng berbagai level pedas di warung Indomie Abang-Adek, Jalan Mandala Utara Nomor 8, Tomang, Jakarta Barat, Kamis (1/12) malam. Kompas/Dian Dewi Purnamasari (DEA) 01-12-2016 Jalan-jalan Mi Instan Naik Kelas
Pelayan menyiapkan pesanan mi instan goreng berbagai level pedas di warung Indomie Abang-Adek, Jalan Mandala Utara Nomor 8, Tomang, Jakarta Barat, Kamis (1/12) malam.
Kompas/Dian Dewi Purnamasari

Adu level pedas

Di Jalan Mandala Utara Nomor 8, Tomang, Jakarta Barat, mi instan di Resto Abang Adek disajikan dengan level pedas berbeda. Warung milik Sartono ini sudah berdiri sejak 1996. Awalnya, Sartono hanya berjualan bubur kacang hijau serta mi instan di gerobak.

Sejak 2000, ia menyewa pelataran rumah dan lantai dua untuk dijadikan warung makan. Setiap hari, warung tersebut ramai pembeli, terutama mahasiswa.

Level pedas yang ditawarkan untuk menu mi instan rebus dan goreng di warung ini cukup ekstrem. Level sedang bertaburkan 10 cabai rawit merah; pedas 25 cabai rawit merah; garuk 50 cabai rawit merah; gila 75 cabai rawit merah; dan mampus 100 cabai rawit merah. Meskipun ekstrem, penggemar makanan pedas ini ternyata cukup banyak.

Putri (18), kasir resto, mengutarakan, di level pedas mampus, mi sampai tidak kelihatan. ”Mi tertutup tumpukan cabai rebus merah,” ujarnya.

Di warung tersebut, varian hidangan mi instan hanya diberi taburan telur dan kornet. Dalam sehari, pemilik warung, Sartono, mengaku bisa menghabiskan 40 kardus mi instan, 3 peti telur ayam negeri, dan 3 dus kornet kaleng.

Usahanya itu memang sudah dikenal baik di mata pelanggan. Beberapa artis pernah makan di warung yang buka dari pukul 08.00 hingga 02.00 dini hari tersebut. Semangkuk mi rebus level pedas dibanderol seharga Rp 18.000.

Agnes Rita Sulistyawaty/Dian Dewi Purnamasari/Defri Werdiono


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 03 Desember 2016, di halaman 28 dengan judul “KEDAI MI: Nongkrong Kekinian Bareng Mi Instan”