Ruang karoke keluarga di Diva Karoke Jakarta, Kamis (10/11). Pada jam kerja ruang karoke dipenuhi pekerja kantoran yang pulang kerja dan selepas rapat. Kompas/Lucky Pransiska

Suasana di dalam ruangan VIP di salah satu tempat karaoke keluarga di bilangan Tanjung Duren, Jakarta Barat, Kamis (10/11) sore, bertambah meriah. Pasalnya, Eko Kusumo (39), salah seorang penyewa ruang karaoke yang juga pelanggan setia di sana, mulai beraksi di depan teman-teman kantornya.

Sambil memainkan tamborin, dengan penuh semangat dan penghayatan luar biasa, dia mulai melantunkan lirik-lirik pilu sebuah lagu bergenre dangdut berjudul ”Bang Thoyib”. Lagu dangdut fenomenal itu berkisah derita seorang istri yang ditinggal suami bekerja, tetapi sang suami tak pernah pulang sampai anaknya pun mencari-cari.

Dua teman Eko yang lain, Dhea Diandra (23) dan Fanny (37), tak mau kalah aksi. Setelah asyik mengudap camilan ringan yang tersedia di atas meja, mereka bangkit dari sofa, meraih mikrofon, lalu ikut bernyanyi dengan gaya tak kalah heboh.

Ketiganya bernyanyi, berjoget- joget, dan tertawa lepas. Jika sudah begini, tingkat kemerduan suara sepertinya sudah bukan lagi jadi persoalan. ”Kalau sudah dekat dan akrab, ya, kayak begini. Sama-sama enggak jaim (menjaga image) lagi. Pokoknya seru-seruan saja. Memang itu, kan, tujuannya. Melepas ketegangan,” ujar Eko sambil tertawa.

Eko setidaknya bisa tiga kali dalam seminggu menyambangi karaoke langganannya itu, baik bersama dengan teman-teman sekantor maupun juga mengajak klien perusahaan.

Berkaraoke juga bisa dimanfaatkan Eko sebagai sarana mendekatkan diri dengan para klien perusahaan penyelenggara kegiatan (event organizer) tempatnya bekerja. Alasannya, menghibur dan menjamu para klien di tempat karaoke bisa jauh lebih praktis dan lengkap. ”Lagi pula di sini juga makanannya lumayan enak-enak, kok. Jadi, bisa sekalian. Kalau cuma ajak makan di restoran, paling hanya mengobrol. Kalau di sini, kita semua bisa happy,” katanya.

Memang kebanyakan karaoke, terutama yang berformat karaoke keluarga, saat ini menyediakan fasilitas makanan dan minuman, bahkan dalam bentuk buffet untuk para tamu yang datang. Meski demikian, kata Eko, perut kenyang dan hati para klien pun menjadi riang. Setelah itu, baru biasanya mereka akan lancar bicara bisnis.

Peluang bisnis artis

Sebelumnya, karaoke kerap diidentikkan dengan sekadar aktivitas hiburan malam dewasa ”beraura” negatif. Jauh dari image tempat yang bersahabat bagi keluarga, perempuan, apalagi anak-anak. Padahal, bisa dibilang hampir semua orang gemar bernyanyi dan butuh juga pelampiasan untuk melepas stres.

Pengalaman buruk pernah dialami Nina Kartini, seorang konsultan perusahaan jasa keamanan dan perparkiran di kawasan bisnis Kemayoran, Jakarta Pusat. Nina mengaku pernah marah lantaran rekan-rekannya seorganisasi, yang kebanyakan lelaki, sekali waktu mengajak berkaraoke ke tempat karaoke plus-plus. ”Padahal, biasa sama-sama nyanyi di karaoke keluarga. Tapi, sekali waktu itu memang ada yang nraktir, cuma, kok, perginya ke karaoke plus-plus ternyata,” ujarnya kesal.

Walau pernah dengar, Nina mengaku terkejut dan baru paham kalau yang namanya karaoke plus-plus itu tidak hanya remang-remang, tetapi juga disediakan kamar khusus di dalam ruangan karaoke. ”Jadi, di dalam ruang karaokenya ada kamar lagi dengan tempat tidur dan televisi yang memutar film porno. Wah, ya, saya marah dong. Masak diajak ke tempat macam begitu,’ ujar Nina.

Sejak saat itu Nina selalu memastikan terlebih dulu jika ada teman-temannya, baik sekantor maupun seorganisasi, mengajak berkreasi ke tempat karaoke. Kalau bukan karaoke keluarga, dia akan menolak.

Kondisi seperti itulah yang dengan cerdas kemudian coba ditangkap oleh para pebisnis, tak terkecuali yang juga berasal dari kalangan artis, seperti penyanyi Rossa.

Walau berprofesi sebagai penyanyi, Rossa mengaku sangat senang berkaraoke. Pengalaman pertamanya berkaraoke saat diajak rekan sesama artis, Thomas Djorghi, dan dia ketagihan.

”Perempuan seperti saya, terutama ibu-ibu, kan, juga senang nyanyi dan butuh hiburan melepas stres. Tapi, kalau image karaokenya masih seperti dulu, ya, enggak akan ada yang mau, kan?” ujar artis Rossa.

Saat ditemui di Bandung, Jumat (11/11) sore, penyanyi yang akrab dipanggil Ocha itu mengaku tertarik saat tiga orang rekan bisnis mengajaknya untuk membuka karaoke bertema keluarga.

Saat itu karaoke berformat keluarga memang sudah ada dan masih satu-satunya dimiliki salah seorang artis dangdut terkenal. Namun, hal itu tidak menjadi penghalang buat Ocha.

”Tadinya mau dinamai Rossa, tetapi saya enggak mau. Akhirnya sepakat dinamai Diva dengan tagline, the stage is yours, panggung adalah milik Anda,” ujar Rossa.

Karaoke Diva buka pertama kali pada sekitar Mei 2011 dan itu pun di lokasi ”menantang”, di area Mangga Besar. Kawasan itu hingga sekarang lebih dikenal jadi semacam ”red light district” atau area ”remang-remang” ibu kota Jakarta. Dengan cara seperti itu, ujar Rossa, dirinya ingin sekaligus mematahkan image kalau karaoke tempat mesum, negatif, atau remang-remang.

Sementara itu, untuk memanjakan para pelanggannya, yang kebanyakan disasar di segmen perempuan, Rossa sengaja mendekorasi khusus. ”Ruangannya saya beri warna-warna cerah dengan dominan ungu. Pencahayaan juga harus terang, mulai dari lobi sampai ke dalam ruangan. Selain itu, juga di mana-mana dipasang banyak kaca karena, kan, cewek sukanya ngaca (becermin),” ujar Rossa dengan tawa berderai. Hingga saat ini sudah ada sekitar 50 lokasi karaoke Diva di beberapa kota.

Rossa mengaku usahanya itu menguntungkan. Untuk menjaga kondisi itu, Rossa mendirikan divisi khusus kehumasan, Amarante, di manajemen Diva Karaoke, memperbaiki kualitas peralatan, seperti sistem tata suara (sound system), dan juga makanan serta pelayanan ke pelanggan supaya mereka mau terus datang lagi.

”Harus selalu cari terobosan dan inovasi baru,” ujar Rossa. Ke depan Rossa juga memikirkan kemungkinan dalam ruangan karaoke disediakan fasilitas kamera untuk merekam video, terutama untuk acara-acara tertentu, seperti momen pesta ulang tahun atau perpisahan.

Penyanyi Maia Estianty, dengan bendera rumah karaoke Allegro f-KTV, juga berupaya terus menyediakan fasilitas terbaik sekaligus berinovasi. Maia mengaku ”rewel” dan teliti dalam memilih dan menggunakan sistem tata suara terbaik untuk gerai-gerai karaokenya.

Maia terjun ke bisnis karaoke keluarga sejak tiga tahun terakhir dan saat ini cabang-cabangnya telah berkembang ke beberapa kota besar di Indonesia dalam bentuk kerja sama franchise, seperti Medan dan Batam.

Selain teknologi tata suara yang canggih, di karaoke milik Maia juga digunakan teknologi layar proyektor sebagai pengganti layar televisi dan juga tablet navigasi layar sentuh, baik untuk memilih lagu maupun memesan makanan dan minuman. Pada fasilitas kamar VVIP bahkan disediakan fasilitas tambahan, konsol permainan PS-3 atau PS-4.

”Saya yakin masih oke prospek bisnisnya. Sampai kapan pun akan selalu ada orang stres dan butuh pelarian bernyanyi,” ujar Maia.

WISNU DEWABRATA


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 November 2016, di halaman 17 dengan judul ”URBAN Karaoke Obat Nestapa”