Bellinzona ada di Swiss, tetapi bercita rasa Italia. Kota ini berwajah abad pertengahan, tetapi berdenyut dengan vitalitas modern. Perpaduan ini membuat para pengunjung tak sempat berkedip karena setiap sudut Bellinzona adalah keindahan yang terlalu sayang untuk dilewatkan.

Di lobi hotel tempat kami menginap di Giubiasco, Anna Bezzola telah siap. Anna akan memandu kami, para wartawan dari beberapa negara yang diundang Switzerland Tourism untuk berkenalan dengan Bellinzona.

”Anda sekalian sudah siap? Kota ini tidak cukup diputari hanya dalam sehari. Namun, saya berjanji, dalam waktu yang singkat ini, perjalanan menikmati Bellinzona akan menjadi pengalaman tak terlupakan,” katanya.

 

Pondok-pondok tua di Curzutt. Kompas/Fransisca Romana Ninik
Pondok-pondok tua di Curzutt.
Kompas/Fransisca Romana Ninik

Kamis

Pukul 10.00

Kota Tua

Dari Giubiasco di pinggiran Bellinzona, kami naik bus menuju kompleks kota tua. Perjalanan dimulai dari dinding luar kota tua peninggalan abad pertengahan yang sebagian masih berdiri kokoh. Di lembah sempit di kaki Pegunungan Alpen, Bellinzona memiliki salah satu sistem perbentengan paling penting untuk melindungi kota.

Bellinzona adalah tempat 12 bangunan atau area yang termasuk dalam daftar situs warisan budaya nasional Swiss. Yang paling terkenal adalah Tiga Kastil Bellinzona yang telah terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 2000.

Anna membawa kami menyusuri lorong-lorong jalan berupa susunan konblok yang rapi. Gedung-gedung tua telah melalui banyak proses restorasi dan dimanfaatkan menjadi perkantoran, hotel, pertokoan, dan restoran.

Sejumlah lokasi yang terkenal di kawasan kota tua Bellinzona adalah Piazza Independenza, tugu obelisk untuk memperingati pernyataan kemerdekaan Kanton Ticino; Piazza del Comune, pusat pemerintahan Bellinzona, tempat balai kota dan dewan kota berada; serta Piazza Nosetto, semacam pertemuan berbagai toko, kantor, penginapan, dan kegiatan komersial lain.

Selain itu, terdapat juga Piazza della Collegiata, alun-alun di seberang Gereja Collegiata dei Santi Pietro e Stefano yang dibangun pada abad ke-15. Alun-alun ini menjadi semacam pusat dari berbagai aktivitas warga kota, salah satunya pasar besar rutin setiap Sabtu.

Bagian dalam kompleks Castelgrande. Kompas/Fransisca Romana Ninik
Bagian dalam kompleks Castelgrande.
Kompas/Fransisca Romana Ninik

Pukul 14.00

Castelgrande

Setelah menyusuri jalan-jalan menawan di kompleks kota tua Bellinzona dan menyantap piza ukuran jumbo untuk makan siang, kami melangkahkan kaki menuju pintu masuk ke salah satu dari tiga kastil besar, Castelgrande. Jalan masuk ke Castelgrande serupa tangga batu yang besar dan curam karena posisinya berada di perbukitan berbatu. Langkah demi langkah memerlukan energi besar. Barangkali itu alasan mengapa kami makan piza jumbo, he-he-he….

Castelgrande merupakan castil yang terbesar dan tertua dibandingkan dengan dua kastil lain, Castello Montebello dan Castello Sasso Corbaro. Angin sejuk dari Pegunungan Alpen menyapa kami setelah mendarat di gerbang kastil yang dibangun pada abad ke-13 itu. Pemandangan punggung gunung dan kehidupan di lembah membuat kami tercenung karena kecantikannya.

Terdapat dua menara besar, Torre Nera (28 meter) dan Torre Bianca (27 meter). Sebagian besar benteng ini sekarang kosong. Terdapat Museum Arkeologi dan Museum Seni di dalam kompleks kastil. Tanah lapang menjadi favorit pengunjung untuk duduk-duduk menanti senja. Ruang-ruang di antara dua dinding benteng menjadi tempat kesukaan untuk berfoto ria dengan latar belakang pegunungan yang indah.

Sayangnya, kami belum berkesempatan mengunjungi dua kastil lainnya. Lokasinya lebih tinggi di atas bukit dan perlu waktu lebih panjang untuk mencapainya.

Kebun anggur Fattoria L'Amorosa. Kompas/Fransisca Romana Ninik
Kebun anggur Fattoria L’Amorosa.
Kompas/Fransisca Romana Ninik

 

Pukul 18.00

Fattoria L’Amorosa

Setelah berjalan-jalan seharian, saatnya meluruskan kaki. Kami menuju Fattoria L’Amorosa, sebuah perkebunan anggur, sekitar 6 kilometer dari Castelgrande. Selain perkebunan, di tempat tersebut juga tersedia restoran dan penginapan.

Deretan tanaman anggur yang sudah berbuah terlihat di pelataran belakang restoran. Pemandangan pegunungan dan hutan menjelang senja terasa syahdu, ditingkahi semilir angin musim gugur yang mulai dingin.

Segelas anggur putih produksi sendiri tempat itu menghangatkan suasana. Dalam suasana yang tenang dan hangat, kami menyantap hidangan khas Swiss dengan cita rasa Italia yang kuat. Risotto dengan campuran labu kuning, daging domba, dan keju lezat tandas seketika. Penutup berupa anggur merah menyempurnakan santap malam itu.

Jumat

Pukul 09.00

Curzutt

Pagi itu, kami dianugerahi hujan deras yang turun sejak malam. Namun, hujan tak menyurutkan langkah kami menuju Curzutt untuk bertualang di hutan kastanye (chesnut). Curzutt terletak di perbukitan dengan ketinggian sekitar 600 meter dari permukaan laut. Anna memutuskan agar kami naik gondola saja karena untuk berjalan kaki terlalu jauh dengan rute yang menanjak dan licin saat hujan.

Gondola melesat menembus kabut tebal. Kami tiba di kluster permukiman tua, yang kini difungsikan sebagai hostel dan tempat homestay. Sebuah restoran sekaligus galeri juga berdiri di tempat itu. Bangunan dari bebatuan dengan kebun dan teras telah direstorasi, tetapi sebagian besar sudah runtuh.

Anna menjelaskan, dulu warga tidak tinggal di lembah seperti sekarang. Mereka tinggal di perbukitan semacam Curzutt untuk menghindari banjir dan wabah penyakit. Kami menyempatkan berkeliling melihat permukiman, lalu beristirahat sejenak menikmati kopi dan teh di restoran.

Pukul 11.00

San Bernardo

Dari area permukiman, kami menembus hutan kastanye menuju sebuah kapel tua, San Bernardo. Kapel dibangun sekitar abad ke-11 atau ke-12. Jalan menuju lokasi itu dinaungi pohon-pohon kastanye yang berusia ratusan tahun.

Di beberapa tempat, di antara pohon-pohon kastanye, terbentang kebun anggur di lereng bukit. Anggur tersebut diproduksi untuk konsumsi dalam negeri.

Jauh di tengah hutan, tampak kapel tua masih berdiri kokoh. Di salah satu sisinya, terbentang pemandangan lembah berupa kehidupan kota. Dinding kapel dipenuhi lukisan dekoratif dari abad ke-15 yang menggambarkan perubahan musim dari bulan ke bulan dalam satu tahun. Lukisan tersebut dibaca secara berurutan dari kanan ke kiri.

Kapel San Bernardo hanya buka pada Rabu-Minggu pukul 10.00-17.00.

Fransisca Romana Ninik


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 Oktober 2016, di halaman 28 dengan judul ”24 Jam Bellinzona”