Shane Filan mantan punggawa grup Weslife, saat tampil dalam rangka promo album di Colosseum Club Jakarta, Jumat (29/9). Kompas/Mohammad Hilmi Faiq (MHF) 29-09-2016

Menonton Shane Filan (37) di atas panggung seolah menyaksikan penyintas yang merangkak bangkit dari keterpurukan. Shane pernah berjuang dan kemudian berada di puncak sukses ketika menjadi penggawa ”boy band” asal Irlandia, Westlife. Setelah itu, dia bangkrut karena gagal berinvestasi di sektor properti. Kini dia kembali merangkak bangkit.

Saat tampil di Colosseum Club, Jakarta, Kamis (29/9) lalu, Shane menutup dengan lagu ”You Raise Me Up” yang juga dipopulerkan oleh lebih dari 100 artis, termasuk Westlife. Bagi Shane, lirik lagu ini begitu kuat menggambarkan bahwa setiap orang ketika terjatuh akan dibantu entah oleh kekuatan Ilahi entah lewat tangan orang-orang tercinta atau cara lain. Ketika terpuruk, Shane merasa orang-orang di sekelilingnya begitu menguatkan. Mereka terutama adalah Gillian, istrinya, dan Louis Walsh, manajernya.

Shane lahir dan tumbuh di bagian barat laut kota Sligo, Irlandia. Pengagum Michael Jackson ini terobsesi menyanyi dan kemudian membawanya bergabung dengan Westlife sebagai penggawa terdepan. Selama 14 tahun bersama Westlife, menjadikannya orang sukses sekaligus kaya.

Lewat lagu-lagu balada seperti ”Swear It Again”, ”My Love”, dan ”Flying Without Wings”, Westlife populer di akhir 1990-an hingga awal 2000-an setelah seniornya, Boyzone, surut. Paling tidak, itu tergambar dari 14 lagu Westlife yang merajai tangga lagu serta penjualan album yang mencapai 44 juta kopi di seluruh dunia.

Shane yang juga penulis lagu-lagu Westlife turut mereguk untung. Dia lalu berinvestasi di bidang properti karena, menurut banyak petuah yang dia terima, investasi jenis ini paling aman. Akan tetapi, Shane ditipu rekan bisnisnya dan bangkrut. Bahkan sampai tak mampu membelikan mainan untuk anaknya yang hanya seharga sekitar Rp 500.000. Kebangkrutan itu berbarengan dengan peresmian pembubaran Westlife di awal 2012.

Shane, yang menanggung hidup tiga anak dan seorang istri, terpukul. Terbayang, setelah gemilang bersama Westlife, kini ia menghadapi masa depan tak menentu. Suram. Dia berada pada titik paling nadir. Saat itulah, Gillian mengatakan uang tidak selalu membawa kebahagiaan. ”Kita memang tak punya uang, tapi kita akan memulainya lagi. Jika perlu, kita tidur di kardus,” kata Shane dalam sesi wawancara khusus di Jakarta, menirukan kata-kata istrinya yang begitu positif dan membangkitkan semangat.

Shane Filan mantan punggawa grup Weslife, saat tampil dalam rangka promo album di Colosseum Club Jakarta, Jumat (29/9). Kompas/Mohammad Hilmi Faiq (MHF) 29-09-2016
Shane Filan
mantan punggawa grup Weslife, saat tampil dalam rangka promo album di Colosseum Club Jakarta, Jumat (29/9).
Kompas/Mohammad Hilmi Faiq (MHF)
29-09-2016

Itu pun tidak langsung membulatkan keyakinan diri Shane. Hingga manajernya, Louis, bilang, ”Kamu memiliki istri, anak-anak, dan suara bagus. Kamu bisa mulai lagi.” Louis telah mendampinginya sejak awal berkarier.

Louis dan Gillian tidak berhenti pada kata-kata, mereka serius mendukung Shane untuk kembali bangkit. Berkat keduanya, Shane menelurkan album solo pada 2013 bertajuk You and Me yang berisi 13 lagu. Lalu, pada 2015, keluar album solo kedua, Right Here, dengan lagu andalan ”Me and The Moon”. Lirik dan lagu-lagu Shane mengingatkan pada Westlife.

Pada album pertama, semua lagunya bercerita tentang perasaannya saat itu, juga orang-orang yang mendukungnya. Dia ingin berterima kasih kepada istrinya lewat lagu ”All You Need to Know” yang bercerita tentang perjuangan hidup persis yang dia alami. Juga tentang pundak yang siap dijadikan sandaran ketika seseorang terjatuh. ”Lagu ini sangat positif,” ujar Shane.

Yang juga spesial bagi dia adalah lagu ”Everything to Me”, dia dedikasikan untuk keluarga. Tugas utama Shane adalah sebagai ayah sekaligus suami, maka tidak peduli apa pun yang terjadi. Yang utama bagi Shane adalah melihat mereka, istri dan anak-anaknya, selalu tersenyum. Dan, itulah yang tengah dia perjuangan kali ini. Dia tak rela kebangkrutannya membuat mereka benar-benar tidur di kardus.

Malam itu Shane berkaus dan bercelana hitam dibalut jaket coklat. Ia begitu hangat menyapa bahkan memotret para penggemarnya. Sesekali melempar guyonan.

Ini merupakan kedatangan Shane yang kesembilan kali selama bersama Westlife dan bersolo karier. Selain Jakarta, kali ini dia juga ke Medan dan Pekanbaru. ”Indonesia sangat menyenangkan. Semua orang di jalan dan mal meneriakkan nama saya. Mengajak foto bareng. Benar-benar luar biasa,” kata penyuka nasi goreng itu. Dia menikmati betul telur goreng dan suwiran ayam goreng yang dicampur dengan nasi.

Bagi dia, antusiasme penggemar itu merupakan energi positif yang turut mendongkraknya bangkit dari keterpurukan. Melihat ratusan bahkan ribuan penggemar membisu karena tersihir saat Shane menyanyi itu satu hal. Pada saat lain, Shane begitu bergairah tatkala penonton menyanyi bersama lagu-lagu dia. Dua hal itu menumbuhkan rasa percaya dirinya bahwa khalayak masih menerima dia sebagai Shane.

Meskipun begitu, bayang-bayang Westlife tak ditinggalkan. Ini terlihat dari dominasi lagu-lagu Westlife di setiap penampilan solo Shane. Lagu-lagu seperti ”Flying Without Wings”, ”Swear It Again”, dan ”My Love” hampir selalu dia nyanyikan. Bisa dimaklumi karena sebagian besar penontonnya adalah penggemar Westlife.

Shane Filan duet dengan Regina saat show dalam rangka promo album di Colosseum Club Jakarta, Jumat (29/9). Kompas/Mohammad Hilmi Faiq (MHF) 29-09-2016
Shane Filan duet dengan Regina saat show dalam rangka promo album di Colosseum Club Jakarta, Jumat (29/9).
Kompas/Mohammad Hilmi Faiq (MHF)
29-09-2016

Lagu-lagu balada

Alasan lain, Shane merasa cocok dengan lagu-lagu balada. Lagu-lagu balada tersebut telah membawanya ke ekstase panggung, tatkala penonton riuh bernyanyi bersama atau bahkan bengong massal dan menciptakan keheningan panjang sehingga jika ada jarum jatuh pun terdengar. Sensasi itu yang kini mendorongnya untuk menciptakan lagu-lagu hebat seperti saat bersama Westlife.

Bagi Shane, kunci sukses di panggung adalah mampu mengendalikan penonton. Itu bisa dia lakukan lewat lagu-lagu balada yang ”berdaya-bunuh” seperti ”Flying Without Wings” atau ”Swear It Again” milik Westlife. Lagi pula, lagu-lagu balada ini disukai banyak orang.

Shane kadang gugup tampil sendirian di panggung karena terbiasa tampil rame-rame bersama empat rekannya. ”Namun, begitu saya menyanyi dan lihat penonton ikut menyanyi, saya merasa nyaman,” ucap Shane yang bertekad terus menyanyi dan tak lagi berbisnis properti.

Selama 10-23 Oktober, Shane tampil di 10 kota berbeda di Inggris. Jalan sukses berpihak kepadanya. Malam itu di Jakarta, ratusan penonton berteriak, menyapa Shane yang merangkak bangkit.

Cause I don’t need the sunlight shining on my face. And I don’t need perfection to have the perfect day. I just want to see you happy a smile on your face. Nothing else matter cos you’re everything to me…,” balas Shane sambil bernyanyi dengan wajah semringah.

MOHAMMAD HILMI FAIQ


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Oktober 2016, di halaman 27 dengan judul “Menyapa Shane yang Merangkak Bangkit”.