Winda (14) berulang menggaruk kepala serta menghapus goresan pensil di buku pelajarannya. Ia kemudian memfoto soal melalui ponsel cerdas dan mengunggahnya. Tak lama berselang, muncul petunjuk cara menjawab soal tersebut dan muka Winda pun semringah dalam sekejap.
Di layar ponsel cerdasnya tertulislah sebuah nama, yaitu Ruangguru. ”Saya sudah sekitar setengah tahun ini memakai aplikasi Ruangguru. Sebelumnya, saya selalu kebingungan jika sedang mengerjakan PR yang sulit, apalagi kalau hari sudah malam,” ujar Winda.
Ruangguru merupakan aplikasi yang memungkinkan murid dan guru privat berinteraksi secara daring tanpa tatap muka. Aplikasi tersebut didirikan oleh dua pemuda, yaitu Adamas Belva Syah Devara (26) selaku chief executive officer dan Muhammad Iman Usman (24) selaku chief product & partnership officer.
Saat ditemui sebelum menjadi pembicara pada ajang Global Educational Supplies & Solutions Indonesia di Jakarta, beberapa waktu lalu, Iman mengisahkan, terbentuknya Ruangguru dilandasi kesulitan dirinya beserta Belva dalam mencari guru les privat yang berkualitas.
”Saat ingin melanjutkan kuliah S-2 ke luar negeri tahun 2013, saya kebingungan mencari guru les privat untuk meningkatkan TOEFL saya. Guru yang ada memang banyak, tetapi sulit untuk mengukur kualitasnya sebelum les dimulai,” ujarnya.
Di tengah kebimbangan tersebut, ia dan Belva berdiskusi hingga muncul ide untuk mendirikan usaha rintisan yang dapat menampung guru les privat di seluruh Indonesia. Mereka berpandangan bahwa murid berhak untuk memilih guru les privat terbaik yang sesuai dengan karakteristik serta kebutuhan setiap murid.
”Istilahnya, kami tak ingin membeli kucing dalam karung. Melalui Ruangguru, murid dan orangtua dapat melihat profil guru les privat beserta nilainya,” kata Iman.
Kehadiran Ruangguru diharapkan dapat memudahkan masyarakat dalam memperoleh pendidikan tambahan di luar jam sekolah tanpa perlu memikirkan sekat waktu, tempat, atau kemacetan lalu lintas yang lazim terjadi di kota-kota besar Tanah Air.
Saat ini, jumlah guru les privat yang bergabung dalam Ruangguru mencapai lebih dari 47.000 orang dengan mayoritas berada di Pulau Jawa dan Bali. Komisi dari pembayaran sebesar 20 persen tarif per jam.
”Jika tarif yang ditetapkan seorang guru Rp 100.000 per jam, kalau mengajar 10 jam, seorang guru mendapat Rp 1 juta. Penghasilan beberapa guru bahkan dapat mencapai Rp 10 juta,” ujar alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia tersebut.
Sejak berdiri pada 2014, Ruangguru telah berhasil mendapatkan suntikan modal dari investor asing, seperti East Ventures dan Venturra Capital. Namun, dengan tersenyum, Iman menolak menyebutkan secara rinci jumlah dana para investor asing itu. ”Pada masa mendatang, kami ingin Ruangguru menjadi solusi satu pintu di bidang pendidikan. Satu akses untuk semua hal, termasuk bank soal dan buku pelajaran,” ujarnya.
Sederhana
Ada pula Semuaguru.com yang diselenggarakan PT Rynest Edukasi Visitama. Mardiono dan Rinaldi Anwar menggagas Semuaguru.com untuk memberikan pelayanan penyediaan guru privat secara daring dengan proses yang lebih sederhana. Sejak berdiri akhir 2015, sudah sekitar 8.000 guru yang bergabung dan sekitar 7.000 siswa atau orangtua yang menjadi pengguna jasa guru privat.
”Jumlahnya terus meningkat ketika Semuaguru.com mengeluarkan aplikasi pada Februari tahun ini karena tidak banyak yang mendaftar dari laman. Yang mendaftar sekitar 15.000 orang, tapi yang aktif belum banyak,” kata Mardiono, Chief Operation Officer sekaligus Co-Founder Semuaguru.com.
Mardiono yang dulu berprofesi sebagai guru privat di sebuah lembaga tertarik membentuk platform digital yang memungkinkan untuk menampung kalangan guru dan mahasiswa yang berniat mengajar. Apalagi, adakalanya lembaga bimbingan belajar tak banyak mendapatkan murid karena anak-anak tidak punya waktu ketika harus pulang sekolah sore. Lewat teknologi ini, pilihan waktu bisa disesuaikan lewat komunikasi dengan guru privat masing-masing.
Siswa dan orangtua bisa memesan jumlah sesi pengajaran minimal, yakni dua sesi yang tiap sesinya berdurasi satu jam. Satu sesi dipatok paling rendah Rp 20.000. Jika ada yang memesan banyak sesi, guru dan murid akan mengatur sendiri jadwal bimbingan setelah pertemuan pertama saat guru datang ke rumah.
”Semua prosesnya kami upayakan sesederhana mungkin, tapi tetap bisa berjalan baik. Bagi guru yang belum mendapat murid, terkadang memang harga yang dipasang guru terlalu mahal,” kata Mardiono.
Ke depan, Semuaguru.com akan menambah fitur dengan menghidupkan kembali Bimbelkoe.com yang lebih dulu lahir. Di bawah payung yang sama, fitur belajar daring akan dikembangkan dengan konten-konten seperti teks soal, kuis, gambar, dan video.
Saat ini, Semuaguru,com masih menggunakan modal pribadi yang diperkirakan senilai Rp 300 juta. Mereka masih mencari pendanaan modal ventura.
”Dengan pendanaan baru, kami bisa menambah fitur dan promosi lebih gencar. Saat ini, fokus kami pada guru, yang promosinya masih di media sosial,” katanya.
Dalam bisnisnya, Mardiono dan tim berusaha menarik komisi guru menjadi lebih kecil, sebesar 15 persen. Di lembaga bimbingan belajar konvensional, potongan pendapatan guru bisa mencapai 30-40 persen.
Dilihat dari segi pertumbuhan bisnis, rata-rata peningkatan jumlah guru yang bergabung mencapai 1.000 orang per bulan. Jumlah pembelajaran privat yang telah dipesan sekitar 100 sesi. Peningkatan signifikan terjadi ketika siswa akan menghadapi ujian tengah semester, ujian akhir semester, dan ujian nasional dengan jumlah 200-300 sesi dalam sebulan.
Tatap muka bertahan
Di tengah teknologi yang memungkinkan proses belajar-mengajar secara virtual, terdapat pula guru les privat yang lebih suka mengajar dengan metode tatap muka.
Salah satunya adalah Maria Dewati (48). Perempuan yang tinggal di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, itu telah menjadi guru les privat sejak 2005.
”Saya merasa bahagia dengan aktivitas saya saat ini. Mengajar sudah menjadi panggilan jiwa saya. Mengajar tak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, tetapi juga membentuk pola pikir mereka agar lebih terbuka,” ujarnya antusias.
Menurut Maria, dengan metode belajar tatap muka, ia dapat mengetahui keseriusan murid dan kecepatan mereka dalam menyerap materi pelajaran. ”Biasanya setelah satu atau dua kali datang, saya dapat menilai mereka hanya main-main saja atau serius belajar,” ucapnya.
Murid yang diajarnya berasal dari semua tingkat pendidikan, mulai dari TK hingga SMA. Maria mengajar privat setiap Senin, Rabu, dan Jumat. Biasanya ia mengajar pada pukul 15.30 hingga 19.00 dan dibagi dalam beberapa sesi, antara satu dan dua jam.
Maria yang juga dosen fisika di Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, ini tak memiliki strategi khusus untuk merekrut murid-murid baru. Ia biasanya mendapatkan murid baru dari promosi mulut ke mulut saja.
Mengenai tarif yang diterapkan, ia menyesuaikan dengan kondisi murid. Ia pun membebaskan metode pembayaran yang dipilih, apakah bulanan atau per kedatangan. ”Tarifnya murah dan terjangkau, per kedatangan boleh Rp 25.000-Rp 40.000 saja,” katanya tersenyum.
Perkembangan teknologi memang tak terelakkan lagi, akselerasinya semakin cepat saja. Akan tetapi, mau belajar secara tatap muka bisa, belajar secara virtual tanpa sekat waktu dan tempat pun ayo saja.
C07/C08
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 September 2016, di halaman 12 dengan judul “Bisnis Bimbingan Belajar di Era Digital”.