Bertarung Ide Segar di Dunia Maya

0
800

Internet menyediakan panggung bagi siapa saja. Sebagian dari mereka yang berhasil memanfaatkannya lantas menjelma menjadi idola. Mereka dielu-elukan layaknya para selebritas.

Sekitar 1.000 remaja dan anak muda itu tampak sangat bergairah menanti youtuber dan instagramer pujaan mereka di pintu masuk Jakarta Convention Center (JCC). Biasanya mereka hanya bisa melihat dan berinteraksi dengan para youtuber idola di dunia maya. Namun, sore itu, Sabtu (24/9), mereka akan bertemu langsung dan tatap muka di sesi Indovidfest—bagian dari acara Indofest yang digelar Jumat-Sabtu, 23-24 September 2016. Youtuber adalah sebutan buat orang-orang yang mengunggah rekaman video apa saja melalui kanal Youtube. Sementara itu, instagramer mengunggah foto atau video lewat Instagram.

Panitia rupanya paham benar banyak remaja tergila-gila pada youtuber yang sebagian menjelma jadi selebritas yang mekar di dunia maya. Panitia memasang foto-foto para youtuber idola dengan ukuran besar di selasar JCC dan mengadakan acara meet and greet yang lazim dilakukan promotor konser musik.

Panitia lantas menggiring para youtuber idola itu untuk berjalan di atas catwalk dengan melambaikan tangan ke arah penggemar. Seperti di arena konser musik, para penggemar berteriak girang lantas mengambil foto atau merekam tingkal polah youtuber idola itu.

Begitulah zaman kekinian. Gravitasi segala hal—mulai hiburan, bisnis, hingga pertarungan ide—seolah tersedot seluruhnya ke dunia maya. Dari situ bisa tiba-tiba muncul sosok idola yang bisa sangat berbeda dengan sosok di dunia nyata, termasuk para youtuber, seperti Benakribo, Edho Zell, Eka Gustiwana, Reza Oktovian, Fathia Izzati, Arief Muhammad, Gerry, Ria, dan Danny Syah Aryaputra.

Mereka menyedot perhatian dengan caranya masing-masing. Gerry, misalnya, terkenal karena sering membuat video icip-icip makanan dan memasak bahan sederhana, seperti mi instan dan seblak. Sementara Ria terkenal karena sering menerima tantangan mencicipi makanan pedas dari pengikut kanal Malesbanget.com.

Di ajang Indovidfest, Gerry dan Ria tampil di satu panggung. Gerry masak mi goreng dan Ria mengundang dua pengunjung untuk mencicipinya di atas panggung. Sebagian pengunjung berteriak histeris minta diajak naik.

Buat orang yang tidak mengikuti dinamika dunia maya, fenomena ini mungkin aneh. Bagaimana bisa, urusan masak dan icip-icip mi bisa mengundang histeria massa?

Namun, begitulah dunia maya yang komunitas dengan logika dan seleranya sendiri. Chief Marketing Officer Dagelan Danny Syah Aryaputra yang mengelola akun Instagram @dagelan mengatakan, dengan memasang gambar lucu kiriman siapa saja, akun itu bisa memiliki 10,6 juta pengikut. Untuk memelihara pengikut, ia membentuk komunitas yang beranggotakan sekitar 100 orang. Mereka rutin membahas apa yang bisa menarik di dunia maya dan bagaimana mengemasnya.

”Asal rajin membuat sesuatu yang baru untuk diunggah, pasti akan menarik orang,” katanya. Itu sebabnya, ia yakin kejayaan selebritas dunia maya akan berlangsung lama selama mereka tidak kehabisan ide-ide segar.

Inspirasi generasi milenial

Meski begitu, internet tentu bukan hanya panggung bagi anak muda yang menjelma jadi selebritas baru. Di sana juga muncul pengusaha-pengusaha muda yang berkembang berkat kecerdikannya memanfaatkan internet. Salah satunya Yasa Paramita Singgih (21) yang memproduksi sepatu pria bermerek Men’s Republic sejak 2014. Ia memajang dagangannya di situs internet dan juga media sosial, seperti Instagram dan Facebook.

Dia menemukan pangsa pasar produknya, yaitu pria berumur 18-27 tahun dan berdomisili di kota besar. ”Mereka melek internet,” kata mahasiswa jurusan Marketing Communication Universitas Bina Nusantara ini, yang sebulan bisa memproduksi sekitar 1.500 pasang sepatu.

Yasa belakangan ditabalkan sebagai satu dari 30 anak muda generasi milenial di bawah 30 tahun yang mengubah perdagangan online di Asia versi majalah Forbes. Ia hadir di Ideafest sebagai pembicara di salah satu sesi. Presentasinya banyak memikat orang. Pujian, seperti ”You’re so cool”, dari peserta bertebaran untuknya. Begitu pula permintaan foto bersama.

Ada pula Dissa Syakina Ahdanisa (26), wirausaha sosial (social entrepreneur) yang mendirikan kafe Fingertalk di Pamulang Timur, Tangerang Selatan, Banten, sekitar dua tahun lalu. Ia mengajak komunitas tunarungu untuk menjalankan kafe itu bersama-sama.

Aldrian Irvan Kolonas, CEO Vasham Kosa Sejahtera, yang memberdayakan 7.000 petani jagung di sejumlah daerah, mengatakan, belum banyak orang yang melirik wirausaha sosial, padahal di situ banyak duitnya. ”Ada investor dari Amerika yang sampai bingung mau menginvestasikan ke mana karena perusahaannya masih terbatas,” kata Irvan ketika memberi motivasi kepada generasi milenial—generasi kelahiran 1980-an sampai 2000-an—yang hadir di Ideafest.

Para selebritas baru dan pengusaha muda yang mekar dari dunia maya adalah sumber inspirasi bagi banyak generasi milenial yang tidak ingin ”ketinggalan kereta”. Itu sebabnya, hampir semua ajang yang mengusung kreativitas, mulai Ideafest, Hellofest Popcon, hingga Arkipel, diserbu ribuan remaja dan anak muda.

Kali ini mereka hanya menjadi peserta atau pendengar. Lain hari, mereka mungkin akan eksis dengan ide-ide segar yang disebarkan lewat dunia maya.

Susie Berindra dan Herlambang Jaluardi


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 September 2016, di halaman 1 dengan judul “Bertarung Ide Segar di Dunia Maya”.