Menggunakan Hak Suara - Ester Yustisia (22) tetap bersemangat menggunakan hak pilihnya untuk pemilu legislatif meskipun harus menggunakan kakinya untuk mencontreng dan memasukan surat suara di TPS 83 Kelurahan Pakis, Kecamatan Sawahan, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (9/4-2009). Kompas/Raditya Helabumi (RAD) 09-04-2009

Catatan: Untuk bisa memahami tulisan ini, mohon jangan membaca teks foto-foto yang ada sebelum membaca tulisannya.

Dalam dunia foto jurnalistik, sering terlontar frase ”foto yang berbicara”. Orang mudah mengatakan frase ini, tetapi sesungguhnya pemahaman akan foto yang berbicara bukanlah hal yang mudah karena sesungguhnya sebuah foto berbicara dengan bahasa visual, alias informasinya masuk ke benak terutama lewat mata.

Definisi foto yang berbicara adalah foto yang mudah dipahami, tetapi informasinya lebih dari biasa. Kalau sekadar mudah dipahami, misalnya foto sebuah pena tergeletak di meja, itu tentu bukanlah foto yang berbicara.

Sebagai contoh adalah foto seorang wanita sedang memasukkan suara ke dalam kotak suara pada Pemilu 2009 lalu.

Foto ini berbicara karena orang langsung tahu bahwa itu adalah foto pemilu dengan segala atributnya. Informasi menjadi kuat karena sang pelaku adalah wanita berkebutuhan khusus. Foto menjadi ”sangat berbicara” karena pelakunya, suasananya, dan gestur pelakunya (yaitu sedang memasukkan surat suara). Kalau pemotretan dilakukan saat pelaku sedang diam tersenyum, ”rasa” foto tentu menjadi hambar.

Misalkan yang memasukkan suara adalah manusia biasa, walau pemotretan juga dilakukan saat dia memasukkan surat suara ke kotak, foto itu tetap mudah dimengerti, tetapi informasinya menjadi tidak istimewa. Akibatnya, fotonya dianggap tidak ”berbicara”.

Dalam kasus foto pemilu tadi, foto menjadi makin kuat setelah orang membaca teksnya. Informasinya kemudian menjadi lengkap karena nama orang, lokasi, dan kondisi lain tidak mungkin ditampilkan secara visual.

Demikian pula foto orang naik sepeda motor di atas kardus. Anda tentu langsung paham bukan? Dan, setelah membaca teksnya, Anda makin tahu tentang foto tersebut.

Pasfoto Jalanan -- Seorang fotografer menyiapkan kameranya untuk pemotretan pasfoto di sebuah tempat di Kabul, Afganistan, Minggu (21/9-2003). Pemerintahan setempat mewajibkan wanita memakai burka. (AP Photo/Natacha Pisarenko)
Pasfoto Jalanan — Seorang fotografer menyiapkan kameranya untuk pemotretan pasfoto di sebuah tempat di Kabul, Afganistan, Minggu (21/9-2003). Pemerintahan setempat mewajibkan wanita memakai burka.
(AP Photo/Natacha Pisarenko)

Latar belakang pengetahuan

Untuk memahami sebuah foto, dibutuhkan pemahaman dasar terlebih dahulu. Foto Pemilu di atas tentu tidak akan dipahami orang yang belum pernah tahu apa itu pemilu. Foto orang naik sepeda motor tentu tidak akan dipahami kalau foto itu dilihat penduduk pedalaman yang sama sekali belum pernah melihat sepeda motor.

Perhatikan foto wanita berburka dan tukang foto. Foto tersebut dibuat oleh fotografer yang merasa bahwa membuat pasfoto tetapi tetap mengenakan burka adalah hal yang aneh. Foto itu tentu tidak aneh bagi penduduk tempat foto itu dibuat bukan?

Foto hanya akan berbicara bagi orang tertentu yang punya pemahaman cukup untuk foto tersebut. Dengan kata lain, foto tidak mungkin berbicara bagi semua orang. Dalam kasus foto wanita berburka tadi, foto tidak mungkin dipahami orang yang belum pernah membuat pasfoto bukan?

Seorang pembonceng nekat duduk diatas kardus yang diikat ke sadel sepeda motor, di jalan Cipondoh, Tangerang, Selasa (29/12-2009). Selain melanggar peraturan lalulintas, hal ini juga membahayakan pengguna jalan yang lain. Kompas/Danu Kusworo (DNU) 29-12-2009
Seorang pembonceng nekat duduk diatas kardus yang diikat ke sadel sepeda motor, di jalan Cipondoh, Tangerang, Selasa (29/12-2009). Selain melanggar peraturan lalulintas, hal ini juga membahayakan pengguna jalan yang lain.
Kompas/Danu Kusworo (DNU)
29-12-2009

Seorang jurnalis foto sebaiknya paham untuk level mana fotonya dibuat: untuk SMA ke atas, untuk sarjana ke atas, atau anak SD pun sebaiknya bisa paham.

Dan, kasus terakhir adalah foto garis-garis putih di padang rumput. Silakan Anda berpikir itu foto apa, kemudian bacalah teksnya.

Anda tentu berpikir: wah foto itu tidak berbicara sama sekali. Tetapi, coba Anda berpikir sebaliknya. Anda diminta memotret petani yang protes dan membuang susunya. Foto seperti apa yang akan Anda ambil agar orang paham pada foto Anda?

Petani membuang susu hasilpeternakannya di Ciney, Belgia, Rabu 19/9-2009). Total susu yang dibuang adalah tiga juta liter sebagai protes atas harga jual  susu yang dipatok pemerintahnya.  (AP Photo/Virginia Mayo)
Petani membuang susu hasilpeternakannya di Ciney, Belgia, Rabu 19/9-2009). Total susu yang dibuang adalah tiga juta liter sebagai protes atas harga jual susu yang dipatok pemerintahnya.
(AP Photo/Virginia Mayo)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 September 2016, di halaman 26 dengan judul “Bahasa Visual dan Muatan Cerita Sebuah Foto”.