Dory, ikan biru yang pelupa itu muncul lagi. Tidak seperti film pendahulunya, ”Finding Nemo”, yang mengisahkan petualangan mencari ikan badut bernama Nemo, ”Finding Dory” bukanlah tentang mencari ikan bernama Dory, melainkan pencarian Dory terhadap orangtuanya atau dapat dianggap sebagai perjalanan Dory mengenali kembali identitasnya melalui lapis demi lapis memori yang terkuak. Maklum, ikan ini begitu pelupa.

Sebagai sosok yang spontan, pemberani, tetapi juga pelupa, tokoh Dory tak mudah dilupakan. Dialah ikan yang setia menemani Marlin, ayah Nemo, mengarungi samudra demi samudra demi mencari sang anak. Petualangan tercipta justru karena kehadiran Dory.

Dalam Finding Dory, tentu saja Dory dijadikan tokoh utama. Kisahnya dibangun mirip-mirip dengan Nemo, yakni ketika kecil terpisah dari orangtua. Celakanya, hilang ingatan jangka pendek yang diderita Dory membuatnya bahkan tidak menyadari dirinya telah kehilangan orangtua.

Hingga suatu saat, ketika sedang menemani Nemo dan kawan-kawan belajar bersama Ray, si ikan pari, muncullah pertanyaan, ”Dari mana kau berasal?” Dory pun terusik.

Perlahan, bayang-bayang tentang masa kecil bersama ayah dan ibunya muncul. Tanpa pikir panjang, Dory segera memutuskan mencari keduanya.

Sekelebat ingatan yang memunculkan kalimat ”Permata Teluk Moro California” kemudian menjadi petunjuk ke mana petualangan diarahkan. Marlin dan Nemo tentu saja menemani.

Petualangan kali ini tidak banyak diumbar di kedalaman samudra, melainkan banyak dipusatkan di Lembaga Kelautan, yang ternyata berlokasi di Permata Teluk Moro. Meski tempat tujuan sudah tercapai, kedua orangtua Dory tidak juga ditemukan. Di tengah kondisinya yang tertangkap dan harus masuk karantina, Dory mesti berpacu memunculkan ingatannya untuk mencari jejak ayah-ibunya.

Dok. IMDB/Disney/Pixar
Dok. IMDB/Disney/Pixar

Selain tokoh-tokoh lama seperti kawanan penyu, muncul pula tokoh-tokoh baru, seperti Hank (gurita berkaki tujuh yang punya kemampuan berganti warna kulit seperti bunglon), Bailey (paus beluga), dan Destiny (hiu paus yang menderita rabun jauh).

 

Alih Bahasa

Untuk wilayah Indonesia, Finding Dory juga menawarkan film dalam versi bahasa Indonesia dengan judul Mencari Dory. Dengan pasar yang begitu besar, tidak berlebihan jika Disney sebagai produser film ini memberikan sentuhan lokal, mulai dari bahasa cakap, tulisan, hingga aksen lokal. Saat tiga serangkai Marlin, Nemo, dan Dory berenang bersama kawanan penyu, salah satu penyu berbicara dengan aksen Madura yang memancing tawa penonton.

Tulisan-tulisan yang muncul sepanjang film juga diganti dengan bahasa Indonesia, seperti Lembaga Kelautan dan bukan Marine Life Institute. Sosok pengisi suara di lembaga ini juga ditokohkan, yakni Maria Ontoe. Dalam kehidupan nyata, suara Maria Ontoe sangat legendaris karena selama puluhan tahun menjadi suara yang paling akrab kita dengar di jaringan bioskop terbesar di Tanah Air. ”Pintu Teater 1 telah dibuka…” adalah suara Maria Ontoe.

Head of Studios Marketing, The Walt Disney Company Indonesia, Fitra Rifai mengatakan, film Finding Dory disulihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia agar memberikan kedekatan dengan penonton Indonesia.

Indonesia, ujar Fitra, merupakan pasar potensial di Asia Tenggara sehingga Disney mencoba memanjakan pasar Indonesia agar masyarakat lebih mudah menerima produk yang ditawarkan tersebut.

”Apalagi, kan, kita juga bukan dari negara yang masyarakatnya berbahasa Inggris dengan baik. Dengan demikian, kami mengapresiasi penonton lokal kami di Indonesia agar bisa memahami film kami dengan lebih baik melalui versi dubbing ini,” papar Fitra.

Dok. IMDB/Disney/Pixar
Dok. IMDB/Disney/Pixar

 

Penggunaan teks terjemahan, tambah Fitra, bagi anak-anak kadang masih menyulitkan. Banyak anak-anak yang menonton di bioskop harus banyak bertanya kepada orangtuanya. Film yang disulihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia diharapkan dapat membuat anak-anak lebih enjoy menonton bersama orangtuanya tanpa kehilangan pesan yang disampaikan film tersebut.

Dalam film Mencari Dory, Disney dan Pixar melibatkan artis-artis lokal. Dua di antaranya adalah penyanyi Syahrini dan pembawa acara Raffi Ahmad. Syahrini mengisi suara untuk karakter Destiny dan Raffi mengisi suara untuk karakter Bailey. Lucu juga membayangkan sosok Raffi Ahmad ”berubah wujud” menjadi ikan berkepala melon tersebut.

Meski Finding Dory dan Mencari Dory baru dirilis setelah 13 tahun Finding Nemo dirilis,setting Mencari Dory hanya berjarak satu tahun dari kisah dalam Finding Nemo. ”Kami perlu waktu lama karena butuh pendalaman karakter dalam Finding Dory agar ceritanya lebih bisa meyakinkan. Kami bekerja sama dengan tim internal untuk menyampaikan story telling yang bisa diterima dengan baik oleh masyarakat,” kata Fitra.

Sulih bahasa bagi sebagian orang (dewasa) akan sangat membantu atau justru mengganggu karena mengurangi atmosfer asli film. Ini berarti tantangan baru untuk menghadirkan sulih bahasa yang tidak mengurangi suasana asli film. Meski tidak semenawan Finding Nemo, film Finding Dory cukup lumayan sebagai alternatif pengisi liburan panjang anak-anak.

 

Sri Rejeki & Dwi As Setianingsih


Versi cetak artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 19 Juni 2016, di halaman 26 dengan judul “Mengarungi Ingatan Bersama Dory”