Duel Puncak Para Pahlawan Super

0
1214

Saat manusia berhadapan dengan kekuatan super yang asing, ujungnya kerap prasangka dan pertarungan sia-sia. Bahkan, ketidaktahuan dan ketidakpedulian manusia ikut melahirkan monster kejam.

Lebih dari dua jam, film Batman V Superman; Dawn of Justice mengisahkan tentang cara manusia merespons kekuatan besar dan keabadian yang melampaui kefanaannya. Dialog seperti ”orang takut dengan apa yang tidak dimengertinya”, ”kekuatan yang mutlak tak sepenuhnya baik”, dan ”yang mahakuasa akan bertindak jahat jika dibutuhkan” bertebaran sepanjang film. Seakan ingin berfilosofi dan mau memastikan ini bukan sekadar film dengan tema ’purba’ kebaikan melawan kejahatan.

Namun, hei! Bagaimanapun ini kisah tentang pahlawan super dan tawaran ”filsafat” dalam film ini entah mengapa terasa canggung. Batman versus Superman jelas lebih merupakan tawaran pertarungan yang membuat penasaran. Mungkinkah dua pahlawan super pembasmi kejahatan sungguh-sungguh bertarung?

Film berbasis karakter DC Comics klasik itu disutradarai Zack Snyder dengan naskah garapan Chris Terrio dan David S Goyer. Sutradara Snyder dikenal dengan karyanya berbagai film hasil adaptasi komik atau novel grafis, seperti Watchmen, 300, Sucker Punch, dan Man of Steel.

Pemeran tokoh sentral pada film Man of Steel—juga tentang Superman—muncul lagi dalam Dawn of Justice, yakni Henry Cavill (Superman/Clark Kent), Amy Adams (Lois Lane), dan Diane Lane (Martha Kent). Tokoh utama lain, yakni Batman, diperankan Ben Affleck, Lex Luthor oleh Jesse Eisenberg, serta Gal Gadot sebagai Diana Prince alias Wonder Woman. Gal Gadot merupakan aktris dan model asal Israel yang mulai masuk lanskap industri film Amerika. Gadot berpengalaman sebagai perwira militer di negeri asalnya.

Arsip Warner Bros Pictures
Arsip Warner Bros Pictures

Dawn of Justice dipenuhi wujud pahlawan super Amerika yang rupawan, berahang kokoh, dan bertubuh atletis. Terlebih la gi di tangan Snyder yang terkenal selalu menggunakan pemeran dengan figur menawan dalam ragam filmnya. Bahkan, pelayan tua Batman, Alfred, digambarkan sebagai sosok atletis dan ganteng.

Kisah dimulai dengan manuver Batman dan Superman membasmi berbagai kejahatan di kota Gotham dan Metropolis. Aksi mereka kerap menyebabkan jatuhnya korban sampingan.Termasuk, saat Superman menyelamatkan Lois Lane di sarang ”teroris”. Lois selamat, tetapi dalam penyelamatan itu banyak nyawa melayang meskipun belakangan Lois tak yakin Superman yang membunuh mereka.

Batman, pahlawan super yang bertubuh manusia biasa, termasuk yang sebal dengan aksi Superman dan berkeyakinan kekuatan dan keabadian Superman lebih merupakan kerugian daripada keuntungan karena dapat berbalik menghancurkan kota dan manusia. Sebaliknya, Superman pun mengamati gerak-gerik Batman. Ketika diam-diam keduanya saling mengamati dan menyusun kekuatan, tanpa sepengetahuan mereka, sebuah kekuatan jauh mengerikan tengah bergerak.

 

Lambat

Nyaris separuh film merupakan adegan atau latar untuk menciptakan pemicu pertarungan yang masuk akal antara Batman dan Superman. Akibatnya, jalan cerita berjalan lambat dengan begitu banyak tumpukan cerita yang kadang terkesan seperti potongan mozaik tak pas dan dipaksakan.

Terlebih lagi dengan kehadiran banyak tokoh yang perlu disertai berbagai alasan kemunculannya. Jelang akhir cerita, misalnya, hadir seorang pahlawan super lain. Dalam hal alur cerita, film ini dapat dikatakan kurang memuaskan. Akan tetapi, setidaknya kesabaran menyaksikan film itu berbuah, terutama pada pertarungan puncak yang merupakan klimaks film ini sesungguhnya. Kepiawaian Snyder dalam trik visual membayar penantian itu. Adegan Superman dan musuh utamanya melesat hingga ke angkasa luar dan duel keduanya terekam dalam ingatan.

Tentu saja, seperti dalam berbagai film Snyder lainnya, kita akan mendapat bumbu adegan-adegan lambat (slow motion) yang mungkin untuk memunculkan keindahan visual sekaligus rasa puitis, nuansa gelap sepanjang film, berbagai ledakan, debuman keruntuhan gedung- gedung raksasa, serta kedahsyatan pertarungan para pahlawan super.

(Indira Permanasari)


 

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Maret 2016, di halaman 22 dengan judul ”Duel Puncak Para Pahlawan Super”