Setelan jas lengkap dengan dasi memang bukan pakaian resmi kita, tetapi anak muda sering memakai jas lengkap atau tuksedo untuk acara seperti ”prom night” alias perpisahan di SMA. Untuk mengimbangi para cewek yang biasanya memakai gaun malam, cowok hadir ke ”prom night” memakai setelan pantalon lengkap dengan dasi.
Pada kesempatan seperti itu, para cowok sering memakai dasi kupu-kupu sebagai aksesori di leher. Sebenarnya dasi kupu-kupu tak hanya dipakai pada kesempatan formal. Dasi berbentuk seperti kupu-kupu tersebut juga bisa menjadi pelengkap busana sehari-hari, lho. Tentu saja, corak, model, dan warnanya tak harus hitam atau putih.
Di banyak negara, aksesori yang satu ini bukan monopoli kaum Adam. Lihatlah bagaimana cewek beraksi dengan dasi kupu-kupu model klasik ataupun kontemporer yang unik. Namun, di negara empat musim, warna dasi kupu-kupu untuk busana kasual disesuaikan dengan musimnya. Untuk musim panas, tren dasi kupu-kupu berwarna terang dengan motif geometri, bunga, kotak, bintik-bintik.
Bahwa dasi kupu-kupu menjadi aksesori penting bisa dilihat dari merek terkenal macam Giorgio Armani selalu mengeluarkan koleksinya. Di Indonesia, desainer Ichwan Thoha yang sejak awal punya perhatian besar ke dasi kupu-kupu, misalnya, selalu menampilkan dasi tersebut di berbagai kesempatan. Ia pun menciptakan dasi kupu bertumpuk, dari bahan batik sampai dasi kupu-kupu melingkar bak kalung. ”Dasi kupu-kupu (bowtie) menjadi bagian dari penampilan superformal pria. Warnanya hitam dari bahan gabardine atau twill,” ujar Ichwan, pemilik buku All About Neckwear, yang juga berisi tentang dasi.
”Dasi kupu bisa dipakai untuk baju kasual, untuk ’gaul’. Untuk keperluan itu, kita bisa pakai bahan dari katun, motif polka misalnya warna hitam-kuning dipadukan kemeja denim dan celana khaki,” lanjut penggemar dasi kupu-kupu tersebut. Dari model dasar dasi panjang dan kupu-kupu, Ichwan terinspirasi membuat aneka dasi dari batik atau katun dengan warna segar, biru, kuning, dan pink berbentuk dasi kupu-kupu ataupun kombinasi (dasi semi panjang dan kupu-kupu).
Penuh warna
Ngomongin soal dasi, ada band yang selalu tampil dengan dasi kupu-kupu. The Banery namanya. Bahkan, empat personel band yang mengidolakan The Beatles ini, Rafly (vokal, bas), Yudhi (gitar), Egi (gitar), dan Adam (drum), punya ratusan koleksi dasi kupu-kupu. Belum lagi ditambah koleksi yang disimpan manajemen band.
Rafly menceritakan ide memakai dasi kupu-kupu bermula dari usulan manajemen band yang lama, saat band terbentuk tahun 2008. ”Awalnya kami menolak, kok, kayak waitressaja pakai dasi kupu-kupu. Kami membayangkan warnanya hitam. Eh, ternyata waktu manajemen kasih contoh dasi warna-warni, kami jadi tertarik,” kata Rafly sambil tertawa.
The Banery mulai dikenal ketika menjuarai festival LA Lights Indiefest 2008. Kemudian mereka mengeluarkan lagu tunggalan ”Karena Dia” yang berlanjut dengan album pertamaJanji Pasti. Sejak itu, penampilan mereka identik dengan dasi kupu-kupu. Dasi pun menjadi inspirasi lagu, dan terciptalah singel ”SDKK”, singkatan dari ”Salam Dasi Kupu-Kupu”.
Jadwal manggung yang padat membuat The Banery harus berburu berbagai macam dasi kupu-kupu. Enggak mungkin, kan, mereka memakai dasi yang sama setiap manggung atau bertemu penggemar. ”Biasanya kami jalan-jalan sambil lihat berbagai macam dasi. Kami juga punya dasi kupu-kupu dari kayu, kalau enggak salah dapat di Bandung,” ujar Rafly.
Rafly menambahkan, dari ratusan koleksi The Banery, mereka paling sering memakai dasi bercorak leopard atau yang berwarna merah. ”Biasanya kami sesuaikan tema acaranya. Kenapa pilih dasi kupu-kupu? Sebab, kami bebas, enggak mau dikotak-kotakkan, ceria, dan penuh warna,” katanya.
(SIE/TRI)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Februari 2016, di halaman 26 dengan judul ”Inspirasi Si Dasi Kupu-kupu”