Menjadi nelayan dengan penghasilan tak pasti. Hari ini tak dapat hasil, besok pun belum tentu dapat hasil. Semuanya sangat bergantung kondisi alam dan fasilitas melaut yang memadai. Demikian yang dirasakan Fadli (32), nelayan kapal bagan di kawasan Krueng Raya, Gampong/Kampung Meunasah Keudee, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar.

Ia bersama lima temannya menjadi satu kelompok nelayan kapal bagan dari sekian banyak nelayan kapal bagan di kawasan Krueng Raya. ”Kami mencari ikan sesuai musim, kadang ikan teri dan kadang ikan tongkol,” ujarnya ketika Kompas mengikuti kegiatan para nelayan itu di tengah laut Krueng Raya.

Mempersiapkan makan malam.
Mempersiapkan makan malam.

Fadli dan lima temannya berangkat melaut sekitar pukul 17.00. Mereka menuju ke tengah laut Krueng Raya yang berjarak sekitar 15 mil laut (sekitar 27 kilometer) dari daratan Krueng Raya. Umumnya, para nelayan kembali ke darat sekitar pukul 06.00. Mereka akan membawa hasil tangkapan ke darat untuk dijual, jika ada hasil tangkapan, atau beristirahat sejenak di rumah sebelum berangkat lagi ke tengah laut sore hari. Aktivitas itu mereka lakukan setiap hari, kecuali di hari pantangan bagi masyarakat Aceh, seperti Jumat dan hari raya Islam.

Bagan di tengah laut
Bagan di tengah laut

Di tengah laut, Fadli dan teman-temannya menyalakan sejumlah neon yang dipasang di bagian bawah kapal untuk menarik minat ikan. Mereka akan menunggu ikan berkumpul di bawah kapal. Mereka siap menunggu hingga berjam-jam sampai jumlah ikan yang dinanti sesuai harapan. Tak jarang, mereka menanti ikan datang sembari makan malam. Bahkan, sering kali mereka menanti hingga tertidur di lantai kapal.

Menanti ikan
Menanti ikan

”Beginilah suka duka menjadi nelayan. Tidak setiap hari kami bisa mendapatkan ikan. Hari ini dapat ikan, belum tentu besok bisa dapat. Bahkan, sering kali, hari ini tidak dapat ikan, besok-besok pun tidak dapat juga,” ucapnya.

Padahal, Fadli dan kelima temannya harus mengeluarkan modal Rp 900.000-Rp 1 juta setiap kali melaut. Modal itu digunakan untuk membeli bahan bakar dan logistik selama di laut. Modal itu diperoleh dengan berutang kepada penjual bahan bakar dan logistik. Modal utang itu baru diganti jika mereka mendapatkan hasil tangkapan yang berlimpah. ”Sering kali, hasil tangkapan yang berlimpah itu habis hanya untuk bayar utang, sedangkan sisanya hanya cukup untuk kebutuhan dapur keluarga selama beberapa hari,” kata Fadli.

Hasil tangkapan
Hasil tangkapan

(Adrian Fajriansyah)


 

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Januari 2016, di halaman 31 dengan judul ”Nelayan Kecil di Samudra Besar”