Mesin jahit merek Singer bertahan melintasi zaman. Dalam waktu singkat, perusahaan yang berdiri sejak tahun 1851 di Amerika Serikat itu segera menguasai pasar mesin jahit dunia. Demam Singer pun menular ke Indonesia. Bendera pusaka Sang Saka Merah Putih pun dijahit dengan menggunakan mesin ini.
Singer yang dipakai Ibu Fatmawati, istri Presiden Soekarno tersebut, masih tersimpan sebagai benda bersejarah di rumah asal Fatmawati di Jalan Fatmawati, Bengkulu. Mesin jahit Singer buatan tahun 1941 itu turut menjadi bagian dari sejarah kemerdekaan Indonesia.
Di Indonesia, mesin jahit Singer memang sudah bukan barang asing karena telah hadir selama lebih dari 80 tahun. Ada suatu masa ketika hampir semua rumah tangga di Indonesia memiliki Singer untuk pemenuhan kebutuhan jahit-menjahit. Tak heran jika ingatan segera melayang ke nostalgia bersama ibu atau nenek yang mengisi waktu luangnya dengan menjahit.
Pengusaha konfeksi, Esther, setengah menjerit ketika Robby Boegi Soepeno, perwakilan penyalur Singer Jakarta di Kelapa Gading, memamerkan koleksi mesin jahit tua yang diproduksi tahun 1952. Mesin jahit klasik itu masih kokoh dengan tatakan meja dari kayu jati serta besi yang tebal, tetapi halus. Meskipun tergolong tua, mesin Singer dengan gambar ornamen Sphinx warna emas tersebut tetap bisa berfungsi normal. Suara genjotan kaki mesin jahitnya masih terdengar halus seiring gerak sepatu membuat jahitan di atas selembar kain.
Hingga kini Singer tetap memproduksi mesin jahit mutakhir ataupun tipe klasik. Sepintas, dua jenis mesin jahit klasik yang masih dijual para penyalur Singer itu mirip dengan mesin jahit tua milik nenek. Bedanya hanya pada kualitas meja kayu serta besinya. Jika dulu, Singer diproduksi di Amerika Serikat, Inggris, atau Perancis, kini mesin jahitnya dibuat di Tiongkok dan Taiwan dengan Amerika Serikat sebagai pemegang lisensi.
”Nenek saya dulu punya yang klasik kayak itu,” kata Esther yang kini lebih memilih menjahit dengan mesin jahit terbaru seri Heavy Duty 4423 yang lebih ringan dengan desain dominan warna putih dan dilengkapi lampu LED.
Saat ini, mesin jahit yang dimiliki Esther tergolong paling banyak diminati untuk industri rumah tangga. Dengan kecepatan tergolong kencang, yaitu 1.100 jahitan per menit, mesin jahit ini sudah memiliki pemasang benang otomatis sehingga tak perlu menggunakan benang umpan dari bawah. Tak melulu menjahit lurus ke depan, jahitannya pun bisa diatur mundur.
Perubahan kultur
Agar bisa mengoperasikan mesin jahit teknologi terbaru dengan optimal, Esther rajin melihat panduan menjahit di Youtube. Untuk semakin paham tentang pengoperasian mesin, ia kemudian memilih berguru sekaligus memperbaiki kerusakan pada mesin jahitnya ke toko milik Robby.
”Kualitas jahitan tangan enggak bisa dibandingkan dengan produk pabrikan. Obrasnya saja harus benang yang kualitas bagus. Kalau obras konfeksi, benangnya justru mudah putus,” tambah Esther.
General Manager Distributor Resmi Singer di Indonesia Edhi Yuwono menyebut Singer sebagai merek lama yang sudah melekat di ingatan kebanyakan masyarakat Indonesia. ”Kultur menjahit sempat hampir hilang, anak muda apakah masih punya mesin
jahit? Kami berusaha mengembangkan dari sisi kultur. Mengubah budaya anak muda agar menjadikan menjahit sebagai hobi yang trendi dan tidak ketinggalan zaman,” tutur Edhi.
Upaya yang dilakukan cukup unik seperti memberi diskon khusus bagi pasangan baru menikah. Membuat katalog yang lebih muda dengan warna-warni pastel dan menggunakan model anak muda. Singer juga melibatkan diri ke beragam pergelaran busana dan menjalin kerja sama dengan beberapa sekolah mode. ”Ini hobi yang positif dibandingkan dengan maingadget,” tambahnya.
Makin modern
Didirikan Isaac Merritt Singer serta Edward C Clark, Singer mulai dipatenkan sejak tahun 1851 di Amerika Serikat. Pada 1855, Singer telah menjadi perusahaan mesin jahit terbesar di dunia dan mengawali ekspansi pabrik ke luar negeri di Paris. Pada 1891, ia sudah menggunakan motor listrik sebagai penggerak mesin jahit komersial.
Pada 1978, Singer memperkenalkan Touchtronic 2001 yang merupakan mesin jahit pertama dengan kontrol komputer. Pemimpin ruang pamer di Kelapa Gading, Aldhi Febrianto, kemudian menunjukkan teknologi terbaru Singer XL 400 yang sudah memadukan antara mesin jahit dan bordir komputer. Desain dilakukan di komputer dan mesin jahit berfungsi seolah seperti printer.
”Awalnya saya berpikir pasar mesin jahit itu kecil. Ternyata peluangnya masih sangat besar. Banyak yang belum sadar mesin jahit sudah bisa berbuat banyak,” kata Aldhi, yang merupakan generasi kedua di dalam keluarganya yang berbisnis Singer.
Selain Singer, saat ini pasar mesin jahit di Indonesia juga diisi merek lain, seperti Butterfly, Brother, Janome, hingga Toyota. Sejauh ini, Singer menguasai 80 persen pasar di Indonesia. ”Selama orang masih memakai baju kain, pasti selalu butuh mesin jahit,” lanjut Edhi.
(MAWAR KUSUMA)
Versi cetak artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 1 November 2015, di halaman 30 dengan judul “Singer, Si Penjahit Bendera Pusaka”