Chitra, Si Roti Sehat

0
1793

Dia memilih tidak menekuni dunia model demi menancapkan hatinya pada roti. Jauh ketika profesi koki belum seatraktif saat ini. Dan ketika memasak menjadi tontonan dunia hiburan, Chrysansia Chitra telah lengkap.

Siang itu, Chitra datang ke Pantry Magic, sebuah toko cantik perlengkapan memasak di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, dengan menggandeng seorang gadis cilik bermata bulat. Namanya Dominique (4), anak semata wayangnya. Dengan sabar tetapi tegas, dimintanya si kecil untuk duduk manis sambil menggambar dan bermain game.

”Ibu harus pemotretan dulu, ya,” kata Chitra dalam bahasa Inggris kepada sang putri.

Chitra pun dengan santai mencari tempat untuk bersalin pakaian di sebuah ruangan penyimpanan barang di toko itu. ”Ah, saya orangnya praktis saja, kok, enggak masalah,” ujarnya sambil menenteng beberapa gaun.

Sesi pemotretan berlangsung santai. Chitra dengan luwes bergaya di depan kamera tanpa perlu pengarahan yang berarti. Tak heran memang, mengingat rekam jejaknya yang pernah menjadi foto model ketika masih di bangku kuliah.

”Dulu masuk ke dunia foto model lebih karena dorongan teman-teman. Saya sendiri, sih, enggak percaya diri. Dunia itu sekadar cari uang cepat saja,” kata Chitra, lulusan Fakultas Psikologi, Universitas Atmajaya, Jakarta.

Meski dunia foto model cukup menggiurkan, Chitra berpikir jauh ke depan sejak di usia muda, 22 tahun. Selulusnya dari Universitas Atma Jaya, Jakarta, ia memilih tidak melanjutkan dunia foto model, tetapi berbisnis bersama dua temannya. ”Waktu itu teman-teman lain masih asyik dugem-dugem, saya kerja keras,” ujar Chitra tersenyum.

Chitra kemudian memilih terjun berbisnis roti. Pada 2007, ia sudah meyakini, bisnis kuliner akan menjadi salah satu bisnis yang berkelanjutan. Roti pun dipilihnya setelah mengamati kegemaran warga Jakarta akan makanan ini diyakini tak akan pupus.

”Saya sendiri sejak kecil doyan roti. Untuk sarapan, bekal sekolah, bahkan camilan sore-sore,” kata Chitra.

Ketika bulat hendak berbisnis roti, Chitra bertekad tak ingin rotinya hanya sekadar roti yang sudah biasa dikenal orang Indonesia pada umumnya, yakni empuk dan lembut. Dari diskusi dengan rekannya yang punya latar belakang bakery, Chitra pun bertekad menggarap roti gandum yang biasa dikonsumsi di Eropa. Roti tanpa susu, gula, telur, dan mentega. Roti berbasis gandum yang menyehatkan semacam itu memang masih asing bagi kebanyakan orang di Indonesia. Nama Chef’s Kitchen kemudian menjadi merek dagang untuk roti dan pastry garapannya.

”Pasarnya memang terbatas sekali. Namun, saat itu saya memperhitungkan, kapasitas kami memang masih terbatas, jadi kenapa enggak dicoba dulu market yang terbatas itu,” kata Chitra.

Strategi pemasaran yang dipilih sejak awal adalah melalui gerai penjualan ritel di beberapa supermarket papan atas di Jakarta. Chitra mengaku, ketika itu rotinya bisa masuk dua supermarket saja sudah senang bukan kepalang. Namun, bisnis tak begitu saja langsung lancar. Roti-roti yang dikembalikan peritel karena tak laku di masa-masa awal penjualan sempat membuat dirinya sedih.

”Tetapi saya keukeuh. Bisnis harus keras kepala meskipun banyak sekali godaan untuk ikut tren pasar,” kata Chitra.

Lama kelamaan, kekerasan hatinya membuahkan harapan. Roti Chef’s Kitchen kian dikenali. Kalangan ekspatriat mendominasi 70 persen pasar rotinya. Kini, lebih dari 30 gerai Chef’s Kitchen ada di sejumlah supermarket di Jakarta. Belum lagi hotel dan restoran yang dipasok oleh roti ini. Chef’s Kitchen pada akhirnya dikenali akan produk unggulannya, yaitu roti sehat.

Chrysansia Chitra Kompas/Riza Fathoni
Chrysansia Chitra
Kompas/Riza Fathoni

Rumah

Chitra bercerita, dalam riwayat keluarga besarnya, hanya neneknya yang dahulu pernah berjualan kue. Dia pun yakin, hasratnya dalam dunia masak memasak perlu diasah. Setahun setelah mendirikan Chef’s Kitchen, Chitra mendalami seni dekorasi kue di Singapura. Perjalanannya untuk belajar di dunia kuliner terus berlanjut. Chitra melanglang ke New York, Paris, dan Las Vegas.

Kini, selain masih tetap mengelola Chef’s Kitchen yang terus berkembang, Chitra sesekali mengisi berbagai acara masak-memasak di televisi. ”Itu pun sebenarnya karena dorongan teman-teman, seperti dulu waktu memasuki dunia modeling. Saya, kan, sebenarnya enggak begitu punya kepercayaan diri untuk hal-hal seperti itu,” ujarnya dengan mimik serius.

Kini, rumahnya yang tengah direnovasi, akan menjadi pusaran berbagai kegiatannya di dunia masak. Tak akan ada ruang tamu, tetapi dapur yang berposisi di ruang depan. Dapur itulah yang akan menjadi studio masak untuknya.

Dengan begitu, segala aktivitasnya terkait pemotretan ataupun shooting untuk kanal memasak di akunnya, chefchitra di Youtube, bisa berlangsung di rumah. Di kanal itu, Chitra berbagi cuma-cuma aneka resep yang cukup mudah untuk diikuti. Gaya penampilanya saat memandu masak memasak terlihat segar dan sedikit seksi. Selain Youtube, resep-resep Chitra bisa pula ditemui di situsnya, www.chefchitra.com.

Meski di televisi ataupun di Youtube Chitra terlihat lazimnya chef selebritas, pembawaannya sehari-hari jauh dari serba gemerlap. Ia tampak lebih larut dalam pembicaraan yang serius dan senantiasa memikirkan yang jauh di depan, terutama menyangkut kepentingan buah hatinya. Ia pun tak senang menghabiskan uang hanya untuk berbelanja tas mewah ataupun sepatu seperti umumnya perempuan di dunia hiburan.

“Saya sebenarnya jauh dari hal-hal seperti itu. Saya tahu apa yang saya mau,” ujarnya.

(SARIE FEBRIANE)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 Oktober 2015, di halaman 17 dengan judul “Chitra, Si Roti Sehat”