Naik Ferrari di ”Desa” Maranello

0
2111

Jika saja Enzo Ferrari tidak membeli tanah di Maranello, kawasan agraris di Italia bagian utara, nama ”desa” Maranello mungkin tidak akan dikenal di dunia. Enzo Ferrari, pada awal tahun 1940-an, mencari lokasi untuk pabrik mobil. Dan tepatlah kiranya, sejak itu dari Maranello, melesatlah Ferrari ke seluruh dunia.

Dia memilih Maranello, desa yang berjarak 18 kilometer dari kota kelahirannya, Modena. Dari pabrik di Maranello, lahir mobil-mobil Ferrari, yang bagi sebagian orang dijadikan simbol kesuksesan.

Nama Maranello memang kalah mentereng jika dibandingkan dengan kota-kota di Italia, seperti Milan, Roma, Venesia, atau Pisa, yang kondang sebagai destinasi wisata utama Italia. Tidak banyak catatan sejarah yang menceritakan kota Maranello sebagai bagian penting lahirnya negara Italia, bahkan sejak masa Romawi kuno. Kisah Maranello dimulai ketika pabrik Ferrari dibangun.

Nama Maranello hanya tercatat dalam sepenggal sejarah Perang Dunia Kedua ketika kota tersebut menjadi sasaran bom. Pabrik Ferrari dianggap sebagai industri strategis Italia dan menjadi target penyerangan. Selebihnya, kisah Maranello berjalan seiring dengan berkembangnya Ferrari.

Setengah abad sejak pabrik Ferrari berdiri, kawasan pertanian di Maranello berkembang menjadi kota kecil yang menjadi pendukung bagi pabrik Ferrari. Perumahan-perumahan dibangun agar para karyawan tinggal semakin dekat dari tempat kerja. Semakin banyak orang yang bermukim di Maranello membuat desa tersebut kian ramai dan berubah menjadi kota kecil. Pada tahun 2013, Maranello dihuni sekitar 16.000 jiwa.

Maranello berada di wilayah Emilia-Romagna di sisi utara Italia. Jika di Italia bagian selatan didominasi kota-kota pesisir pantai, di sisi utara Italia adalah kawasan berkontur perbukitan dan pegunungan. Maranello tidak mempunyai bandar udara. Untuk menuju Maranello, kita harus mendarat di Bandara Guglielmo Marconi di kota Bologna dan menempuh perjalanan darat selama 45 menit. Jika mendarat di Bandara Malpensa di kota Milan, diperlukan waktu 3 jam perjalanan darat untuk mencapai Maranello.

Rute dari Bandara Bologna menuju Maranello melewati jalan raya bebas hambatan dan kemudian melintasi jalan pedesaan yang meliuk-liuk. Di sisi kanan dan kiri jalan tampak rumah-rumah petani dengan traktor yang diparkir di ladang. Akses jalan menuju Maranello tidak terlalu lebar sehingga mobil yang berpapasan dengan truk harus memperlambat laju dan sedikit menepi.

Kuda jingkrak itu

Sebuah patung kuda jingkrak berukuran besar yang terbuat dari besi baja yang dilapisi krom perak menjadi penanda gerbang masuk Maranello. Patung kuda tersebut adalah adaptasi dari logo mobil Ferrari. Lokasi patung berada tidak jauh dari pintu masuk pabrik Ferrari.

Kota Maranello relatif sepi sepanjang hari. Tidak banyak kendaraan yang melintas di jalanan. Satu-satunya suara yang konstan terdengar adalah deru mesin mobil Ferrari dari uji coba di lingkungan pabrik dan Sirkuit Fiorano di samping pabrik Ferrari.

”Saya merasa menjadi gila setiap mendengar suara itu!” ujar Mirko, sopir mobil carter asal Bologna yang mengantar kami. Bagi Mirko, mobil-mobil produksi Italia, seperti Ferrari, Lamborghini, Maserati, Alfa Romeo, hingga Fiat, adalah kebanggaan nasional. Kecintaan akan mobil super tersebut hanya kalah dengan kecintaan rakyat Italia terhadap sepak bola. Mirko selalu senang jika mendapat carteran ke Maranello karena dia bisa melihat mobil-mobil Ferrari melintas di jalanan.

Pabrik Ferrari Maranello memproduksi sekitar 7.000 mobil setiap tahun. Sebagian mobil tersebut bahkan sudah ada pemiliknya ketika masih dalam proses produksi. Kompas, atas undangan Ferrari Jakarta, melihat aplikasi semua teknologi terbaru untuk pendukung proses produksi mobil Ferrari. Tidak semua orang bisa masuk dan ikut tur pabrik Ferrari Maranello. Kawasan ini hanya terbuka untuk para sponsor, relasi, jurnalis yang mendapat undangan, dan pelanggan Ferrari dengan kriteria tertentu.

Deretan mobil Formula 1 Ferrari disimpan di gudang kawasan sirkuit Fiorano  Kompas/Yuniadhi Agung
Deretan mobil Formula 1 Ferrari disimpan di gudang kawasan sirkuit Fiorano
Kompas/Yuniadhi Agung

”Ndeso”

Meski sarat dengan teknologi modern, Maranello tidak meninggalkan ciri khas sebuah desa. Aroma pupuk kandang sesekali tercium bersamaan dengan melintasnya mobil Ferrari di jalanan. Para petani di pinggiran Maranello sedang mengolah tanah untuk ditanami bibit gandum. Kawasan pinggiran Maranello merupakan tempat yang subur dengan ladang gandum dan kebun anggur sejauh mata memandang.

Maranello sepertinya memang tidak disiapkan sebagai tempat wisata. Turis yang hobi belanja harus gigit jari jika mengunjungi kota ini. Tidak ada butik dan toko yang menjual pakaian bermerek atau produk-produk berbahan kulit yang merupakan oleh-oleh khas Italia. Deretan toko di jalan utama hanya menjual pernik-pernik berbau Ferrari, seperti miniatur mobil, topi, kacamata, atau jaket dengan logo Ferrari.

Pun, tidak banyak pilihan soal makan. Kedai-kedai di Maranello hanya menyediakan makanan pasta atau piza. Jika hendak makan dengan menu daging steak atau menu-menu lain, kita harus memesan tempat di Restoran Cavallino, Montana, atau ke Opera 2 yang berada di bukit di luar Maranello dengan pemandangan hamparan kebun anggur.

Untuk urusan penginapan, hanya ada dua hotel di Maranello yang berkategori lumayan, yaitu Maranello Palace Hotel di pinggiran Maranello dan Planet Hotel yang berada di seberang gerbang pabrik Ferrari. Seorang pengusaha asal Indonesia yang hendak ke pabrik Ferrari dan menambah koleksi mobil Ferrari miliknya pun harus rela tidur di kamar hotel yang sempit dan tanpa fasilitas ketel pemanas air minum.

Satu-satunya tempat yang ramai pengunjung adalah Museo Ferrari Maranello. Di tempat ini, turis bisa melihat koleksi mobil Ferrari sejak era tahun 1950-an hingga mobil hibrida LaFerrari. Museum ini juga menyimpan deretan trofi serta mobil balap Formula 1 milik pebalap legendaris Ferrari, seperti Niki Lauda, Kimi Raikkonen, dan sang fenomena Michael Schumacher. Pengunjung Museo Ferrari benar-benar dimanjakan indera penglihatan dan pendengaran dengan melihat mobil-mobil merah Ferrari serta pengeras suara yang berulang-ulang memutar suara mobil balap melintas.

Para wisatawan bisa menuntaskan hasrat mereka atas Ferrari dengan menunggangi mobil Ferrari yang banyak disewakan di sekitar Museo Ferrari. Mereka bisa memilih rute perjalanan pendek, sedang, atau jauh mengitari sudut Maranello. Dengan membayar 60 euro hingga 350 euro (sekitar Rp 1 juta hingga Rp 5,8 juta), para pemimpi bisa sesaat memiliki mobil Ferrari serta merasakan adrenalin mengalir kencang dengan memacu mobil dan merasakan raungan suara mesin. Tentu saja, uji mobil ini didampingi instruktur untuk menghindari kecelakaan.

Setiap pelancong yang pernah singgah di Maranello akan selalu ingat suara deru mobil Ferrari, dan aroma pupuk kandang.

(YUNIADHI AGUNG)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Oktober 2015, di halaman 25 dengan judul “Naik Ferrari di ”Desa” Maranello”