Tia – Kedamaian dari Rahim

0
1722

Sesosok perempuan mungil muncul dari balik pintu membawa kedamaian. Rambutnya bercahaya dibiasi cahaya matahari yang menerobos masuk dari balik tubuhnya. Senyum ramah mengembang dari bibir tipisnya. ”Halo!”

Kemunculannya membuat beberapa orang di ruangan depan studio yoga itu tertegun sejenak. Bukan oleh suaranya yang renyah, melainkan oleh penampilannya yang sedikit manglingi.

Tia Pratignyo (33) amat jarang terlihat memakai riasan. Tak heran, ketika wajah ayunya dipulas riasan sedikit saja, orang-orang yang terbiasa melihatnya sehari-hari akan spontan berkomentar, ”Ih, cantiknya….”

”Aku memang biasanya sehari-hari enggak pakai make up. Paling kalau ada undangan kawinan. Kulit mukaku sensitif, suka alergi sama make up,” ujar Tia.

Tia memang terbiasa membiarkan wajahnya alamiah, apa adanya. Seperti juga lakon hidup yang dijalaninya kini sebagai instruktur yoga prenatal, Tia membimbing para ibu hamil mencapai persalinan sealamiah mungkin.

Senin siang itu, jadwal Tia tengah kosong. Di hari-hari lainnya, Tia sibuk mengajar yoga, khususnya yoga prenatal di Rumah Yoga, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sesekali, dia juga membuka kelas kursus persiapan persalinan bagi pasangan suami-istri.

Spesialisasinya dalam mengajar yoga bagi ibu-ibu hamil seperti jalan hidup yang tak pernah ia duga jauh sebelumnya. Setelah menjalani studi di Australia dan Inggris, Tia sempat bekerja di bidang finansial di Inggris dan Singapura cukup lama. Sampai akhirnya ketika bekerja di Singapura, kantor Tia berdekatan dengan sebuah studio yoga. Hatinya pun terpanggil.

Panggilan itu sebenarnya seperti menjawab kegelisahannya yang terpendam lama. Bertahun-tahun bekerja di dunia finansial, Tia merasa masih jauh dari jalan untuk menemukan dirinya yang sejati. Ia berangan-angan bisa melakukan sesuatu yang sungguh-sungguh dia cintai, bukan semata pekerjaan yang menghasilkan uang.

Tia Pratignyo. Kompas/Lucky Pransiska
Tia Pratignyo. Kompas/Lucky Pransiska

Tia pun akhirnya belajar meditasi dan yoga di studio yoga milik seorang warga India di Singapura. Yoga prenatal pun didalaminya. Setelah lulus dari pelatihan sebagai instruktur yoga, Tia pun mengajar yoga di sela-sela rutinitasnya bekerja kantoran di Singapura. Tia seperti menemukan dunia yang didambakannya melalui yoga.

Panggilannya semakin kuat ketika suatu waktu ia cuti selama sebulan dan terjun menjadi relawan, mengajar beberapa mata pelajaran kepada anak-anak di suatu desa di Karangasem, Bali.

Ketika itu, Tia merasakan betapa nikmatnya bisa menjadi berarti bagi orang banyak. Tak lama setelah pengalamannya sebagai relawan itu, Tia pun memutuskan menuntaskan cerita hidupnya sebagai pekerja kantoran.

”Waktu itu mungkin anak-anak itu merasa kita sebagai relawan sudah memberikan sesuatu bagi mereka. Padahal, di hari terakhir justru mereka yang telah memberi saya sesuatu yang luar biasa berharga dalam hidup saya,” kata Tia.

Kedamaian rahim

Setelah bertemu suami, menikah, dan hamil, Tia memutuskan kembali ke Tanah Air. Keputusannya itu sebenarnya di luar dugaannya sendiri, apalagi teman-temannya. Di mata teman-temannya, Tia adalah tipe lulusan luar negeri yang akan berkarier dan menetap di luar negeri. Tia mengaku memang sempat bertekad untuk tinggal di Inggris, seperti teman-temannya setanah air yang berkuliah di negeri itu. Namun, akhirnya Tia terpanggil pulang.

”Aku enggak terlalu sulit beradaptasi untuk tinggal berpindah-pindah. Tapi, buat suami itu keputusan cukup besar karena dia lama hidup di luar negeri. Satu hal yang bikin di sini cukup berat adalah kemacetannya,” kata Tia.

Sekembalinya ke Tanah Air dan melahirkan putra pertamanya, Tia fokus mengajar yoga prenatal di studio yoga, Rumah Yoga. Di studio ini Tia berusaha mendedikasikan dirinya membimbing ibu-ibu hamil melalui masa kehamilan yang penuh kenikmatan dan persalinan yang lancar.

Prinsip yoga prenatal yang ditekankan Tia bertumpu pada persiapan mental sang ibu, tak sekadar fisik. Yoga tak hanya sangat membantu meningkatkan stamina sang ibu hamil, tetapi juga bermanfaat dalam relaksasi dan kesiapan mental. Di setiap sesi yoga, Tia selalu mengawali dan mengakhirinya dengan meditasi singkat serta membimbing sang ibu untuk berkomunikasi dengan sang janin.

Tak jarang, ibu hamil yang bayinya berposisi sungsang berhasil kembali normal setelah diajak berkomunikasi sepenuh hati oleh sang ibu dan dibantu pula dengan gerakan yoga tertentu yang dibimbing Tia.

Tia pun berusaha ”mencuci” kembali persepsi umum yang memandang
persalinan sebagai sesuatu yang menyakitkan, mengerikan, sehingga
bersifat traumatik. Sebab, bagaimanapun, proses melahirkan adalah proses alamiah yang sarat dengan pengalaman batiniah dan spiritual. Kehidupan di dalam rahim bagi Tia merupakan awal penting yang menentukan wajah generasi masa depan di muka bumi.

”Aku sudah senang banget kalau ibu-ibu hamil bisa merasakan persalinan yang minim trauma, lancar, dan nikmat. Ibunya tenang, bayinya juga jadi terbawa anteng. Karena kedamaian di dunia itu dimulai dari kedamaian di dalam rahim,” kata Tia.

Ketika wajah dunia karut-marut oleh perang dan tragedi kemanusiaan, rahim memang menjadi tempat terdamai yang paling dirindukan….

Sarie Febriane


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 September 2015, di halaman 17 dengan judul “Tia, Kedamaian dari Rahim”