Magangers 2015: Menulis, Tantangan Terbesar Setelah Liputan Lapangan

0
1051

Meski kelihatan sederhana, menulis dengan baik rupanya menjadi keterampilan yang sulit dimiliki. Banyak siswa beranggapan, mereka tak bisa menulis, tak mampu menuangkan kata-kata dan merangkai kalimat yang enak dibaca. Padahal, langkah awalnya sangat mudah, yakni banyak membaca, membaca, dan membaca.

Demikian pendapat magangers Kompas MuDa 2015. Karena itu, wajah mereka gembira ketika terpilih sebagai salah satu magangers tahun ini. Sebanyak 33 siswa SMA, SMK, dan MA dari Jakarta, Bogor, Bekasi, Tambun, dan Tangerang mengikuti kelas magang selama enam hari di kantor harian Kompas di Jalan Palmerah Selatan, Jakarta.

Acara dibuka dan diawali perkenalan dan aneka permainan membangun kekompakan tim Senin (8/6) pagi. Walau baru pertama kali bertemu dan berkenalan, mereka cepat akrab dan kompak. Alhasil, suasana di lapangan futsal di lingkungan harian Kompas pagi itu pun meriah dan penuh tawa.

Semuanya antusias bermain dan berkompetisi. Mereka rela berguling-guling di lapangan agar timnya menang dalam setiap permainan. Kalah atau menang, mereka senang hati berpartisipasi. Ketika gagal merebut kemenangan, raut wajah mereka tak sedih, tetapi justru makin terbakar semangat karena ingin timnya berjaya di lomba berikutnya. ”Asyik banget, luar biasa seru. Benar-benar menyenangkan,” kata Zulian Fatha Nurizal, maganger dari SMA Budi Mulia Utama, Jakarta.

Walau matahari bersinar terik dan semua peserta merasakan hukuman ”kasih sayang” lumuran bedak di muka, hal itu tidak dianggap sebagai perkara yang menyebalkan. Tetap saja mereka menganggap momen itu lucu. Di lapangan, mereka semua cemong.

Team building membuka kegiatan mangangers Kompas MuDa di lapangan futsal Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta, Senin (8/6).  *** Local Caption *** Team Building membuka kegiatan Mangangers Kompas Muda, di lapamngan futsal, Koantor Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta, (8/6). Sebanyak 33 pelajar dari sejumlah SMA di Jakarta mengikuti kegiatan Magangers yang akab berlangsung selama sepekan.
Team building membuka kegiatan mangangers Kompas MuDa di lapangan futsal Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta, Senin (8/6).

Pembekalan materi

Di kelas mereka juga antusias. Di sini sikap ingin tahu dipupuk dan mereka diminta harus sering bertanya. Apalagi, semua kelas berlangsung santai dan cenderung informal, mulai dari pengenalan jurnalisme dasar, belajar tentang platform multimedia, jurnalisme warga, bahasa, hingga kunjungan ke Redaksi, Penelitian dan Pengembangan (Litbang), serta Marketing and Communication Kompas. Mereka juga mendapat kelas khusus sesuai bidang pilihan sebagai reporter, fotografer, dan desainer grafis.

Salah satu kegiatan paling mereka tunggu adalah ikut liputan bersama wartawan harian Kompas dari sejumlah desk. Ada yang meliput penayangan perdana film Pizza Man di Epicentrum, peluncuran album di Kemang, pertunjukan penyanyi Vidi Aldiano dan Project Pop di kantin Kompas, meliput latihan para atlet atletik yunior di Stadion Madya Senayan, wawancara di kantor Google Indonesia, serta acara di Gedung Arsip Nasional dan Taman Ismail Marzuki.

Sementara mereka yang ikut bersama fotografer antara lain pergi ke pasar tradisional untuk memantau harga dan memotret kegiatan di pasar dan pameran di Museum Tekstil di Tanah Abang.

Pulang dari liputan, mereka kembali ke kelas untuk berbagi pengalaman. Hasilnya, mereka menyadari kekonyolan mereka saat di lapangan karena tak ingat pelajaran dasar bagi wartawan ketika turun ke lapangan, yakni memenuhi prinsip 5W+1H (who, what, where, when, why + how).

”Saya bingung ketika tiba di Pasar Kebayoran Lama. Saya ikut-ikut saja memotret pisang dan telur. Namun, saya lupa bertanya harga telur naik atau turun. Saya malah memperhatikan ibu-ibu yang beli telur,” ujar Dhaneswara Nirwana Indrajoya dari SMA Islam Dian Didaktika, Depok.

Maka, ketika diminta menyusun teks untuk melengkapi foto tersebut, Dhanes pun kelabakan karena dia tak bertanya apa-apa. ”Saya lihat muka ibu-ibu yang beli. Saya tidak tahu mereka ngomong apa, tetapi sepertinya harga telur naik,” ucap Dhanes yang langsung disambut tawa riuh teman-temannya.

Giovanni Aprilia dari SMA Negeri 2 Jakarta kebagian meliput Project Pop. ”Saya takjub ternyata wartawan bisa berteman dekat dengan semua personel Project Pop. Ketika bertemu mereka, saya melihat wartawan dan semua personel kelompok tersebut langsung bercakap-cakap akrab dan bercanda seperti bukan tengah mewawancarai,” kata Vanni. Hasta Aisyah Trida Pramita dari SMA Negeri 9 Depok kelimpungan ketika harus pergi ke Taman Ismail Marzuki, Cikini. ”Naik apa kalau hendak pergi ke sana? Bus atau kereta? Saya belum pernah pergi ke daerah itu?” tanyanya gundah. Meski bingung dan deg-degan, Hasta sukses menempuh perjalanan ke sana naik transjakarta dan berhasil bertemu wartawan harian Kompas yang menunggunya di lokasi acara.

”Wah, saya bertemu banyak orang hebat, pelatih yang mantan juara SEA Games, mantan pemegang rekor nasional, juga atlet muda pemegang rekornas,” kata Dafi Almadani Matahir dari Al Jabr Islamic School. Dia berjumpa beberapa atlet atletik nomor lempar yunior yang tengah latihan sore di Stadion Madya.

Syarifah Utami dari Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta pun senang dapat berkunjung ke kantor Google Indonesia di kawasan Senayan. ”Saya jadi tahu ternyata ada kantor yang memperhatikan pegawainya begitu rupa dengan menyediakan ruang kantor yang menyenangkan, lengkap dengan ruang olahraga, tempat tidur, dan kantin yang komplet,” ujarnya. Pada hari keempat magang, Kamis (11/6) mulai pukul 09.00, mereka liputan sesuai dengan rencana tim untuk ditulis dan diterbitkan dalam format koran. Ada yang hendak menulis tentang kue cubit, kopi minuman lintas generasi, bus wisata gratis di Jakarta, kafe di Bintaro, dan wisata ke galeri seni. ”Pukul 15.00, kami tiba lagi di kantor sesuai perintah. Janji,” kata Nashya Tamara dari SMA Ipeka Puri Indah, Jakarta.

Setelah liputan lapangan, tantangan terbesar berikutnya adalah mengumpulkan bahan dan menuliskannya. Hari terakhir digunakan penuh untuk menjawab tantangan penulisan ini.

Peserta magang
Peserta magang

(Ida Setyorini)