CEO Xiaomi Lei Jun memperkenalkan dua telepon seluler pintar di Beijing, Tiongkok, 15 Januari 2015. Keduanya berupa ”phablet” atau perangkat berlayar besar 5,7 inci, yakni Mi Note dan Mi Note Pro. Dua ponsel itu menjadi pusat perhatian di samping produk lain yang diperkenalkan di panggung yang sama, seperti penyuara kuping dan ”set-top-box” berukuran kecil.
Mi Note adalah lapis paling atas dari lini ponsel unggulan Xiaomi yang membawa ciri khas selama ini, yakni spesifikasi premium dengan harga lebih terjangkau.
Tidak butuh waktu lama untuk muncul pertanyaan ”Inikah perangkat yang akan menantang dominasi Apple?”.
Dua ponsel ini memiliki desain yang sama, mulai dari badan setebal 6,95 milimeter bertepi metal dengan layar serta punggung ponsel berpelindung Gorilla Glass 3 dan lengkung di bagian pinggir sehingga lebih mudah digenggam.
Dua colokan kartu SIM terdapat baik dalam Mi Note maupun Mi Note Pro dan mampu bekerja di jaringan 4G.
Keduanya juga memiliki baterai berkapasitas 3.000 mAh berikut fitur quick charge yang didapatkan dari chipset Qualcomm. Menggunakan fitur tersebut, proses mengisi daya dari posisi kosong ke 60 persen hanya memakan waktu 30 menit.
Perbedaan antara dua seri ini banyak ditemukan pada lembar spesifikasinya. Dimulai dari prosesor yang dipergunakan, Mi Note menggunakan prosesor empat inti Snapdragon 801 berkecepatan 2,5 gigahertz didampingi RAM 3 gigabyte. Sementara Mi Note Pro memiliki prosesor 64 bit delapan inti Snapdragon 810 dengan RAM 4 gigabyte.
Layar Mi Note mampu menampilkan gambar definisi tinggi, sementara Mi Note Pro memiliki resolusi 2560 piksel x 1440 piksel dengan kerapatan 515 piksel per inci. Prosesor yang dimiliki Mi Note Pro memungkinkan modemnya untuk bekerja di jaringan Long Term Evolution kategori 9 yang memungkinkan transfer data dengan volume 450 megabyte per detik.
Komponen kamera
Xiaomi juga menaruh perhatian serius untuk komponen kamera dengan 13 megapiksel di belakang dan 4 megapiksel di depan.
Kamera utama yang berada di punggung ponsel juga dilindungi oleh layar berlapis Gorilla Glass dan tidak menonjol seperti kamera milik iPhone 6. Fitur ini dilengkapi dengan dua lampu berwarna buatan Philips.
Kamera depan juga memiliki fitur andalan, yakni sensor berukuran 2 mikron piksel. Teknologi piksel ultra ini sudah dikenal sejak ponsel HTC One untuk menghasilkan gambar yang lebih baik.
Hanya, fitur tersebut tidak diterapkan di kamera utama yang berukuran 1,12 mikron piksel, lebih kecil daripada kamera milik iPhone 6 yang berukuran 1,5 mikron piksel.
Penyuara kuping yang diperkenalkan pada acara tersebut ternyata berkelindan dengan fitur yang diperkenalkan dalam Mi Note dan Mi Note Pro. Fitur tersebut adalah komponen audio sehingga mampu menjalankan file musik tingkat kejernihan tinggi (hi-fi), seperti APE, FLAC, DSD, dan WAV.
Dalam pengumumannya, Lei Jun memang belum menyebut ketersediaan dua ponsel tersebut. Mi Note dengan kapasitas penyimpanan internal 16 gigabyte akan dijual dengan harga 370 dollar AS dan varian 64 gigabyte seharga 450 dollar AS. Sementara Mi Note Pro yang memiliki penyimpanan internal berkapasitas 64 gigabyte ditawarkan dengan harga 535 dollar AS.
Wajar jika dua produk ini hendak dibandingkan dengan iPhone 6 plus yang memiliki layar berukuran 5,5 inci. Produk dari Apple selalu menjadi pembanding dari semua ponsel premium yang menjalankan Android.
Bagi Xiaomi, peluncuran dua ponsel premium ini sekaligus menjadi bukti bahwa perjalanan perusahaan muda ini menuju ke arah yang tepat dengan kecepatan tinggi.
Saat ini, perusahaan berusia kurang dari empat tahun tersebut ditaksir senilai 45 triliun dollar AS dan menjadi produsen ponsel terbesar ketiga di dunia, mengikuti Samsung dan Apple. Ini bisa dilakukan Xiaomi berkat produksi ponsel yang berlipat tiga dalam setahun.
Xiaomi tidak berhenti pada ponsel saja, tetapi juga merilis berbagai perangkat elektronik, seperti kamera aksi GoPro, lampu, kamera terkoneksi internet, dan terakhir penjernih udara.
Semua produk itu menjelaskan bahwa ambisi Lei Jun adalah menjadikan semua produk Xiaomi berpusat pada ponsel melalui komputasi di awan. Itu semua akan menjadi bagian dari gaya hidup manusia.